Pemilu 2024 sebentar lagi tiba. Panitia luar negeri bekerja keras agar pemilih di luar negeri dapat menyalurkan suara.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
Pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden, juga anggota legislatif, bakal dihelat pada 14 Februari 2024 mendatang. Untuk warga negara Indonesia yang saat ini tinggal di luar negeri, ada jadwal tersendiri yang ditetapkan untuk pelaksanaan pesta demokrasi itu.
Di 128 negara dan wilayah di mana perwakilan diplomatik Indonesia berada, sebagian akan menggelar pemilihan umum beberapa hari lebih awal daripada jadwal di Tanah Air. Namun, ada juga yang bersamaan dengan jadwal di Indonesia.
Kedutaan besar ataupun konsulat jenderal Indonesia turut membantu pelaksanaan Pemilu 2024. Mereka mendukung setiap tahapan persiapan pemilu, mulai dari membentuk Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN), mendukung PPLN melakukan sosialisasi kepada warga Indonesia di wilayah kerja KBRI atau KJRI, hingga menyediakan lokasi untuk pemungutan suara.
Zelda Wulan Kartika, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Seoul, Kamis (25/1/2024), menjelaskan, mengingat sebagian besar warga Indonesia di Korea Selatan adalah pekerja migran, diupayakan hari pemilihan pada hari libur kerja.
”Warga Indonesia di Korea Selatan akan memilih pada 10 Februari atau empat hari lebih awal dari jadwal di Tanah Air,” kata Zelda.
Dengan latar belakang pemilih yang sebagian besar pekerja migran, lanjutnya, tantangan PPLN Seoul di Korea Selatan adalah menjangkau mereka yang bekerja hingga di pelosok ”negeri ginseng” itu. Sebagian dari pekerja migran Indonesia bekerja di sektor perikanan di wilayah terpencil.
”PPLN Seoul memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Tiktok, yang cukup diakrabi sebagai media sosialisasi Pemilu 2024 untuk menjangkau semua pemilih. Cukup efektif. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan melalui kegiatan masyarakat, seperti pengajian ataupun kegiatan Festival Indonesia,” kata Zelda.
Sosialisasi melalui komunitas juga dilakukan PPLN Den Haag, PPLN Abu Dhabi, dan PPLN New York. Mereka mendatangi berbagai komunitas serta mengajak masyarakat atau tokoh masyarakat Indonesia di negara itu.
”Di Belanda, komunitas masyarakat cukup kuat, seperti komunitas masyarakat Batak atau Minang, juga perkumpulan pelajar. Kami mengontak tokoh komunitas itu untuk sosialisasi dan mengajak warga Indonesia berkumpul,” kata Ketua PPLN Den Haag Nur Hasyim Subadi.
Sosialisasi dan gerakan untuk pemilu damai juga dihelat oleh PPLN Abu Dhabi dan PPLN New York. ”Dubes RI juga turut memberikan sosialisasi tentang pemilu dalam pertemuan warga dengan Dubes RI di Dubai pada 16 Desember 2023 dan di Abu Dhabi pada 17 Desember 2023,” kata Konselor Pensosbud KBRI Abu Dhabi Muhammad Sadri dalam keterangannya mewakili Duta Besar Husin Bagis.
PPLN dan Panwaslu New York pun tak ketinggalan. Mereka menggelar kampanye Pemilu Damai pada 19 Januari 2024 lalu. ”Pemilik suara adalah bintang dalam setiap pemilu,” kata Indriyo Sukmono, Ketua PPLN New York.
TPS di gedung
Sosialisasi, pengumuman, dan ajakan untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024 terus diserukan para petugas pemilu di luar negeri. Bahkan, PPLN di negara-negara belahan utara yang saat ini tengah dilanda musim dingin menyiapkan gedung untuk pemungutan suara.
”Kami sedang menghadapi musim dingin. Pekan ini saja kami sempat mendapati suhu minus 4 derajat (celsius). Supaya pemilih yang datang dari sejumlah kota dan wilayah di Belanda tidak kedinginan, tetap hangat, kami menyewa gedung,” ujar Hasyim.
Dengan menyewa gedung di De Broodfabriek di kota Rijswijk, PPLN Den Haag menyiapkan tujuh TPS. Selain itu, ada dua TPS pos yang akan menerima kiriman pos pemilih. Sesuai jadwal, rekapitulasi surat suara dari TPS dan pos akan dilakukan pada 17 Februari 2024.
Korea Selatan juga menempuh cara yang sama. ”Kami mengusahakan 29 TPS yang tersebar di 21 kota di Korea Selatan, semua ada di gedung. Sekarang sedang musim dingin dan suhu sangat dingin,” ujar Zelda.
Tujuannya, katanya, tak lain supaya 16.510 orang yang terdata dalam DPT Seoul merasa nyaman saat memberikan suara. Selain itu, 10.340 warga Indonesia lain terdata sebagai pemilih di Korsel yang memilih lewat pos.
Hasyim menambahkan, masih ada tantangan lain yang perlu dihadapi, yaitu tambahan pemilih karena alasan pindah lokasi memilih. ”Di Belanda, tambahan di luar DPT, di antaranya, datang dari mereka yang baru tiba karena sekolah dan jumlahnya cukup besar,” ujarnya.
Meskipun demikian, para petugas telah siap untuk menjalankan semua tugas.