Pemajangan Pesawat N-250 Karya Habibie Kobarkan Semangat Kedirgantaraan
Pesawat N-250 Gatotkaca buatan Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie akan dipajang di Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala, Yogyakarta. Pesawat itu jadi saksi sejarah kemajuan penerbangan Indonesia.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pesawat N-250 Gatotkaca rancangan Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie bakal dipajang di Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala atau Muspusdirla, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pesawat itu saksi sejarah kemajuan teknologi penerbangan Indonesia di masanya dan diharapkan memicu semangat generasi muda memajukan dunia kedirgantaraan.
”Pesawat akan dipajang di sini (Muspusdirla). Kami taruh di area paling depan sehingga seluruh masyarakat bisa melihat. Ini sebagai penanda bahwa bangsa Indonesia pernah jaya dalam hal kedirgantaraan,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Fajar Adriyanto di Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala, Kota Yogyakarta, Jumat (21/8/2020).
Fajar mengungkapkan, pesawat tersebut akan dirakit ulang agar bentuknya kembali seperti pertama kali diterbangkan, baik dari segi tampilan luar hingga interior. Nantinya, pengunjung museum bisa masuk dan merasakan sendiri seperti apa pesawat karya anak bangsa tersebut.
Proses perakitan ulang pesawat diperkirakan berlangsung satu pekan. Proses tersebut ditargetkan rampung pada Agustus ini. Tujuannya agar tak kehilangan momentum perayaan kemerdekaan 75 tahun Indonesia.
”Ini adalah gagasan dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjabat Kepala Staf Angkatan Udara. Beliau ingin pesawat yang membanggakan ini bisa dilihat seluruh masyarakat Indonesia,” kata Fajar.
Fajar mengatakan, lebih kurang 80 personel dikerahkan dalam proses pelepasan hingga perakitan kembali pesawat. Sebanyak 20 personel dari PT Dirgantara Indonesia dan 60 personel lain dari TNI Angkatan Udara.
Pesawat tersebut diberangkatkan dari Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/8/2020) dini hari. Perjalanan melalui jalur darat menggunakan truk pengangkut membutuhkan waktu sekitar satu hari. Pesawat bersejarah itu baru tiba di Muspusdirla, Yogyakarta, Jumat (21/8/2020), sekitar pukul 04.30.
Fajar menceritakan, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi tim pengangkut pesawat. Truk pengangkut sempat dua kali kesulitan memasuki pintu gerbang tol, yakni di Pintu Tol Kalikangkung dan Pintu Tol Banyumanik. Keduanya berlokasi di Semarang, Jawa Tengah.
Truk pengangkut beserta muatannya terlalu tinggi bagi pintu gerbang tol. Untuk mengatasinya, ban truk pengangkut harus sedikit dikempiskan sehingga truk bisa melintas. Kemudian ban truk dipompa kembali setelah truk berhasil melewati pintu gerbang tol dan melanjutkan perjalanan.
”Pesawat ini dibawa dengan trailer yang sangat panjang. Dalam perjalanan, lalu lintas sedikit terhambat. Namun, masyarakat yang kami temui tampak antusias. Banyak yang foto-foto sepanjang perjalanan. Masyarakat juga banyak yang berfoto saat kami berhenti di rest area tol. Jadi, sebetulnya sedikit juga memberikan hiburan bagi masyarakat,” tutur Fajar.
Truk pengangkut beserta muatannya terlalu tinggi bagi pintu gerbang tol. Untuk mengatasinya, ban truk pengangkut harus sedikit dikempiskan sehingga truk bisa melintas.
Sementara itu, Kepala Muspusdirla Kolonel (Sus) Dede Nasrudin mengatakan, pesawat N-250 Gatotkaca merupakan koleksi pesawat ke-60 di museum tersebut. Sebagian besar koleksi pesawat adalah buatan luar negeri. Hanya ada dua hingga tiga unit pesawat buatan anak bangsa yang dikoleksi museum tersebut. Untuk itu, keberadaan koleksi tambahan tersebut sangat berarti.
”Ini sebagai kebanggaan bangsa Indonesia. Ini hasil karya anak bangsa yang luar biasa. Di zamannya, pesawat ini sangat canggih. Masyarakat berhak tahu bagaimana anak bangsa bisa membuat pesawat yang canggih,” kata Dede.
Dede menyampaikan, publik diperkirakan bisa menyaksikan langsung pesawat N-250 Gatotkaca, mulai September. Museum masih menutup kunjungan umum sejak 15 Maret 2020. Pengelola tengah mengurus izin operasional kembali.
”Kami sudah siap dengan protokol kesehatan. Tinggal menunggu perizinan dari pihak-pihak terkait. Sebelum pandemi, rata-rata kunjungan bisa mencapai 3.000 orang per hari jika sedang peak season,” kata Dede.
Produksi IPTN
Pesawat N-250 Gatotkaca diterbangkan pertama kali pada 1995. Pesawat berkapasitas 50 orang itu sudah menggunakan peralatan elektronik fly by wire. Kondisi itu membuat pesawat tersebut menjadi yang tercanggih pada kelasnya pada zaman itu. Produsennya adalah perusahaan pelat merah, yakni Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kala itu dipimpin BJ Habibie.
IPTN mencapai kejayaannya di bawah pimpinan Habibie. Perusahaan itu tak hanya memproduksi pesawat dan helikopter berdasarkan lisensi perusahaan lain, tetapi juga membuat rancang bangun pesawat murni buatan anak bangsa. Salah satunya adalah N-250 Gatotkaca. Jam terbangnya sudah mencapai 600 jam (Kompas, 19/12/2015).
Publik sempat memiliki keyakinan anak bangsa mampu menguasai teknologi. Akan tetapi, mimpi itu buyar akibat krisis moneter tahun 1997. IPTN berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2000. Kondisinya nyaris bangkrut. Banyak tenaga profesional didikan puluhan tahun akhirnya memilih berkarya di luar negeri.