ROMA, MINGGURakyat Italia memberikan suaranya, Minggu (4/3), dalam pemilihan umum legislatif yang akan menentukan masa depan Italia apakah mengarah ke pemerintahan populis atau tetap berada di tengah.
Kampanye pemilu Italia diwarnai dengan semakin kuatnya retorika berbau neofasis yang dilancarkan oleh partai-partai ekstrem kanan yang antimigran. Puncaknya adalah penembakan terhadap enam migran asal Afrika, Februari lalu.
Sampai dengan hari terakhir kampanye, jajak-jajak pendapat menunjukkan partai ekstrem kanan Gerakan 5 Bintang selalu unggul, disusul Partai Forza Italia yang dipimpin mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi dan Partai Demokratik yang berkuasa.
Para pengamat menilai, ketiga blok, yaitu kubu tengah kanan, tengah kiri, dan anti-kemapanan (anti-pemerintah) Gerakan 5 Bintang, tidak akan ada yang meraih mayoritas absolut.
”Pada akhirnya tak akan ada yang menjadi mayoritas absolut dari ketiga kubu itu. Mereka akan dipaksa saling berkomunikasi satu sama lain untuk membentuk pemerintahan koalisi,” kata Franco Pavoncello, dekan Universitas John Cabot di Roma.
Itu artinya, awusai pemilu akan terjadi ”jual-beli” kedudukan di antara ketiga kubu sehingga pembentukan pemerintahan koalisi bisa memakan waktu berminggu-minggu.
Tengah kanan
Meski demikian, sejumlah analis memperkirakan koalisi yang kemungkinan akan meraih mayoritas absolut adalah koalisi tengah kanan yang dikendalikan oleh Berlusconi dari Partai Forza Italia. Koalisi mereka terdiri dari Partai Liga yang antimigran dan partai yang memiliki akar neofasis, Persaudaraan Italia.
Kemungkinan itu membuat negara-negara di Uni Eropa saksama mengamati perkembangan di Italia karena khawatir akan munculnya ”skenario mimpi buruk”, yaitu berkumpulnya partai-partai ekstrem kanan menjadi kekuatan mayoritas di parlemen, yaitu Lima Bintang, Liga, dan Persaudaraan Italia.
Berlusconi, yang pernah tiga kali menjadi perdana menteri, dalam kampanyenya berjanji akan merepatriasi 600.000 imigran jika kubu tengah-kanan menang. Hadirnya Steve Bannon, arsitek pemerintahan populis Presiden AS Donald Trump, di Roma, mengindikasikan kemungkinan itu.
”Hasil seperti itu merupakan ’kehancuran’ bagi pasar,” kata Roberto D’Alimonte dari Universitas LUISS di Roma. Menurut dia, Partai 5 Bintang diprediksi akan meraih suara terbanyak dan partai inilah yang akan menjadi penentu siapa yang dipilih untuk berkoalisi.
Menguatnya sentimen populisme di Italia telah membuat khawatir para pencari suaka. ”Tentu saja saya mengkhawatirkan hasil pemilu ini karena saya telah sampai di Eropa dengan seluruh mimpi dan harapan,” kata Musab Badur, pencari suaka dari Sudan yang saat ini tinggal di penampungan di Milan.
Satu-satunya partai yang mencoba mencegah Italia ke arah fasisme dan populisme adalah Partai Demokratik. Namun, buruknya perekonomian Italia dan tingginya pengangguran membuat partai ini semakin jauh dari rakyatnya (AP/REUTERS)