Sebanyak 63 puskesmas di Surabaya melayani tes usap gratis bagi warga ber-KTP Surabaya. Kemudahan mengakses dan penggratisan biaya tes usap membuat minat warga mengikuti tes Covid-19 di Surabaya tinggi.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mempermudah warga untuk mengakses tes usap dan cepat dengan memperbanyak lokasi serta menggratiskan biaya tes. Warga bisa meminta tes di puskesmas, laboratorium kesehatan daerah, dan mobil laboratorium keliling.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, di Surabaya, Jumat (18/9/2020), mengatakan, tes massal mulai gencar dilakukan sejak Mei 2020 atau 1,5 bulan seusai ditemukan kasus Covid-19 pertama di Jatim. Tes massal itu difasilitasi secara gratis agar tidak membebani masyarakat.
”Warga Surabaya bisa meminta tes usap secara gratis di puskesmas terdekat. Ada 63 puskesmas yang tersebar di 31 kecamatan yang bisa melayani tes usap kepada warga,” katanya.
Selain di puskesmas, warga Surabaya dan luar Surabaya yang masuk kategori pelaku perjalanan juga bisa meminta tes usap gratis di Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya. Mereka bisa mampir ke Labkesda sebelum kembali ke rumah karena hasil tes bisa diketahui paling cepat 1,5 jam.
Warga Surabaya bisa meminta tes usap secara gratis di puskesmas terdekat. Ada 63 puskesmas yang tersebar di 31 kecamatan yang bisa melayani tes usap kepada warga. (Febria Rachmanita)
Warga luar kota
Bagi warga luar kota beperjalanan, mereka diminta tarif layanan Rp 125.000 per orang. Tarif layanan yang dikenakan bahkan lebih murah daripada harga tertinggi tes cepat Rp 150.000. Tarif tes usap juga lebih murah 10 kali lipat dibandingkan dengan tes di rumah sakit paling murah Rp 1,2 juta.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga mengadakan tes massal setiap hari. Dalam sehari, rata-rata peminat tes lebih dari 500 orang. Lokasinya pun selalu berubah disesuaikan dengan target kelompok masyarakat yang ingin dites. Peminat biasanya melebihi kuota sehingga alat tes sering ditambah.
”Kami juga memiliki program tes usap gratis khusus untuk ibu hamil yang dilakukan setiap pekan di GOR Gelora Pancasila,” ujar Febria.
Dari tes massal yang sudah digelar itu, tercatat ada 111.537 orang telah melakukan tes usap dan 160.713 orang mengikuti tes cepat. Cakupan tes usap di Surabaya mencapai 39 persen dari total tes usap di Jatim yang mencapai 279.143 spesimen.
Kalau perlu warga yang setiap hari keluar kota dan bertemu dengan banyak orang bisa ikut tes di puskesmas. (Tri Rismaharini)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, warga harus bisa mengakses tes usap dengan mudah dan gratis. Dengan demikian, minat warga untuk memeriksakan diri akan muncul sehingga jika mereka terpapar bisa dideteksi sejak dini sehingga cepat mendapat penanganan sekaligus memutus penularan.
”Kalau perlu warga yang setiap hari keluar kota dan bertemu dengan banyak orang bisa ikut tes di puskesmas,” katanya.
Menurut Risma, minat warga Surabaya untuk mengikuti tes massal sangat tinggi. Hal itu disebabkan warga peduli dengan keluarga dan lingkungan sehingga aktif ingin mengetahui kondisi kesehatan masing-masing. Bahkan, mereka rela mengantre demi mendapatkan tes secara gratis.
Meskipun penambahan kasus baru terus menurun dan pasien aktif telah banyak berkurang, tes massal tetap digencarkan. Pihaknya telah menerima ratusan ribu reagen dari beberapa pihak yang peduli terhadap Surabaya.
”Terima kasih kepada seluruh instansi serta lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat yang memberikan bantuan untuk Surabaya,” ujarnya.
Hingga Jumat, kasus kumulatif di Surabaya13.469, bertambah 59 orang dalam sehari. Pasien yang telah sembuh 11.330 orang, meninggal 1.009 orang, dan masih dirawat 1.130 orang.
Intensifkan razia
Razia protokol kesehatan di tempat-tempat umum masih terus berlanjut, bahkan semakin intensif. Ini sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Kota Surabaya dalam menekan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Bahkan, razia tak hanya dilakukan pada pagi atau siang hari, tetapi juga malam hingga dini hari.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, razia protokol kesehatan tak hanya berlangsung saat pagi atau siang. Namun, penertiban ini juga dilakukan saat malam, terutama menyasar ke tempat-tempat yang aktivitas kegiatan dominan pada malam. ”Setiap hari operasi gabungan bersama TNI dan Polri di enam titik,” kata Eddy.
Sementara saat malam, kata Eddy, operasi gabungan berlangsung dari satu tempat ke tempat lain. Sasarannya warung, kedai, dan kafe yang biasa digunakan anak-anak nongkrong. ”Kalau malam ada tiga regu. Jadi, satu regu dari Polrestabes Surabaya, Polres Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pemkot Surabaya,” ujarnya.
Meski jumlah pelanggar prokes sudah menurun, Eddy menyatakan, masih ada saja beberapa warga yang terjaring karena tidak memakai masker. Jika saat operasi dilaksanakan oleh jajaran polres, pelanggar protokol kesehatan langsung dilaksanakan sidang di tempat. Sanksi masih mengacu pada Perwali Nomor 33 Tahun 2020, yakni penyitaan KTP selama 14 hari.