Tiga Kematian Tak Wajar di Kepulauan Seribu, Kota Depok, dan Bogor
Di Kepulauan Seribu ditemukan mayat tanpa busana. Di Depok, pria bunuh diri. Di Bogor, perempuan tewas karena sakit.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam dua hari terakhir, Sabtu (17/8/2024) dan Minggu (18/8/2024), ditemukan tiga kematian tidak wajar di wilayah Kepulauan Seribu, Kota Depok, dan Kabupaten Bogor. Berbagai faktor bisa melatarbelakangi ketiga kasus itu, mulai dari menghilangkan jejak kriminal hingga permasalahan keluarga.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi mengatakan, mayat pria tanpa identitas ditemukan di peraian Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, pada Sabtu (17/8/2024), sekitar pukul 12.15 WIB.
”Korban laki-laki tanpa identitas, tidak mengenakan busana, dan ada tato di tangan sebelah kanan dan kiri bergambar pedang silang. Lalu ada luka di bagian kepala,” kata Ade, Minggu (18/8/2024).
Mayat pria itu ditemukan mengapung oleh warga saat hendak menjemput penumpang dari Pulau Panggang menuju Pulau Pramuka. Warga itu pun langsung menghubungi polisi dan dievakuasi dan dibawa ke markas Polres Kepulauan Seribu.
”Masih kami selidiki. Ciri-cirinya tinggi badan sekitar 168 cm dan berat badannya sekitar 68 kilogram,” kata Ade.
Kematian tak wajar juga ditemukan di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (16/8/2024). Ade mengatakan, pria berinisial HAM (23) ditemukan tak bernyawa di kamar mandi sebuah kontrakan di Jalan Jambu, Kelurahan Pondok Cina, Beji, Kota Depok.
Terpisah, Kepala Polsek Beji Komisaris Jupriono mengatakan, pria itu diduga kehabisan darah karena ditemukan luka pada leher. Bukti kuat lainnya, di sebelah kanan korban memegang pisau. Penemuan mayat itu, lanjut Jupriono, berawal saat keluarga berusaha menghubungi HAM pada Kamis (15/8/2024). Karena korban sulit dihubungi, keluarga mendatangi kontrakan HAM.
”Saksi (keluarga) masuk ke dalam kontrakan. Di lantai satu tidak ditemukan korban. Kemudian mereka naik ke lantai dua dan melihat ada ceceran darah di depan pintu salah satu kamar dan langsung melapor ke pengurus RT setempat. Bersama mengecek langsung dan menemukan korban tewas bersimbah darah,” katanya.
Dari pemeriksaan, lanjut Jupriono, saksi terakhir bertemu dengan korban pada Sabtu (10/8/2024) silam. HAM sempat bercerita sedang mengalami sejumlah masalah. Masalah itu diduga yang menyebabkan HAM mengakhiri hidupnya.
”Korban memiliki masalah karena orangtuanya akan berpisah. Korban juga menganggur setahun semenjak lulus kuliah,” katanya.
Penemuan mayat juga terjadi di Jalan Baru, Desa Cikeas, Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (17/8/2024), sekitar pukul 15.45 WIB. Kapolsek Gunungputri AKP Aulia Robby Kartika saat dikonfirmasi mengatakan, warga menemukan korban di sebuah warung ubi cilembu dalam keadaan tergeletak. Semula warga mengira wanita itu sedang tertidur, tetapi sudah dalam keadaan meninggal.
”Polsek Gunung Putri beserta bidan desa dan ikatan pekerja sosial di lokasi juga di ditemukan dalam keadaan meninggal, tidak ada identitas. Dari pemeriksaan, ditemukan sebuah obat, sehingga diduga meninggal karena sakit,” kata Aulia.
Sejak ditemukan wanita itu, polisi beserta perangkat desa berusaha mencari tahu keluarga dari perempuan itu. Polisi dan perangkat desa juga menyebarkan informasi apakah ada warga yang merasa kehilangan atau sedang mencari seseorang. Dari laporan warga diketahui bernama Anen, Warga Kampung Cikeas Udik, Gunung Putri.
Menurut Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon, penemuan mayat atau kematian tidak wajar memang harus dilihat kasus per kasus. Berbagai faktor dan latar belakang bisa saja terjadi baik itu sengaja atau tidak sengaja.
Seperti kematian tidak wajar di Kepulauan Seribu, bisa karena dugaan pembunuhan atau pelaku kriminal membuang korban untuk menghilangkan jejak. Adanya luka di kepala dan korban dalam keadaan tanpa busana bisa menjadi pintu masuk untuk penyelidikan lebih lanjut. Kasus-kasus seperti ini bukan pertama kali terjadi. ”Membuang ke laut bisa jadi untuk menghilangkan jejak,” kata Josias.
Seperti diberitakan Kompas.id, (Kamis, 25/4/2024), Polda Metro Jaya menangkap Nico Yandi Putra (28) karena membunuh teman kencannya RN (35), di Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi Selasa (9/4/2024).
Nico merasa sakit hati karena RN meminta tarif lebih diluar kesepakatan mereka. Nico harus menambah Rp 100.000 dari kesepakatan Rp 300.000. Jika tidak membayar RN mengancam akan memanggil abang-abangan agar Nico dipukul.
Nico yang tidak terima pun membunuh RN serta mengambil barang berharga milik korban berupa kalung emas, cicin, anting-anting, dan telepon seluler. RN yang telah tewas itu pun di buang ke Jembatan Besi, Teluk Puncung. Jasad RN hanyut dan ditemukan tiga hari kemudian Sabtu (13/4/2024) di Jalan Dermaga Ujung Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan.
Pada kasus kematian tidak wajar lainnya, kata Josias, HAM yang ditemukan tak bernyawa karena bunuh diri bisa karena stres berlebih atau beban hidup berat yang harus ditanggungnya. Sisi lainnya, tidak ada orang terdekat atau keluarga memahami situasinya. Padahal, HAM sudah cerita kepada keluarganya jika masalah keluarga dan pekerjaan telah membebaninya.
Keputusan mengakhiri hidup menjadi akumulasi atas masalah yang tidak bisa ia terima dan selesaikan. Faktor lingkungan dan keharmonisan keluarga bisa menyebabkan luka kepada siapa saja. Jika dibiarkan, dalam hal ini anak bisa menjadi korban.
”Cerita itu menjadi tanda yang harus diperhatikan. Di sini peran orang terdekat menjadi penting untuk melihat dan memberikan perhatian lebih agar tidak ada tindakan ke depan yang bisa membahayakan diri,” katanya.