Tiga Bulan, Luas Lahan Terbakar di Aceh Mencapai 185 Hektar
Sepanjang Januari hingga Maret 2020, luas hutan dan lahan yang terbakar di Aceh mencapai 185 hektar. Lahan terbakar tersebar di 16 kabupaten/kota. Penyebab kebakaran karena pembukaan lahan.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sepanjang Januari hingga Maret 2020, luas hutan dan lahan yang terbakar di Aceh mencapai 185 hektar. Lahan terbakar tersebar di 16 kabupaten/kota. Penyebab kebakaran karena pembukaan lahan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Muhammad Syahril, Selasa (17/3/2020), menuturkan, luas kebakaran hutan dan lahan di setiap daerah bervariasi, tetapi paling luas terdapat di Aceh Jaya, Nagan Raya, dan Aceh Tenggara.
”Penyebabnya aktivitas warga membuka lahan dengan membakar, seharusnya pembukaan lahan dilakukan tanpa membakar,” kata Syahril.
Di Aceh Jaya dan Nagan Raya, kawasan yang terbakar paling dominan adalah lahan gambut. Sebagian lahan itu telah ditanami sawit. Pemadaman di lahan gambut membutuhkan waktu lebih lama karena harus memastikan air menyentuh titik api di bawah permukaan.
Penyebabnya aktivitas warga membuka lahan dengan membakar, seharusnya pembukaan lahan dilakukan tanpa membakar.
Pemadaman kian sulit dilakukan karena saat ini Aceh sedang dilanda musim kemarau. Selain itu, lokasi lahan terbakar sukar diakses oleh mobil pemadam. Peralatan yang minim juga memperlambat pemadaman api.
Syahril berharap warga tidak membuka lahan dengan membakar. Meski itu cara paling mudah, risikonya besar. Kebakaran lahan gambut seperti tahun lalu berdampak buruk pada kesehatan dan aktivitas warga. Syahril mengajak para pihak, termasuk dinas perkebunan, untuk mendidik warga agar berkebun tanpa membakar lahan.
Bencana rutin
Kebakaran lahan dan hutan menjadi salah satu bencana rutin di Aceh. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat, pada 2018 terjadi 33 kali kebakaran hutan dan lahan seluas 777 hektar. Nilai kerugian Rp 51,3 miliar.
Pada 2019, kebakaran hutan dan lahan terjadi sebanyak 220 kali dengan nilai kerugian mencapai Rp 2,7 miliar. Pada 2019, pemadaman harus dilakukan menggunakan penyiraman dari udara oleh helikopter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Jaya Abdul Aziz menuturkan, petugas mengalami kekurangan sarana dan prasarana pemadaman. Mereka butuh tambahan mesin pompa air agar proses pemadaman lebih cepat.
”Kalau personel cukup, sebab kami selalu dibantu TNI dan Polri,” kata Aziz.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Zakaria Ahmad mengatakan, saat ini Aceh sedang dilanda kemarau panjang. Artinya, potensi kebakaran hutan dan lahan tinggi. Zakaria mengingatkan warga agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Daerah yang rawan terjadi karhutla adalah Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat, dan Aceh Barat Daya. Kawasan itu didominasi oleh rawa gambut yang sebagian besar telah dijadikan kebun sawit warga dan perusahaan.