Pada peringatan Hari Tani Nasional, sejumlah petani di Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan sejumlah permasalahan klasik pertanian yang mereka hadapi, khususnya terkait saluran irigasi.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS - Pada peringatan Hari Tani Nasional, sejumlah petani di Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan sejumlah permasalahan klasik pertanian yang mereka hadapi, khususnya terkait saluran irigasi. Persoalan tersebut masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan sehingga petani terhindar dari kekurangan air.
Asep S (38), Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Selasa (24/9/2019), mengatakan, infrastruktur pertanian di daerahnya belum semuanya mendapat perhatian pemerintah. Sejak tahun 2015, kondisi saluran irigasi di daerahnya rusak.
Kondisi itu menyebabkan lebih banyak air yang terbuang sehingga membuat sawah kering karena tidak mendapatkan aliran air yang cukup. Setidaknya 200 hektar lahan sawah milik petani di desa itu selalu kekurangan air dalam tiga tahun terakhir.
Pihak terkait terlambat untuk menangani saluran irigasi yang rusak dan dangkal.
Baru belakangan ini, beberapa saluran irigasi diperbaiki. Asep mengeluhkan, pihak terkait terlambat untuk menangani saluran irigasi yang rusak dan dangkal. Hal itu menyebabkan tidak maksimalnya penyaluran air ke lahan petani. Akibatnya, sebagian petani harus menunda masa tanam dan terancam gagal panen.
Sebelumnya, Deden (33), petani Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon, mengeluhkan hal yang sama. Debit irigasi yang minim berdampak terhadap pengolahan sawah di desanya. Bahkan, ia sendiri harus menunda pengolahan sawah hingga satu bulan.
Menurut dia, kondisi kerusakan tersebut sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Namun, upaya dari pemerintah untuk memperbaiki irigasi masih minim. Ia berharap agar perbaikan itu dilakukan saat bukan musim tanam sehingga tidak mengganggu aktivitas petani.
Pendangkalan saluran irigasi juga menjadi pemicu debit air yang dialirkan tidak maksimal. Debit air berkurang drastis di daerah hilir akibat pendangkalan di sepanjang saluran. Kondisi ini terjadi di saluran irigasi sekunder yang dipenuhi lapisan tebal lumpur dan lumut sungai.
Soleh (36), petani lainnya, terpaksa menunda masa tanam padinya karena jumlah air yang ada tidak mencukupi di saluran irigasi. Padahal, padi membutuhkan air banyak pada dua bulan awal masa tandur. Ia mengaku sudah dua kali berturut-turut gagal panen pada musim kemarau.
Saya terlambat menanam dibandingkan petani lainnya. Kalau saluran irigasinya baik, tentu air akan mengalir ke sawah saya yang letaknya di hilir.
Mengeringnya saluran irigasi di dekat sawah Soleh disinyalir karena rusaknya saluran irigasi sekunder. Pantauan beberapa minggu lalu, kebocoran tampak di sisi kanan-kiri dinding saluran dan membasahi bagian luar. Di beberapa titik, dinding saluran bolong dan ditambal dengan tumpukan karung berisi tanah.
Kini, setelah saluran dibenahi, Soleh bisa kembali bercocok tanam di lahan seluas 1,5 hektar miliknya. “Saya terlambat menanam dibandingkan petani lainnya. Kalau saluran irigasinya baik, tentu air akan mengalir ke sawah saya yang letaknya di hilir. Saluran itu tidak segera diperbaiki,” kata Soleh.
Upaya perbaikan
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi Chaniago membenarkan masih banyak infrastruktur saluran irigasi yang kondisinya rusak dan dangkal. Namun, pihaknya tidak bisa melakukan perbaikan secara menyeluruh karena perbaikan saluran irigasi di Karawang melibatkan berbagai pihak.
Untuk saluran irigasi tersier, perbaikan ditangani Dinas Pertanian Karawang. Perbaikan itu berupa pembuatan turap, kolam pembagi, dan pintu air. Sementara, Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) melakukan perbaikan saluran irigasi sekunder.
“Saya berharap agar ada bagian tersendiri yang menangani pengairan agar penanganannya fokus. Kalau sekarang, kewenangannya masih terbagi-bagi,” kata dia.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Karawang, sepanjang tahun 2016, ada sepanjang 1.047 kilometer saluran irigasi tersier yang perlu diperbaiki. Perbaikan itu berupa pembuatan turap, kolam pembagi, dan pintu air.
Sementara itu, tidak ada anggaran untuk rehabilitasi jaringan irigasi tersier pada tahun 2016-2017. Perbaikan sepanjang 2.000 meter di 27 titik dengan anggaran Rp 3,5 miliar ditargetkan berlangsung pada 2018-2019.
Sebelumnya, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Karawang Dudi menyebutkan, tahun ini ditargetkan perbaikan saluran irigasi sekunder sepanjang 3 kilometer yang tersebar di seluruh kecamatan di Karawang.
Anggaran untuk proyek perbaikan yang disiapkan sebesar Rp 15 miliar. Perbaikan itu meliputi pengerukan endapan di saluran menggunakan ekskavator dan penambalan dinding saluran yang bolong.