Ramai Protes Alih Fungsi Trotoar Menjadi Jalan di Kebayoran
Dinas Perhubungan DKI menyiapkan ”pelican crossing” sebagai ganti alih fungsi trotoar dan lajur sepeda menjadi jalan di antara Jalan Wijaya 1, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan Suryo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivis koalisi masyarakat sipil memprotes alih fungsi trotoar dan lajur sepeda menjadi badan jalan di perempatan Santa atau antara Jalan Wijaya 1, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan Suryo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Alih fungsi untuk mengurangi kemacetan itu tak sejalan dengan pembangunan kota berkelanjutan, mendorong transportasi perkotaan dengan alat transportasi tanpa motor yang populer, seperti berjalan kaki dan bersepeda, serta menekan emisi.
Koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari Bike to Work, Komite Penghapusan Bensin Bertimbel, Koalisi Pejalan Kaki, Road Safety Association, Greenpeace Indonesia, dan Forum Diskusi Transportasi Jakarta menabur bunga sebagai bentuk protes di lokasi alih fungsi trotoar menjadi badan jalan, Minggu (16/4/2023) pagi.
Koalisi masyarakat merujuk hasil survei Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) medio Februari 2021. Pemantauan selama 24 jam di Kebayoran Baru menunjukkan bahwa area yang beralih fungsi merupakan kawasan ekonomi. Lebih dari 50 persen pengguna ruang jalan, terutama trotoar, ialah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pejalan kaki untuk kegiatan ekonomi ataupun umum.
Survei yang sama juga menunjukkan pukul 09.00 hingga pukul 19.00 menjadi waktu dengan tingkat risiko sangat tinggi bagi pejalan kaki dan pesepeda di Kebayoran Baru. Penyebabnya, okupasi kendaraan di trotoar dan kecelakaan lalu lintas akibat perilaku pengguna kendaraan bermotor.
Risiko kian bertambah karena laju kendaraan pukul 00.00 sampai pukul 03.00 bisa lebih dari 60 kilometer per jam. Belum lagi maraknya kendaraan melawan arah di Jalan Wolter Monginsidi.
”Permasalahan kawasan Kebayoran Baru terkait dengan kendaraan bermotor. Bukan kekurangan ruang. Penambahan jalan bukan solusi kemacetan. Justru mengundang pengguna kendaraan dan bagian dari siklus ketergantungan kendaraan pribadi di kota,” tutur Ketua Umum Bike to Work Indonesia Fahmi Saimima.
Koalisi juga menyayangkan alih fungsi trotoar dan lajur sepeda yang akan berdampak ganda, misalnya menurunkan kualitas layanan Transjakarta karena ada perbedaan kecepatan antara koridor steril (lajur terpisah) dan tidak steril (lajur gabungan). Survei ITPD tahun 2022 menunjukkan perbedaan kecepatan 28 persen antara koridor steril dan tidak steril.
Masalah lain ialah 45 persen warga kesulitan berjalan di trotoar karena parkir liar (ITDP, 2019). Koalisi Pejalan Kaki pada tahun 2021 mencatat parkir liar mencapai 90 persen di trotoar.
”Pelican crossing”
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kepolisian Daerah Metro Jaya menguji coba penutupan perempatan Santa untuk mengurangi kemacetan selama jam-jam sibuk. Rekayasa lalu lintas ini membuat kendaraan dari arah Jalan Kapten Tendean ke Jalan Wolter Monginsidi tidak lagi terhambat lampu merah. Sebaliknya, kendaraan dari arah Jalan Wijaya 1 tidak bisa lagi masuk ke Jalan Wolter Monginsidi menuju Jalan Kapten Tendean.
Selain menutup persimpangan, terjadi alih fungsi untuk memperluas badan jalan dan menghapus efek penyempitan arus lalu lintas ke arah barat. Rekayasa lalu lintas ini diharapkan bisa mengurangi waktu tempuh perjalanan hingga 20-30 persen.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menyebutkan, penutupan persimpangan dimaksudkan agar distribusi kendaraan lebih baik seiring bertambahnya kemacetan di kawasan tersebut setelah tiadanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Keputusan yang diambil ialah membuka ruas jalan yang tidak dipakai untuk kendaraan melintas sebagai akses kendaraan dan penyesuaian trotoar dengan memasang kemiringan trotoar disesuaikan dan diaspal sehingga dapat dilintasi kendaraan. Sebagai gantinya, akan disiapkan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda secepatnya.
”Akan disiapkan fasilitas pelican crossing. Nanti malam akan dikerjakan,” ujar Syafrin secara terpisah.
Pemprov DKI Jakarta tetap berkomitmen mendorong warga menggunakan transportasi umum dengan berbagai inisiatif, seperti pembangunan MRT fase 2A Bundaran HI-Kota, MRT fase 2B Kota-Ancol, MRT fase 3 Cikarang-Jakarta-Balaraja, dan LRT Jakarta fase 1B Velodrome-Manggarai.
Sementara sarana bagi pejalan kaki dan pesepeda akan dibangun dengan mempertimbangkan konektivitas sistem transportasi. Pemprov DKI Jakarta juga terus mengkaji secara komprehensif pola lalu lintas untuk memahami akar masalah dan merancang solusi yang efektif untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan meningkatkan kualitas hidup warga kota.