Sosialisasi Sirekap Minim, KPPS di Jaktim Kesulitan Mengisi Data
Petugas KPPS menilai pemilu tahun ini jauh lebih rumit dibanding sebelumnya. Sebab, semua proses serbadigital.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS di Jakarta Timur menilai pemilu tahun ini tergolong rumit dan kompleks. Penggunaan aplikasi digital yang belum ramah bagi petugas pemilu membuat mereka kesulitan memasukkan data hasil rekapitulasi suara. Alhasil, sejumlah kesalahan data pun terjadi.
Brian (34), salah satu anggota KPPS di Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Jumat (16/2/2024), menuturkan, pemilu kali ini tergolong rumit karena semua tahapan harus dilakukan secara digital. Berbeda dengan pemilu sebelumnya yang masih menggunakan data manual.
Dia menyadari mungkin metode tersebut digunakan untuk memperkecil risiko adanya kebocoran suara. Namun, akibat kurangnya sosialisasi, banyak terjadi kesalahan dalam memasukkan data.
”Aplikasi yang digunakan (Sirekap) belum ’ramah’ pada petugas. Saya yang merupakan lulusan IT pun sulit mengakses Sirekap,” katanya.
Dia tidak membayangkan bagaimana anggota KPPS yang berada di pelosok harus mengakses aplikasi tersebut. Sosialisasi tentang aplikasi Sirekap juga dadakan. ”Sosialisasi baru digelar dua hari sebelum pencoblosan,” katanya.
Dengan keterbatasan waktu sosialisasi itu, ia menilai wajar jika ada petugas yang lalai dalam memasukkan data ke aplikasi tersebut.
Faktor kelelahan juga mungkin turut memicu banyak anggota KPPS yang melakukan kesalahan input data. ”Saya yakin tidak hanya di Cakung terjadi kasus salah input. Mungkin ada di provinsi lain juga,” ujar Brian.
Ketua KPPS TPS 54 di Kelurahan Pulogebang Marali mengatakan, kelalaian dalam memasukkan data juga tidak lepas dari rasa lelah petugas yang harus berjaga dari subuh hingga subuh kembali. ”Kami sudah harus bersiap dari pukul 05.00 dan baru selesai pukul 01.00,” katanya.
Kondisi inilah yang membuat banyak anggotanya kehilangan konsentrasi. Apalagi, sebagian besar tim yang dipimpinnya masih dalam kelompok anak muda yang belum punya pengalaman menjadi petugas KPPS.
Faktor kelelahan juga mungkin turut memicu banyak anggota KPPS melakukan kesalahan input data.
Ketika kesalahan input data menjadi viral, dirinya pun tidak bisa tidur karena didatangi petugas dari berbagai instansi untuk meminta konfirmasi. ”Entah siapa yang memviralkan, yang jelas bukan dari petugas kami,” kata Marali.
Ketua KPU Jakarta Timur Tedi Kurnia mengakui sosialisasi tentang penerapan sistem Sirekap tidak optimal. Itulah sebabnya masih banyak kesalahan yang muncul. ”Tapi, yakinlah itu tidak disengaja,” ujar Tedi.
Apalagi, sebagian besar anggota KPPS adalah anak muda yang memang baru pertama kali menjalankan tugasnya. ”Kami memang memilih mereka yang masih muda untuk meminimalisasi banyak petugas yang sakit akibat kelelahan,” kata Tedi.
Meskipun demikian, Tedi berharap kesalahan input ini tidak menyurutkan semangat warga untuk tetap mengawasi aliran suara sampai proses rekapitulasi suara tuntas. ”Kami harap masyarakat menunggu hasil rekapitulasi suara yang sekarang sedang berjalan,” katanya.
Pantauan Kompas di rekapitulasi tingkat kecamatan di kawasan Perkampungan Industri Kecil Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, puluhan petugas kepolisian menjaga ketat proses pengangkutan suara termasuk rekapitulasi suaranya.