Konflik Angkutan Konvensional dan Berbasis Aplikasi Meluas
Oleh
Raditya Mahendra Yasa
·1 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Rentetan konflik antara pengemudi angkutan konvensional dan berbasis aplikasi terus meluas dan berlanjut hingga terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (22/3). Ketidakjelasan regulasi pemerintah dan ketimpangan pendapatan menjadi pemicu konflik selama ini.
Massa dari pengemudi ojek aplikasi Gojek mendatangi kawasan Stasiun Poncol di Jalan Bonjol yang menjadi tempat berawalnya konflik. Saksi mata Isnaini, pengemudi Gojek sekaligus pemilik warung, menuturkan, awal keributan yang terjadi pukul 06.30 itu karena mendapat intimidasi dari sejumlah sopir taksi dan pengojek di sekitar stasiun.
”Kami tidak boleh menjemput penumpang dan diusir dari dekat stasiun. Warung saya untuk mangkal gojek juga diminta tutup,” katanya. Menurut Isnaini, keributan di antara pengemudi itu telah terjadi tiga kali dalam jangka dua bulan ini.
Massa dari dua kubu antara angkutan konvensional dan berbasis aplikasi bersitenggang dan hampir terjadi adu fisik. Belasan polisi berjaga di sekitar lokasi untuk mencegah terjadinya bentrokan. Kepala Polisi Sektor Semarang Utara Komisaris Polisi Sulkan berusaha menengahi dengan mempertemukan perwakilan antardua kubu yang terlibat konflik.
”Mereka masih bisa menahan diri dan kami ajak dialog agar tidak berujung pada konflik yang merugikan kedua belah pihak,” ujar Sulkan.