Suhu Panas di Selatan Papua Tingkatkan Potensi Kebakaran
Suhu panas di wilayah selatan Papua, yakni Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mappi, terus meningkat dari 32 derajat celsius menjadi 34 derajat celsius. Hal ini berpotensi menyebabkan makin meluasnya kebakaran lahan.
Oleh
Fabio Costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Suhu panas di wilayah selatan Papua, yakni Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mappi, terus meningkat dari 32 derajat celsius menjadi 34 derajat celsius. Hal ini berpotensi menyebabkan makin meluasnya kebakaran lahan di daerah itu.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili, di Jayapura, Selasa (22/10/2019), mengatakan, titik api di wilayah selatan Papua sejak 13 Oktober hingga kini mengalami peningkatan cukup signifikan.
Jumlah titik api yang terpantau pada Senin pagi sebanyak 98. Namun, pada Selasa, jumlahnya telah mencapai 314 titik di dua kabupaten tersebut. Di Mappi, titik api di antaranya terdapat di Distrik Bamgi, Edera, Nambionan Bapai, serta Obaa. Sementara, titik api di Kabupaten Merauke tersebar di 17 distrik, di antaranya Animha, Ilwayab, Jagebob, Kaptel, Kimaam, Kurik, Malind, dan Distrik Merauke.
Petrus memaparkan, suhu di Merauke dan Mappi saat ini berkisar 33-34 derajat celsius. Sementara, suhu di wilayah dataran rendah Papua lainnya secara umum berkisar 30-32 derajat celsius. Adapun di kawasan Pegunungan Tengah Papua suhu mencapai 24-27 derajat celsius.
Kondisi ini dapat menyebabkan suhu udara di Papua terasa lebih hangat dari biasanya karena posisi wilayahnya yang berada di selatan ekuator.
"Posisi gerak semu matahari sedang menuju belahan bumi bagian selatan dari ekuator. Kondisi ini dapat menyebabkan suhu udara di Papua terasa lebih hangat dari biasanya karena posisi wilayahnya yang berada di selatan ekuator. Fenomena ini diperkirakan berakhir pada akhir Oktober," ujar Petrus.
Ia mengimbau warga agar sementara waktu tidak membakar lahan untuk aktivitas apa pun di tengah cuaca panas yang terus meningkat. "Selain karena faktor alam, aktivitas warga yang membakar lahan dapat meningkatkan jumlah titik api di selatan Papua," katanya.
Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap (ATW) Merauke Brigadir Jenderal Agus Abdurrauf, saat dihubungi, mengatakan, sudah terdapat ratusan titik api di wilayah Merauke dan Mappi. Namun, belum terlihat asap yang mengganggu aktivitas warga dan penerbangan.
"Kami terus berupaya mengimbau warga untuk tidak membakar jerami saat cuaca panas untuk membersihkan lahan pertanian dan berburu hewan. Akan tetapi, kesadaran warga agar menghentikan kebiasaan tersebut masih rendah," kata Agus.
Sabina Baranggon, salah satu tokoh pemuda di Merauke, saat dihubungi, mengatakan, asap belum terlihat di daerah itu. Namun, ada pula laporan dari warga bahwa asap telah terlihat di wilayah pinggiran hingga perkampungan.
Sabina menuturkan, membakar lahan adalah salah satu kearifan lokal masyarakat setempat sebagai cara yang praktis untuk membuka lahan pertanian. "Warga di daerah perkampungan seperti Salor, Distrik Kurik, mengaku mengalami gangguan pernapasan akibat menghirup asap," ungkap Sabina.