Sindikat pencuri bajaj merenggut penghidupan para pengemudi bajaj. Lima tersangka mencuri 18 bajaj dalam 18 bulan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Di tengah gemerlap Jakarta, cerita tentang pencurianbajaj mungkin terdengar aneh. Namun, bagi pengemudi bajaj seperti Wahyudi (69), peristiwa ini bukan sekadar kisah tragis, melainkan sebuah pukulan yang menghancurkan penghidupan mereka.
Pandangan mata Wahyudi tampak nanar saat ia menyaksikan lima tersangka pencuri bajaj yang merupakan sindikat terorganisasi di Jakarta berjajar di hadapan hukum pada Jumat (26/7/2024). Dia tidak menyangka sesama pengemudi bajaj tega merampas aset berharganya, yakni sebuah bajaj yang merupakan tumpuan hidup satu-satunya.
Kelima tersangka yang dijejer oleh polisi itu adalah MR, YR, HS, SH, dan ES. MR dan YR berperan sebagai perencana dan eksekutor. Keduanya merupakan pengemudi bajaj. Sementara HS, SH, dan ES sebagai penadah barang hasil curian. Mereka sudah beraksi sejak Februari 2023 dan telah mencuri 18 bajaj.
Wahyudi hanya bisa meratapi nasib saat bajajnya tidak ditemukan. Hanya pelat nomor miliknya yang terungkap. Sementara itu, Haris (36), sesama pengemudi bajaj, merasa lega karena bajaj miliknya berhasil ditemukan utuh oleh pihak Polda Metro Jaya.
Bajaj yang telah dipakai Wahyudi selama satu dekade hilang saat diparkir di Setiabudi, Menteng, Jakarta Pusat. Selama ini, ia tak pernah menyangka bajajnya akan dicuri. ”Saya pikir, siapa yang mau mencuri bajaj?” katanya dengan nada penuh penyesalan.
Akan tetapi, kenyataan berbicara lain. Pada Agustus 2023, sindikat spesialis pencurian bajaj membawa kabur kendaraan yang ia cicil selama lima tahun seharga Rp 114 juta.
Dengan pelat nomor B 4008 SZB yang kini terpasang di bajaj Haris, Wahyudi menyadari bahwa pelat tersebut digunakan komplotan untuk mengelabui petugas saat ada razia.
”Saat itu, bajaj saya hilang bersama dengan STNK (surat tanda nomor kendaraan)-nya. Kebetulan STNK itu saya letakkan di bawah jok,” kata Wahyudi.
Dia masih berharap bajaj miliknya bisa kembali walau harapan itu kecil. Sebab, berdasarkan pengakuan para tersangka, mereka memboyong bajaj dan memeretelinya. Kini Wahyudi hanya bisa menyewa bajaj agar bisa terus bekerja.
Beda dengan Wahyudi, Haris merasa sangat bersyukur karena bajaj miliknya bisa ditemukan kembali. Bajajnya hilang pada 5 Juli 2024. Bajajnya masih bisa ditemukan utuh karena dijadikan kendaraan operasional oleh para sindikat spesialis pencurian bajaj. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Wira Satya Triputra mengatakan, kelima tersangka itu merupakan sindikat yang terorganisasi.
MR yang sudah 10 tahun menjadi pengemudi bajaj telah tahu karakter para pengemudi bajaj.
Sebelum mencuri, mereka membuat perencanaan, termasuk cara mengeksekusinya. MR yang sudah 10 tahun menjadi pengemudi bajaj telah tahu karakter para pengemudi bajaj. ”Dia tahu di mana biasanya bajaj diparkir dan jam berapa sopir bajaj beristirahat,” katanya.
Sementara YR yang merupakan eksekutor sudah belajar agar dia bisa mencuri bajaj dengan cepat. Untuk mencuri bajaj, dia hanya membawa gunting, tang, dan tombol starter. Hanya dalam waktu 2 menit sampai 5 menit, mereka sudah bisa membawa pergi bajaj milik korban.
Agar jejak tak tercium, para pencuri lalu memereteli bajaj menjadi beberapa bagian, yakni bagian rangka, bagian mesin, aki, dan ban. Proses mutilasi pun terbilang sangat cepat. Mereka hanya butuh waktu dua jam untuk membongkar setiap bagian bajaj. Bagian-bagian bajaj itu lalu dijual kepada para penadah secara terpisah. Rangka bajaj, misalnya, dijual dengan harga Rp 850.000, sementara untuk perangkat mesin seperti aki dan shock breaker dihargai sekitar Rp 900.000. ”Dari hasil penjualan tersebut mereka mendapat untung Rp 1,5 juta sampai Rp 5 juta, tergantung dari kondisi bajaj yang dicuri,” ujar Wira.
Dari hasil pemeriksaan, Wira mengatakan, motif tersangka mencuri bajaj adalah faktor ekonomi. Mereka menggunakan uang hasil mencuri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sampai saat ini, menurut Wira, belum ada motif lain, termasuk motif sakit hati. ”Karena antara tersangka dan korban tidak saling mengenal,” katanya.
Berawal dari viral
Kasus itu terkuak setelah seorang pengemudi bajaj bernama Supriyadi memilih untuk tidak melapor ke kepolisian karena tidak punya uang. Bajajnya hilang di kawasan pertokoan di Jalan Panjang, Kelurahan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Supriyadi memilih untuk mencari sendiri bajajnya dengan meminta bukti kamera pemantau (CCTV) dari lokasi tempat bajajnya terparkir. Dia juga meminta informasi dari sejumlah pengemudi bajaj lain.
Langkah Supriyadi ini tersorot oleh media dan media sosial. Karena alasan itulah Polda Metro Jaya mencari komplotan tersebut.
Kepala Tim Opsnal Unit 3 Subdit Umum/Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Immanuel Sinaga mengatakan, dari video viral itu, timnya segera menelusuri tempat kejadian perkara dan mengumpulkan data serta barang bukti.
Menurut dia, pencurian seperti ini unik karena tidak biasanya ada komplotan pencuri bajaj.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi menegaskan, atas kasus ini, dirinya meminta agar warga tidak takut untuk melapor telah menjadi korban kejahatan. ”Kami menegaskan bahwa untuk melapor tidak dikenai biaya sama sekali,” katanya.
Dari 18 bajaj yang telah dicuri, tidak ada satu pun bajaj yang menggunakan kunci ganda.
Di sisi lain, atas terungkapnya kasus ini, Ade berharap pengemudi bajaj lebih berhati-hati dalam menjaga kendaraannya, misalnya dengan menambahkan kunci ganda ketika kendaraan diparkir. Sebab, dari 18 bajaj yang telah dicuri, tidak ada satu pun bajaj yang menggunakan kunci ganda.
Haris yang bajajnya telah ditemukan berjanji akan menjaganya agar tidak dicuri lagi. Sebab, bajaj itu menjadi satu-satunya alat kerja baginya untuk mencari nafkah. ”Walau satu hari hanya mendapat untung Rp 70.000-Rp 100.000, tetapi dari sinilah saya mencari rezeki,” kata warga Radio Dalam, Jakarta Selatan, ini.