Indonesiana, platform kebudayaan di bawah Kementerian dan Kebudayaan, akan terus mendampingi warga menggelar acara-acara kesenian di kota dan kabupaten. Harapannya, terbentuk ekosistem kesenian hingga di desa-desa yang dikelola sumber daya manusia yang handal.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS-Indonesiana, platform kebudayaan di bawah Kementerian dan Kebudayaan, akan terus mendampingi warga menggelar acara-acara kesenian di kota dan kabupaten. Harapannya, terbentuk ekosistem kesenian hingga di desa-desa yang dikelola sumber daya manusia yang handal.
“Program ini diharapkan dapat melahirkan berbagai tenaga ahli seperti kurator, manajer pertunjukan, pimpinan produksi, yang dapat membuat festival atau acara kesenian apa pun di daerah terus berlangsung dan berkelanjutan,” ujar Fafa Utami, dari tim ahli Indonesiana, saat ditemui dalam acara “Ngopi Bareng di Papringan” di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (16/6/2019).
Program pendampingan ini mulai disosialisasikan tahun 2018. Pendampingan dilakukan setelah daerah mengajukan usulan agenda kegiatan.
Tahun itu, 20 kota/kabupaten mengajukan usulan agenda kebudayaan, dan setelah diseleksi,terpilih sembilan daerah dengan sembilan agenda berbeda. Tahun 2019, kembali dilakukan program serupa. Dari 38 kota/kabupaten, terpilih 20 kota/kabupaten yang akan didampingi Indonesiana.
Selain pendampingan SDM, Fafa mengatakan, Kemendikbud juga mendukung dana dengan nominal bervariasi sesuai agenda masing-masing. Untuk Festival Sindoro Sumbing yang digelar Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo misalnya, diberikan dukungan dana sekitar Rp 650 juta. Sedangkan acara kesenian di Kabupaten Blora diberi dana sekitar Rp 300 juta.
Bupati Temanggung M Al Khadziq mengatakan, berupaya agar bisa menggelar acara kesenian yang bisa digelar secara rutin sebagai acara tahunan. "Acara rutin tahunan itu mungkin bisa dari ritual atau tradisi yang selama ini hanya berlangsung, dilaksanakan di desa-desa," ujarnya.
Tradisi yang ada di masyarakat yang sudah dijalankan dan layak untuk dikembangkan menjadi acara besar yang digelar tahunan antara lain adalah Gerebeg Parakan di Kecamatan Parakan.
Masyarakat Temanggung juga biasa menggelar acara doa persiapan menanam tembakau. Tahun ini, acara tersebut digelar dalam skala lebih besar di Alun-alun Temanggung pada April lalu bertajuk Wiwit Merti Bhumi Phala.
Selain itu, Khadziq mengatakan, sedang berupaya membuat acara-acara baru yang diharapkan juga dapat menjadi acara tahunan. Acara-acara tersebut antara lain adalah Festival Sindoro Sumbing yang digelar bersama Kabupaten Wonosobo, dan Java Internasional Folk atau Jifolk, yang juga akan mengundang peserta dari 10 negara di Asia Tenggara.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Wara Andijani mengatakan, jaran kepang juga akan berpotensi menjadi duta daerah. Saat ini, dari 2.700 grup kesenian, sekitar 1.000 grup diantaranya adalah jaran kepang.
Antusiasme berkesenian jaran kepang ini, menurut Wara, terbilang luar biasa. Kelompok kesenian jaran ada di tiap desa, dan bahkan ada satu desa yang memiliki grup jaran kepang di tiap RT.