Puluhan Ribu Petugas Bhabinkamtibmas Jadi Pelacak Covid-19
Dengan perhitungan setiap 100.000 penduduk idealnya butuh kehadiran 30 pelacak Covid-19, Indonesia memerlukan total 80.000-an pelacak untuk disebar ke seluruh desa di Tanah Air.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengerahkan total 40.336 personel bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat atau bhabinkamtibmas di seluruh Indonesia untuk menjadi tenaga pelacak Covid-19. Secara keseluruhan, Indonesia butuh 80.000-an pelacak guna mencapai target mengetes 20-30 kontak erat dari satu orang yang terkonfirmasi positif.
”Sebagaimana arahan Presiden RI (Joko Widodo) bahwa, selain disiplin protokol kesehatan, penguatan 3T juga menjadi kunci dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19,” ucap Kapolri dalam amanat apel kesiapan bhabinkamtibmas dan tenaga kesehatan Polri sebagai pelacak dan vaksinator Covid-19, Kamis (11/2/2021), di markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Jakarta.
Selain disiplin protokol kesehatan, penguatan 3T juga menjadi kunci dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19.
Pengerahan anggota bhabinkamtibmas sebagai pelacak menurut Sigit merupakan bentuk keseriusan Polri membantu pemerintah menanggulangi Covid-19. Mereka bakal bekerja bersama para prajurit TNI yang juga ditugasi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai tenaga pelacak, dengan berkoordinasi kepada dinas kesehatan setempat.
Hadi memerintahkan 27.866 anggota bintara pembina desa (babinsa) TNI Angkatan Darat, 1.768 bintara pembina potensi maritim (babinpotmar) TNI Angkatan Laut, dan 102 bintara pembina potensi kedirgantaraan (babinpotdirga) di tujuh provinsi di Jawa dan Bali untuk menjadi pelacak Covid-19. Dengan demikian, total 29.736 personel bintara TNI jadi pelacak di lokasi-lokasi itu. Sebelum diterjunkan, mereka akan dilatih terlebih dahulu oleh 475 personel TNI yang diberi pembekalan sebagai pelatih pelacak (Kompas.id, 9/2).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, kebutuhan sebanyak 80.000-an pelacak Covid-19 berdasarkan pada perhitungan setiap 100.000 penduduk idealnya butuh kehadiran 30 pelacak Covid-19, Indonesia memerlukan total 80.000-an pelacak untuk disebar ke seluruh desa di Tanah Air.
”Untuk 269 juta penduduk Indonesia, kira-kira dibutuhkan 80.000 tracer di seluruh desa. Kami tidak punya aparat seperti itu, yang punya hanya Polri dan TNI,” ujarnya.
Budi mengumpamakan pelacak sebagai tim intelijen yang bertugas memetakan lokasi musuh dan bagaimana pergerakan mereka. Bedanya, tim intelijen memakai teknik-teknik interogasi, sedangkan tim pelacak menggunakan strategi tes dan lacak.
Selain strategi intelijen berupa tes dan lacak, penanganan Covid-19 juga menggunakan strategi ”membunuh musuh”. Itu analogi dari Budi terkait vaksinasi. Vaksin Covid-19 harus diberikan pada 181 juta rakyat sehingga akan ada total 362 juta-363 juta penyuntikan jika per orang mendapat dua kali suntikan.
”Jika Bapak Presiden minta satu tahun (vaksinasi selesai), artinya satu hari harus suntik satu juta. Tidak mungkin kami kuat sendiri,” kata Budi. Ini membuat Kemenkes menggandeng TNI dan Polri untuk juga menyediakan tenaga vaksinator.
TNI menyiapkan 10.000 vaksinator untuk disebar ke seluruh Indonesia, sedangkan Polri menyiagakan 13.500 tenaga kesehatan kepolisian untuk juga bergabung sebagai vaksinator. Sigit menuturkan, saat ini 900 tenaga kesehatan Polri sudah menerima pelatihan vaksinasi dari balai pelatihan kesehatan Kemenkes. Sebanyak 12.600 personel lainnya akan menerima pelatihan serupa dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Fadil Imran mendorong para kepala daerah di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi untuk bermitra dengan bhabinkamtibmas dan babinsa di wilayah masing-masing guna memberdayakan masyarakat dalam menangani Covid-19. Polda menawarkan konsep Kampung Tangguh Jaya (KTJ) guna mewujudkan pemberdayaan tersebut.
Kemitraan dengan masyarakat merupakan salah satu kunci sukses pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro tanggal 9-22 Februari. Menurut Fadil, para anggota bhabinkamtibmas dan babinsa punya kecakapan memotret, mengidentifikasi, dan merespons persoalan-persoalan di masyarakat. Kecakapan itu terutama untuk menangkal gangguan ketertiban dan keamanan, tetapi bisa juga dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19 di tingkat masyarakat, termasuk guna menggugah keterlibatan warga.
Fadil menyebutkan, Polda Metro Jaya bersama Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta sudah membangun 571 KTJ di Jadetabek. Jumlahnya jauh dari memadai jika berbasis rukun warga (RW). Sebab, di DKI saja terdapat total 2.700-an RW.