UOB Painting of the Year Dibuka untuk Perupa Profesional dan Pemula
Kompetisi UOB Painting of the Year di Indonesia kembali digelar. Kompetisi ke-13 ini diharapkan dapat menjadi wadah mengembangkan potensi perupa serta memperluas wawasan publik akan seni.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kompetisi lukis tahunan UOB Painting of the Year kembali diselenggarakan di Indonesia pada 2023. Seluruh perupa di Indonesia, baik perupa profesional maupun pemula, dapat berpartisipasi. Pemenang akan mewakili Indonesia ke kompetisi tingkat Asia Tenggara melawan perupa dari sejumlah negara tetangga.
Tahun ini merupakan perhelatan UOB Painting of the Years ke-13 yang digelar di Indonesia. Sejak diselenggarakan pada 2011, tercatat lebih dari 15.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang berpartisipasi. Dewan juri lantas menilai dan menentukan satu pemenang setiap tahun.
Para pemenang akan melanjutkan kompetisi di ajang UOB Southeast Asian Painting of the Year. Peserta UOB Southeast Asian Painting of the Year adalah pemenang dari kompetisi lukis di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Tahun 2023 adalah kali pertama Vietnam berpartisipasi.
Indonesia tercatat 12 kali mengikuti UOB Southeast Asian Painting of the Year. Dari jumlah itu, Indonesia menyabet gelar sebagai pemenang sebanyak enam kali, yaitu pada 2014, 2015, 2016, 2018, 2019, dan 2020.
“Indonesia memiliki warisan seni yang kaya dan beragam serta memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengangkat derajat masyarakat,” kata Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia Maya Rizano di Jakarta, Kamis (4/5/2023). “Kami harap kompetisi ini dapat menumbuhkan apresiasi dan pemahaman seni yang lebih besar, sekaligus menyediakan wadah bagi seniman Indonesia untuk menunjukkan bakat dan semangat seni,” tambahnya.
Adapun peserta kompetisi akan dibagi dalam dua kategori, yakni kategori seniman profesional dan pendatang baru. Seniman profesional didefinisikan sebagai perupa yang pernah berpartisipasi di pameran seni. Seniman pendatang baru adalah orang dari segala kelompok usia yang belum pernah berpameran. Peserta dapat mendaftarkan karyanya pada 4 Mei-15 Agustus 2023.
Para pemenang di dua kategori akan menerima hadiah senilai Rp 600 juta. Pemenang juga berkesempatan mengikuti program residensi seni di Fukuoka Asian Art Museum, Jepang selama sebulan.
Perupa sekaligus pemenang UOB Painting of the Year 2021 Meliantha Muliawan mengatakan, ia akan mengikuti residensi mulai bulan ini. Ia berencana mengeksplorasi agama Buddha dan Shinto di Jepang, kemudian menarik benang merah dengan agama Buddha dan Konghucu di Indonesia.
“(Eksplorasinya) lebih ke pandangan, obyek, dan ritual dari tiga generasi di sana, bukan soal agamanya,” kata Meliantha. “Persiapan sudah dilakukan. Jadi, ada gambaran apa yang bisa saya bawa dari Indonesia (untuk residensi) dan apa yang bisa dipelajari dari luar,” katanya.
Tumbuhkan ekosistem
Menurut ketua dewan juri UOB Painting of the Year 2023, Melati Suryodarmo, pameran dan kompetisi seni penting untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap seni. Ini juga penting untuk menumbuhkan ekosistem seni.
Namun, ekosistem seni dinilai masih berpusat di Jawa dan Bali. Padahal, perupa dan karya seni di luar Jawa dan Bali punya potensi besar. Kompetisi ini dipandang sebagai salah satu cara meratakan perkembangan ekosistem seni di Indonesia.
“Tren seni saat ini justru mencari kekhasan regional, tidak lagi mengikuti Eropa atau Amerika,” kata Melati. “Tema dan karakter atau kekhasan karya sangat penting,” tambahnya.
Jika infrastruktur dan kegiatan kesenian sudah terdesentralisasi di luar Jawa dan Bali yang selama ini jadi pusat, kesenian Indonesia akan luar biasa.
Menurut Kurator sekaligus pengajar Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung Agung Hujatnika, konteks kelokalan menjadi kekuatan seniman di daerah. Namun, masih banyak potensi budaya dan seni yang belum dieksplorasi.
“Jika infrastruktur dan kegiatan kesenian sudah terdesentralisasi di luar Jawa dan Bali yang selama ini jadi pusat, kesenian Indonesia akan luar biasa. Sebab, kekayaan budaya kita masih banyak yang belum terlihat. Sumber inspirasi seniman di luar lebih kaya dari kita yang ada di sini (Jawa dan Bali),” kata Agung.
Anggota dewan juri sekaligus Direktur Kreatif Sarinah Art District di Jakarta, Heri Pemad, mengatakan, ia mengagumi cara berkarya perupa di luar Jawa dan Bali yang murni dan otentik. Beberapa praktik seni mereka dinilai tak biasa atau bahkan tidak ditemukan di pendidikan seni formal. Namun, hal itu justru dapat memperkaya perspektif kesenian.
“Di Nusantara, di pulau-pulau kecil sana ada banyak seniman yang sangat keren dan bagus, bahkan menginspirasi seniman profesional,” kata Heri yang juga pendiri Artjog dan Art Bali.