23 Tahun Terpasung, Kini Terampil Menenun
Sulatin (60), menunjukkan keterampilannya membuat kain tenun ikat. Melihat ia sekarang, orang tak menyangka bahwa ia sudah 23 tahun hidup terpasung. Ia termasuk salah satu Orang Dalam Gangguan Jiwa yang telah sembuh, dan kini bisa hidup produktif di masa tuanya.
Sulatin hanyalah salah satu contoh, Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ), jika mendapatkan dukungan dan perlakuan tepat, dimanusiakan bisa diberdayakan dan menjalani hidup lebih bermakna. Mereka harus dibebaskan dari pemasungan agar lebih produktif.
Di Lamongan, terdata ada sekitar 4.000 an ODGJ dalam berbagai tingkatan dan jenisnya. Sebanyak 193 ODGJ pernah dipasung, tetapi sejak 31 Desember 2016 mereka sudah tidak terpasung. Bahkan diantara ODGJ bisa menjadi produktif.
Sulatin (60), yang 23 tahun dipasung kini terampil membuat kain tenun ikat. Syukur menjadi tukang cukur. Hari Susanto bisa menekuni sablon dan menjadi sopir. Sementara Solikhah bisa membuat tampah (perkakas untuk tapen, memisahkan beras dan kotoran serta bisa untuk tempat tumpeng).
"Ini rambut saya kata istri saya susah panjang. Ini waktunya cukur. Biasanya di Pak Syukur. Lho buat apa takut, beliau ODGJ kan dulu. Sekarang tidak. Jadi bapak bapak tak usah ke salon kalau potong, ke Pak Syukur saja," kata Bupati Lamongan Fadeli, saat pembukaan Jambore Kesehatan Jiwa ke-3, di area parkir Stadion Surajaya, Lamongan, Jumat (19/10/2018).
Bukan hanya Syukur yang kini bisa menjadikan hidupnya lebih produktif. Tetapi Solikhah, Sulatin dan Hari juga demikian. Sekelompok eks ODGJ ternyata juga bisa memainkan drum band dan menari dan menyanyikan mars ODGJ dengan baik. Bahkan salah satunya tampil membacakan ayat suci Al Quran (qiroah).
Usai pembukaan, Fadeli dan sejumlah pejabat juga melihat Hari menunjukkan kepiawaiannya menyablon kaos. Warga Tritumggal itu menuturkan biasanya menyablon sesuai pesanan. "Saya bisa nyablon sejak lulus SD. Kalau order sepi ya nyopir," tuturnya.
Solikhah menunjukkan ketrampilannya, menganyam bambu yang diraut untuk tampah. Ia merapatkan anyamannya dengan cara memukulkan alat mirip palu ke kayu sepanjang 20 sentimeter yang dipipihkan.
"Oh ternyata mukulnya ada iramanya to," kata Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati saat mencobanya. Solikhah hanta tersenyum saja.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Fidiansjah berharap harusnya ada event berskala nasional untuk penyandang disabilitas mental yang sudah sembuh. Saat ini sudah event multinasional untuk penyandang disabilitas fisik, melalui termasuk Asian Paragames 6-13 Oktober lalu di Jakarta
Kalau bisa penyandang disabilitas mental yang sudah sembuh dan bisa berkarya memiliki ajang untuk menunjukkan bahwa mereka juga bisa bermanfaat untuk kehidupan
Ia menilai Jambore Kesehatan Jiwa Jawa Timur bisa menjadi cikal bakal event di tingkat nasional. "Kalau bisa penyandang disabilitas mental yang sudah sembuh dan bisa berkarya memiliki ajang untuk menunjukkan bahwa mereka juga bisa bermanfaat untuk kehidupan, “ ujar Fidiansjah.
Menurut Fidiansjah, penanganan ODGJ dengan pendekatan komprehensif bisa mengasilkan sesuatu yang positif. Kegiatan di Lamongan menunjukkan eks penyandang disabilibitas mental terbukti bisa berkarya produktif dan bermakna meskipun masa lalunya pernah mengalami guncangan dan tekanan.
Menurut Buoati Lamongan, Fadeli, berterimakasih Lamongan dipercaya sebagai tuan rumah Jamkeswa kali ini. Program memanusiakan ODGJ selama ini dinilai cukup berhasil. Pada 2016, Pemkab Lamongan memebebaskan ODGJ dari pemasungan.
“Tidak hanya dibebaskan dan disembuhkan, ODGJ ini juga diberi pelatihan sehingga bisa berkarya dan mandiri, dari terpasung menjadi beruntung, “ kata Fadeli.
Pelatihan yang diberikan berupa keterampilan memangkas rambut, menenun, menjahit, membuat kopiah, dan sablon. Ia menyebutkan di Lamongan sudah ada "Griya Mandiri" di Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, tempat pembinaan ODGJ yang sudah sembuh untuk berkarya.
Di Griya Mandiri ini, mantan ODGJ seperti Sukur yang terampil memangkas rambut bisa memiliki tempat mandiri. Setiap pekerjaan memangkas rambut, satu orang tarifnya Rp 10.000.
Kepala Dinas Kesehatan Lamongan Taufik Hidayat menambahkan melalui Jamkeswa diharapkan bisa menghilangkan stigma negatif terhadap ODGJ. Ini juga momentum saling belajar inovasi dan kreativitas tenaga kesehatan khususnya dalam penanganan ODGJ. Jamkeswa ini diikuti 48 kontingen kabupaten/kota se Jatim dan lembaga perguruan tinggi.
"Ini bisa me jadi motivasi dan inspirasi bagi pemangku kepentingan, lembaga pendidikan dan tenaga kesehatan untuk menibgkatkan derajat kesehatan. Ini mendukung Jatim bebas pasung dan sehat jiwa," papar Taufik.
Taufik menyebutkan program bebas pasung di Lamongan disebut "Lesung Si Panji" yang merupakan akronim Lenyapkan Pasung Manusiakan Pasien Jiwa. Program itu dikuti pemberdayaan. Demi menjaga keberlangsungan program, saat ini sudah dibentuk 10 Posyandu Jiwa di Kecamatan Laren, Mantup, Pucuk, dan Glagah. Posyandu Jiwa ini direncanakan akan dibentuk di seluruh kecamatan di Lamongan