Permintaan global yang anjlok telah ikut memukul perekonomian Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga global. Tekanan ekonomi di Jepang juga ikut disebabkan oleh kebijakan darurat lokal melawan pandemi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SENIN — Pemerintah Jepang akan menyusun anggaran tambahan kedua pada tahun fiskal saat ini untuk mendanai langkah-langkah baru memerangi dampak ekonomi akibat pandemi penyakit Covid-19. Mengutip laporan Nikkei, Senin (11/5/2020), langkah-langkah baru itu mencakup bantuan pada perusahaan ataupun individu-individu yang terkena dampak pandemi.
Anjloknya permintaan global telah ikut memukul perekonomian Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia. Tekanan ekonomi di Jepang juga ikut disebabkan oleh kebijakan darurat lokal untuk melawan pandemi. Kebijakan itu sejauh ini diperpanjang hingga akhir Mei.
Nikkei menyebut langkah-langkah baru akan mencakup aneka bantuan. Antara lain bagi perusahaan yang berjuang untuk membayar sewa dan dukungan untuk siswa yang telah kehilangan pekerjaan paruh waktu. Lebih banyak subsidi juga direncanakan diberikan bagi perusahaan-perusahaan yang terpukul oleh kondisi penjualan yang anjlok.
Pemerintah Jepang berencana untuk mengeluarkan anggaran tambahan melalui sesi parlemen saat ini yang berlangsung hingga 17 Juni. Namun, tidak ada pernyataan resmi maupun kutipan sumber terkait rencana itu. Apabila rencana itu terealisasi, akan menjadi rekor baru paket stimulus yang diluncurkan Pemerintah Jepang.
Jepang telah menyusun paket stimulus ekonomi senilai 1,1 triliun dollar AS pada bulan April. Stimulus itu berfokus pada bantuan langsung tunai untuk rumah tangga dan pinjaman untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terhantam oleh pandemi. Koalisi parlemen di negara itu juga telah meningkatkan seruan untuk bantuan lebih lanjut.
Mereka menilai keputusan pemerintah untuk memperpanjang keadaan darurat meningkatkan risiko kebangkrutan dan hilangnya pekerjaan. Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan, ekonomi Jepang kemungkinan menyusut untuk triwulan kedua tahun ini secara berturut-turut. Hal itu bakal memenuhi definisi teknis dari resesi karena pandemi telah menghancurkan konsumsi dan aktivitas bisnis.
Pelonggaran
Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, Minggu (10/5/2020), mengatakan, pemerintah sedang berupaya untuk mencabut keadaan darurat di banyak wilayah dari 34 prefektur di Jepang. Wilayah-wilayah yang diwacanakan dilonggarkan itu tidak termasuk yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19 sebelum tenggat nasional 31 Mei berakhir.
”Mencabut keadaan darurat di banyak wilayah dari 34 prefektur yang mengecualikan orang-orang dalam kondisi kehati-hatian tertentu mungkin akan dilakukan karena banyak prefektur telah mendapati ketidakadaan kasus infeksi baru akhir-akhir ini,” kata Nishimura dalam siaran media NHK.
Jepang telah menyusun paket stimulus ekonomi senilai 1,1 triliun dollar AS pada April lalu. Stimulus itu berfokus pada bantuan langsung tunai untuk rumah tangga dan pinjaman untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terhantam pandemi.
Nishimura, yang bertanggung jawab atas langkah melawan pandemi Covid-19, mengatakan, tren penurunan infeksi baru mingguan dan jumlah kasus baru berdasarkan jumlah per kapita akan menjadi salah satu kriteria evaluasi untuk pencabutan tersebut. Jepang memperpanjang keadaan darurat nasionalnya pekan lalu hingga akhir Mei.
Namun, otoritas di Tokyo mengatakan, akan menilai kembali situasi pada pertemuan gugus tugas Covid-19 pada 14 Mei. Di situlah nanti diambil keputusan untuk mengakhiri kebijakan penutupan wilayah bagi sejumlah prefektur.
Dari 47 prefektur di Jepang, pemerintah telah menetapkan 13 prefektur di mana virus korona tipe baru penyebab Covid-19 telah menyebar dengan cepat sebagai ”prefektur di bawah pengawasan khusus”. Tokyo dan Osaka termasuk dalam klasifikasi prefektur khusus itu.
Nishimura mengatakan, beberapa dari 13 prefektur juga bisa berada di antara area yang harus dikeluarkan dari tindakan penutupan wilayah sebelum batas waktu berakhir. Data terkonfirmasi hingga Minggu terdapat 15.777 kasus Covid-19 di Jepang dengan 624 kasus, tidak termasuk kasus-kasus dari kapal pesiar yang sebelumnya dikarantina di Yokohama. (REUTERS)