Sepulang dari Arab Saudi, Hana Nyaris Dibunuh Komplotan Wowon
Hana adalah satu dari 11 korban penipuan yang berhasil ditelurusi polisi dari riwayat kas masuk ke rekening tabungan komplotan Wowon.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pekerja migran perempuan bernama Hana mengungkapkan dirinya menjadi korban penipuan komplotan Wowon Erawan asal Cianjur, Jawa Barat. Hana nyaris dibunuh para pelaku sepulang dari Arab Saudi akhir 2022 lalu.
Kisah ini disampaikan Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Indriwienny Panjiyoga. Hana merupakan salah satu korban hidup dari serentetan penipuan penggandaan uang dan pembunuhan ataupun percobaan pembunuhan oleh tersangka Wowon (60), Solihin alias Duloh (63), dan M Dede Solehudin (35).
”Hana, TKW (tenaga kerja wanita/perempuan pekerja migran) korban penipuan Wowon Cs, mengatakan bahwa setelah yang bersangkutan pulang bekerja dari Arab Saudi, ia sempat menuntut hasil dari penggandaan uang ke rumah Dede di Cianjur. Namun, pada saat itu tidak ada kepastian hingga kemudian Hana kembali pulang,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (26/1/2023).
Setelah gagal menemui pelaku, Hana dihubungi Dede melalui pesan singkat SMS. Dede meminta Hana datang bersamanya ke rumah Duloh di Cianjur pada tanggal 28 atau 29 Desember 2022.
Di sana, para pelaku mengatakan akan memberi hasil penggandaan uang yang mereka klaim dikerjakan dengan kekuatan supranatural.
”Pada tanggal tersebut, karena hujan deras, Hana tidak jadi ke Cianjur. Hana baru ke Cianjur pada tanggal 8 Januari 2023. Sesampainya di sana, yang bersangkutan tidak bertemu dengan Dede di rumahnya dengan alasan Dede sudah seminggu tidak pulang ke rumah,” kata Panjiyoga.
Polisi pun mengonfirmasi keterangan ini langsung kepada tersangka Dede. Undangan kepada Hana yang disebut untuk mengambil hasil penggandaan uang nyatanya bertujuan untuk menghabisi nyawa pekerja migran tersebut.
Dari hasil pemeriksaan pada dua saksi itu diketahui mayoritas korban diperkenalkan modus penggandaan uang ini dari Yeni dan Siti (keduanya juga akhirnya dibunuh oleh Wowon Cs).
Sebelum kasus ini terungkap oleh polisi, Hana sudah kurang lebih dua tahun menjadi korban penipuan komplotan Wowon. Ia kenal penipu ini melalui Yeni, yang diketahui sebagai istri Dede. Yeni merupakan pekerja migran sekaligus korban karena harus terus menyetorkan uang kepada suaminya yang diteruskan ke pelaku lain.
”Hana telah mengikuti penggandaan uang selama dua tahun dan rugi sekitar Rp 75 juta,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan.
Hana dan Yeni bagian dari 11 korban penipuan yang berhasil ditelurusi polisi dari riwayat kas masuk ke rekening tabungan komplotan tersebut yang totalnya sekitar Rp 1 miliar. Selain mereka, ada Siti, Farida, Aslem, Entin, Hamidah, Evi, Hana, Yanti, Nene, dan Sulastini. Sejauh ini, baru Hana dan Aslem yang sudah memberi keterangan langsung di Polda Metro Jaya.
”Dari hasil pemeriksaan pada dua saksi itu diketahui mayoritas korban diperkenalkan modus penggandaan uang ini dari Yeni dan Siti (keduanya juga akhirnya dibunuh oleh Wowon Cs). Sementara Aslem diketahui telah mengikuti penggandaan uang ini selama enam tahun yang bersangkutan bekerja dengan kerugian sekitar Rp 288 juta,” kata Trunoyudo.
Pekerja migran perempuan yang menjadi korban ini diketahui rutin mengirimkan uang setiap bulan ke rekening komplotan Wowon. Uang itu disisihkan dari gaji bulanan para korban yang berkisar Rp 3 juta-Rp 5 juta.
Disampaikan sebelumnya, para pelaku mengelabui korbannya agar percaya mereka bisa menggandakan uang dengan trik tertentu. Pelaku akan meminta korban menemui mereka dan membawa sejumlah uang, lalu mempraktikkan trik memperbanyak uang dalam amplop.
Setelah itu, korban akan diminta menyetorkan uang secara rutin untuk diambil hasilnya kemudian hari. Tidak hanya di situ, pelaku juga mengajak korbannya merekrut pekerja migran lain untuk ikut serta.
Jika penipuan mereka diketahui korban, pelaku akan mengajak bertemu atau meminta korban melakukan ritual yang berujung menghilangkan nyawa, seperti mencekik, memberi minum racun, hingga meminta korban menyeberangi lautan dan menceburkan diri. Modus pembunuhan itu juga dilakukan pelaku terhadap saksi aksi mereka.
Sampai saat ini diketahui ada sembilan korban yang dibunuh ketiga pelaku. Mereka sebagian besar adalah keluarga dekat Wowon, seperti istri dan anak. Dua lainnya adalah pekerja migran bukan kerabat dekat pelaku.