Hasil penelitian menunjukkan kafein berpotensi menjadi terapi untuk pengobatan gangguan ”attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD”.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gangguan attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD telah meningkat secara eksponensial selama 20 tahun terakhir sehingga upaya untuk mengatasinya terus dilakukan. Penelitian terbaru menemukan kafein berpotensi meningkatkan konsentrasi dan kapasitas retensi pada remaja dan orang dewasa yang menderita gangguan kejiwaan ini.
Temuan ini dipublikasikan tim peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol, di jurnal Nutrients edisi Februari 2022. Edisi daring paper ini bisa diakses pada Kamis (30/3/2022). Diego Redolar, spesialis ilmu saraf di Cognitive NeuroLab, UOC, menjadi pemimpin studi ini.
Tim peneliti menyebutkan, perkiraan saat ini menunjukkan bahwa gangguan ADHD memengaruhi antara 2 dan 5 persen anak-anak di Spanyol atau rata-rata satu atau dua anak per kelas di sekolah di negeri ini. Sedangkan pada orang dewasa mencapai 4 persen dari populasi.
ADHD diketahui sebagai gangguan mental dengan diagnosis yang meningkat secara eksponensial, terutama di kalangan anak-anak. Namun, gangguan ini tidak lazim di masa dewasa. ”ADHD tidak didiagnosis dengan benar pada orang dewasa meskipun ada banyak diagnosis di antara anak-anak dan remaja,” kata Vázquez.
Meskipun angka kejadiannya tinggi, pengobatan patologi ini dan pendekatan terapeutik untuk itu masih menjadi kontroversi. Untuk alasan ini, para ahli terus menyelidiki berbagai komponen dan zat yang mungkin mampu memberikan peluang pengobatan baru untuk pasien yang didiagnosis dengan ADHD.
Sejak beberapa tahun terakhir, tim peneliti UOC mempelajari kemungkinan memasukkan kafein untuk meringankan beberapa gejala ADHD. ”Obat-obatan untuk mengurangi ADHD terbatas, dan ada tingkat kontroversi tertentu seputar penggunaan beberapa jenis obat dan stimulan, terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Itulah mengapa berguna untuk mempelajari kemanjuran zat lain, seperti kafein,” kata Javier Vázquez, penulis pertama makalah ini, dalam keterangan tertulis.
Menurut peneliti, kajian ini merupakan tinjauan sistematis pertama yang telah dilakukan, termasuk pada tingkat sel. Mereka menemukan konsumsi kafein pada model hewan dengan ADHD bisa meningkatkan konsentrasi, manfaat pembelajaran, dan peningkatan dalam beberapa jenis memori.
”Zat (kafein) ini meningkatkan jenis prosedur kognitif, serta meningkatkan kapasitas dan fleksibilitas dalam perhatian spasial dan perhatian selektif, serta dalam memori kerja dan memori jangka pendek,” ujar Vazquez.
Kafein berpotensi meningkatkan konsentrasi dan kapasitas retensi pada remaja dan orang dewasa yang menderita gangguan kejiwaan attention deficit hyperactivity disorderatau ADHD
Dia menambahkan, pengobatan terkontrol dengan zat ini tidak mengubah tekanan darah, dan tidak menyebabkan peningkatan atau pengurangan berat badan. Namun, para peneliti menunjukkan bahwa kafein dapat menjadi alat terapi untuk gejala ini, tetapi hasil untuk gejala karakteristik ADHD lainnya, seperti hiperaktif dan impulsif, tidak jelas.
”Hasilnya sangat positif, tetapi kita harus lebih berhati-hati ketika meresepkan perawatan medis berbasis kafein untuk gejala-gejala ini. Dalam diagnosis di mana masalahnya murni atensi, kafein mungkin merupakan terapi yang tepat, tetapi jika ada gejala hiperaktif atau impulsif, kita harus lebih berhati-hati,” kata Vazquez.
Dengan temuan ini, tim peneliti menyebutkan, kafein berpotensi menjadi terapi untuk pengobatan ADHD. ”Hasil kami memperkuat hipotesis bahwa efek kognitif kafein yang ditemukan pada model hewan dapat diterapkan dalam pengobatan ADHD pada orang, terutama pada usia muda seperti remaja,” kata para penulis.