Guru Hadirkan Pembelajaran Bermakna dan Menyenangkan
Semangat gotong royong dan berbagi praktik baik dikuatkan untuk suksesnya implementasi Kurikulum Merdeka.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran bermakna dan menyenangkan dengan Kurikulum Merdeka dihadirkan lewat berbagi praktik baik antarsekolah dan guru. Dengan semangat gotong royong dan berbagi inilah, berbagai inovasi pembelajaran dimunculkan para guru untuk membuat siswa lebih aktif belajar dan membangun karakter.
Berbagai praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka dihadirkan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, lewat puncak Festival Kurikulum Merdeka kedua di Jakarta, Jumat (5/7/2024). Kegiatan ini dirancang sebagai ruang untuk menyebarluaskan berbagai inovasi yang telah dilakukan dalam penerapan Kurikulum Merdeka guna menghadirkan pembelajaran berkualitas serta untuk meningkatkan semangat tahun ajaran baru 2024/ 2025 dengan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional.
Festival Kurikulum Merdeka menghadirkan pameran karya potret cerita dan interaksi bersama peserta, pameran kolaborasi pendidikan, pemutaran film dokumenter, serta dua sesi gelar wicara dengan tema ”Belajar Lebih Bermakna dan Menyenangkan”, serta ”Semua Punya Peran: Gotong Royong Kuatkan Ekosistem Pendidikan”.
”Dengan menghadirkan pengalaman nyata pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum Merdeka, serta manfaat yang dirasakan orangtua, festival ini berupaya menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan dengan Kurikulum Merdeka,” kata Aswin Wihdiyanto, Pelaksana Tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus serta Supervisor Tim Kurikulum Merdeka, Ditjen Paudikdasmen, Kemendikbudristek.
Aswin mengajak semua pihak terus membangun budaya berbagi dan belajar bersama untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran dan layanan pendidikan secara berkelanjutan. Implementasi secara sukarela Kurikulum Merdeka beberapa tahun ini telah mencakup lebih dari 82 persen satuan pendidikan. Proses ini membuat satuan pendidikan lebih siap menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran baru nanti.
Stefanus Padeng, guru SD di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, berkomitmen menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi semua siswa di kelas. Dia berfokus mendukung murid agar dapat belajar sesuai kebutuhannya.
Stefanus mengembangkan pojok Curhat Tirta untuk mengimplementasikan tujuan, identifikasi, rencana, tindak lanjut, dan tanggung jawab bagi tiap siswa. Hal ini untuk mendukung pembelajaran terdiferensiasi yang sesuai kebutuhan murid.
”Saya memulainya dengan pojok curhat Tirta. Dari hasil curhat, saya pakai untuk menyiapkan pembelajaran yang sesuai bakat minat siswa,” katanya.
Implementasi secara sukarela Kurikulum Merdeka beberapa tahun ini telah mencakup lebih dari 82 persen satuan pendidikan.
Kurikulum Merdeka, kata Stefanus, memberi kemerdekaan bagi guru tetapi tetap terarah. Dia pun memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk belajar secara mandiri untuk mendapatkan inspirasi mendesain pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa meskipun untuk mengakses platform PMM butuh waktu dua jam perjalanan ke kota agar mendapat jaringan internet.
Stefanus juga memakai alat musik petik tradisional untuk mengiringi beragam lagu anak yang liriknya disesuaikan dengan topik pembelajaran. Tujuannya untuk memperkuat ingatan dan memfasilitasi pemahaman materi sulit agar lebih mudah dipahami siswa.
”Ayo kawan, ayo kita belajar mengenal suatu tempat bilangan. Ada satuan, puluhan, ratusan, ribuan. Tepuk tangan, bergembira, sekali lagi. Mari siap tuk belajar,” kata Stefanus mencontohkan nyanyian yang diolahnya untuk pembelajaran Matematika.
Galih Sulistyaningra, guru SD di Jakarta Pusat, mengatakan, fleksibilitas dalam Kurikulum Merdeka membuat dia leluasa menentukan materi belajar sesuai tingkatan kemampuan siswa. Sebab, pembelajaran tidak lagi mengejar banyaknya materi.
”Saya merasa harus beradaptasi karena untuk dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara berkualitas membutuhkan perubahan paradigma. Dulu belajar untuk mempersiapkan ujian atau siswa dapat nilai bagus. Kini, pembelajaran holistik dan kontekstual dan menjawab permasalahan di kehidupan nyata. Ada tuntutan pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan kompetensi dan karakter siswa,” ujar Galih.
Udzma Naziihati, siswa SMA Negeri 1 Kelumpang Hilir, Kalimantan Selatan, mengaku senang dengan pembelajaran yang semakin kreatif dari guru. Bahkan, siswa mulai diajar untuk membuat proyek dalam mengatasi masalah di sekitar kehidupan siswa.
”Saya terkesan waktu ada proyek memanfaatkan tandan kelapa sawit yang kosong di sekitar sekolah untuk jadi briket kompos. Proyek ini memadukan pelajaran Biologi dan Kimia. Kami tidak hanya dapat mengatasi limbah tapi ditantang berpikir kreatif dan kritis,” ujar Udzma.
Udzma juga semangat ketika guru menantang siswa membuat karya tulis mengatasi cyberbullying. Mereka mengidentifikasi pelaku dan korban di lingkungan sekolah.
”Belajar aktif membuat siswa tidak bosan. Selain isu, kami juga jadi terbiasa diskusi, bahkan presentasi di depan kelas. Saya yang tadinya pemalu, jadi mulai belajar berani tampil di depan kelas,” ujarnya.
Sri Mayawati, orangtua siswa anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, mengapresiasi guru yang makin terbuka dalam melaporkan pembelajaran dan perkembangan siswa. Kolaborasi guru-orangtua untuk mendampingi anak belajar semakin sejalan di sekolah dan rumah.