Kamala Harris Terus Melaju
Sebanyak 44 persen responden mengatakan mereka mendukung Harris dan hanya 42 persen berpihak kepada Trump.
WASHINGTON, RABU – Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris terlihat mengungguli saingannya, Donald Trump, di dalam kampanye menuju pemilihan presiden pada 5 November 2024. Meskipun poin keunggulan baru berselisih tipis, tim Harris menganggap ini awal yang baik mengingat Harris masuk terlambat ke dalam ring pertarungan calon presiden.
Jajak pendapat terkini diterbitkan oleh Reuters bersama Ipsos pada Rabu (24/7/2024). Sebanyak 44 persen responden mengatakan mereka mendukung Harris dan hanya 42 persen berpihak kepada Trump.
Baca juga: Rekor 24 Jam Raup 100 Juta Dollar AS, Masifnya Dukungan bagi Kamala Harris
Dalam survei PBS, NPR, dan Marist menunjukkan Harris hanya tertinggal satu poin dari Trump. Hasil survei itu menunjukkan Trump unggul 46 persen, Harris 45 persen, dan sisa responden menjawab ”tidak tahu”.
Di jajak pendapat ini, 87 persen responden lintas partai berpendapat bahwa keputusan Biden legowo adalah hal positif bagi politik dan demokrasi AS. Responden juga setuju bahwa mundurnya Biden meningkatkan kesempatan Partai Demokrat memenangi pemilu.
Status Trump kini resmi sebagai calon presiden dari Partai Republik. Pekan lalu, Partai Republik menggelar konvensi nasional di Milwaukee, Negara Bagian Wiscosin. Para pemilik suara partai tersebut sah mendukung pasangan Trump dan JD Vance melaju ke pemilu November.
Adapun status Harris masih sebagai bakal calon. Partai Demokrat baru mengadakan konvensi nasional di Chicago, Negara Bagian Illinois, pertengahan Agustus nanti. Pascakonvensi baru Partai Demokrat bisa dengan resmi menyatakan calon presiden dari partai mereka. Sejauh ini, Harris pun belum menentukan pasangannya untuk menjadi bakal calon wakil presiden.
Baca juga: Dari Gubernur, Pengacara, Eks Astronot, Siapa Bakal Cawapres Pendamping Kamala Harris?
Meskipun demikian, Harris cepat mengatasi ketertinggalan. Sebelum petahana Presiden Joe Biden mengumumkan mundur dari kampanye bakal calon presiden, aura di Partai Demokrat cenderung lesu.
Banyak tokoh senior partai dan para pengusaha penyokong pendanaan partai mendesak Biden agar mundur. Usianya yang sudah 81 tahun oleh mereka dianggap terlampau uzur untuk memimpin negara sebesar dan sekompleks AS empat tahun ke depan.
Begitu Biden mundur dan menyatakan dukungan kepada Harris, Partai Demokrat dan pendukungnya seolah tersengat listrik dan terbangun. Tim kampanye Harris menerima sumbangan dari mana-mana. Lembaga penggalang dana Demokrat, Act Blue, misalnya, dalam kurun 24 jam berhasil menghimpun 100 juta dollar AS dari warga di kalangan akar rumput.
Pemilik suara
Para pemilik suara di Konvensi Nasional Demokrat juga bergairah. ”Konvensi nasional Partai Demokrat nanti akan sangat dinamis. Saya bersemangat menyambutnya,” kata Gabriella Cazares-Kelly, pemilik suara (delegate) dari Pima County, Arizona.
Baca juga: Kamala Harris, Harapan Terbaik Partai Demokrat
Untuk Cazares-Kelly, majunya Harris sebagai bakal calon ini sangat berarti bagi perempuan dan kelompok minoritas. Sebagai bagian dari masyarakat adat AS, Cazares-Kelly melihat Harris menjadi inspirasi bahwa era baru AS yang majemuk dan egaliter di elite politik adalah nyata.
Pemilik suara konvensi dari Iowa, Adam Peters, juga memutuskan mendukung Harris. ”Tidak ada waktu mencari calon lain,” kata dia yang awalnya berniat mendukung Biden itu.
Sebelum mundur, Biden mengamankan janji dukungan dari setidaknya 3.900 pemilik suara konvensi. Kini, sebagian pemilik suara itu belum memutuskan akan memberi suara ke siapa. ”Dia (Harris) akan mempersatukan. Dia satu-satunya,” kata Peters.
Ia mengakui, keputusan mendukung Harris bisa jadi terburu-buru. Akan tetapi, Demokrat tidak punya waktu mencari calon lain. ”Tidak ada cara lain melakukan ini. Semakin lama mencari calon lain, malah buang-buang waktu karena bahaya dari Donald Trump,” katanya.
Baca juga: Dukungan untuk Kamala Harris Menguat, Trump Patut Waspada
Pendapat senada disampaikan Kevin Sabellico dari California. ”Kita harus segera memilih calon, secepatnya. Kita harus segera bersatu di belakangnya (Harris). Karena tiga pekan terakhir sudah habis energi untuk pertarungan internal dan keriuhan soal siapa calon kita. Tidak membantu,” tutur anggota tim pemenangan Demokrat itu.
Apalagi, ia pernah bekerja bersama Harris sebelum ini. Ia mengaku Harris layak menjadi pemimpin dan akan tangguh. ”Mentalnya tangguh, berani, sangat dibutuhkan dalam menghadapi Donald Trump dan menyelesaikan tugas,” katanya.
Sementara sukarelawan Demokrat di Pennsylvania, Bill Leiner (70), mengaku mendapat sumber gairah baru dengan pencalonan Harris. Sampai pekan lalu, ia merasa ragu untuk kembali berkampanye bagi Demokrat di negara bagian yang tidak pernah condong ke salah satu partai tersebut. ”Saya yakin akan ada gelombang biru besar. Orang-orang bersemangat,” katanya.
Bagi warga Pennsylvania, mengalihkan dukungan dari Joe Biden tidak mudah. Biden lahir di Scranton, salah satu kota di Pennsylvania. Meski selama beberapa dekade terakhir tinggal di Delaware, Biden tetap dianggap bagian dari Pennsylvania. Sebagian warga Pennsylvania memanggil Biden sebagai Scranton Joe.
Baca juga: Menyingkap Detik-detik Biden Memutuskan Mundur
Perasaan sentimentil pada Biden, antara lain, disampaikan Jimmy Spang, pensiunan petugas satpam di Allentown. ”Saya marah. Dia (Biden) tidak bersalah. Akan tetapi, saya siap mengikuti pilihannya. Jika dia mendukung Harris, saya juga mendukung,” katanya.
Dukungan politisi
Harris sejauh ini mengamankan dukungan dari mayoritas anggota DPR AS dari Partai Demokrat. Ketua Faksi Demokrat di DPR, Hakeem Jeffries telah mengumumkan bahwa ia menyokong Harris untuk konvensi.
Bahkan, anggota Partai Demokrat yang sangat kritis terhadap Harris, Alexandria Ocasio-Cortez juga mendukungnya. Menurut Ocasio-Cortez, kesatuan dan kekompakan partai menghadapi pemilu November melebihi rasa suka atau tidak suka kepada individu.
Harris memulai kampanye di Milwaukee, Wisconsin dan berhasil menggalang dana 300.000 dollar AS. ”Terlihat sekali antusiasme masyarakat. Setelah sekian lama, semangat persatuan partai dan pendukungnya benar-benar terasa,” kata Ketua Partai Demokrat Cabang Wisconsin Ben Wikler.
Baca juga: Status Masih Bakal Calon, Biden Boleh Mundur Tanpa Sanksi
Di Milwaukee, Harris menyerang Trump dengan mengatakan bahwa Presiden AS 2017-2021 itu hanya menggiring AS menuju zaman kegelapan. ”Apakah bangsa kita menginginkan negara yang beradab dan damai atau negara penuh kekacauan dan dirundung ketakutan?” kata Harris.
Trump, yang awalnya marah-marah karena harus memulai dari nol untuk melawan Harris, juga sudah menenangkan diri. Ia mengumumkan dirinya siap melawan Harris di debat calon presiden berikutnya. ”Melawan dia lebih daripada debat pun saya siap,” ujarnya.
Meskipun di atas angin, Harris tetap harus menyiapkan diri mengikuti Konvensi Nasional Partai Demokrat. Ia bersama para calon lain yang ingin mengajukan diri sebagai jagoan partai untuk pemilu November harus mengumpulkan semua persyaratan paling lama tanggal 30 Juli.
Harris juga masih memiliki pekerjaan meyakinkan para elite partai ataupun penyokong dana yang belum sepenuhnya memberi dukungan. Jajak pendapat internal Partai Demokrat mengungkapkan baru enam dari 10 kader dan simpatisan yang meyakini Harris sebagai perwakilan mereka untuk pemilu. Artinya, ada empat dari 10 orang yang harus dimenangkan hatinya oleh Harris.
Baca juga: Joe Biden Mundur, Trump Marah-marah
Pada Kamis (25/7), Harris dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurut para pengamat politik, langkah ini penting di dalam mendulang suara bangsa AS. Berbeda dengan Biden, Harris memiliki pendirian lebih keras terkait perang antara Israel dengan Hamas.
Ia sangat menentang jatuhnya korban sipil yang jumlahnya semakin banyak di Jalur Gaza. Bagi para pengkritik perang tersebut, mereka menginginkan ketegasan Harris mendorong gencatan senjata tanpa diiringi pengiriman senjata ke Israel.
”Saya anak dari penyintas tragedi Holocaust. Kami berkomitmen tragedi itu tidak boleh terulang dan dialami oleh siapa pun. Hanya dialog dan gencatan senjata yang bisa mengakhiri konflik. Kami ingin melihat kesungguhan pemerintah untuk solusi damai,” kata Jane Hirschman, warga Yahudi New York yang menentang perang. Ia dan kedua anaknya datang ke Washington DC guna bersiap mendemo Netanyahu. (AP/AFP/Reuters)