Pendidikan di Kampus Hadapi Tantangan Kemajuan Teknologi Digital
Kemajuan teknologi adalah hal yang pasti terjadi. Dunia kampus harus segera menyikapinya dengan sejumlah strategi dan adaptasi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pendidikan di perguruan tinggi kini menghadapi sejumlah tantangan yang muncul karena kemajuan teknologi informasi. Selain karena munculnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dunia kampus pun harus berhati-hati karena kemajuan teknologi memicu terciptanya begitu banyak peluang untuk mendapatkan pemasukan di dunia maya, dan banyak di antaranya bisa dilakukan tanpa harus membekali diri dengan pendidikan tinggi setara sarjana.
”Dunia kampus harus mempersiapkan diri dan hati-hati karena kemajuan teknologi digital ini sungguh nyata menciptakan demokratisasi dalam dunia karier dan ilmu pengetahuan,” ujar peneliti sekaligus Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Prof Dr Komaruddin Hidayat, dalam sambutannya di acara Dies Natalis Ke-44 Universitas Tidar Magelang, Selasa (2/5/2023).
Dia mengungkapkan, contoh nyata yang jelas terlihat adalah munculnya sejumlah youtuber terkenal dan diketahui memiliki pemasukan yang fantastis. Kekayaan mereka tentu saja akan menggoda dan kemudian dikhawatirkan membuat banyak mahasiswa pesimistis, merasa tidak perlu menempuh kuliah karena gelar sarjana belum tentu membuatnya kaya.
Tantangan lainnya yang muncul dari kemajuan teknologi adalah kecerdasan buatan atau AI. Salah satu penelitian di Australia, menurut dia, sempat menyebutkan bahwa 12 persen karya ilmiah yang dibuat mahasiswa di perguruan tinggi bersumber dari AI. Kondisi demikian bukan tidak mungkin juga akan terjadi di Indonesia. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut, menurut dia, adalah memperbaiki relasi antara mahasiswa dan dosen.
”Tanpa ada upaya perbaikan relasi, di masa sekarang, mahasiswa pun akan dengan mudah berpaling ke AI, yang akan lebih sabar dan lebih cepat melayani semua pertanyaan mereka,” ujar Komaruddin, yang pernah menjabat sebagai rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta selama dua periode ini.
Selain itu, di masa sekarang, pihak kampus pun harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Hal ini, menurut dia, sudah dilakukan sejumlah kampus dengan tidak lagi sekadar menetapkan tugas makalah bagi mahasiswa.
”Di setiap tugas makalah, sejumlah kampus juga menetapkan metode ujian dengan wawancara dan diskusi langsung dengan mahasiswanya,” ujarnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan keaslian ide dan rumusan yang ditulis mahasiswa dalam makalahnya.
Selain itu, agar tetap menjaga keaslian pikiran dari tiap mahasiswa, sejumlah kampus kini mulai melakukan kegiatan kuliah tanpa komputer. Para mahasiswa harus mencatat materi kuliah dengan tulisan tangan di kertas.
Rektor Universitas Tidar Magelang Prof Dr Sugiyarto mengatakan, menginjak tahun kedelapan ditetapkan sebagai perguruan tinggi negeri, Universitas Tidar hingga saat ini masih terus berupaya mengembangkan diri. Universitas Tidar terus berupaya mengikuti perkembangan kemajuan teknologi, tetapi semuanya tetap dilakukan dengan berbasis pada kearifan lokal.
Universitas Tidar juga masih terus berupaya mengembangkan kualitas tenaga pendidik atau dosen. Dari total 357 dosen di Universitas Tidar, baru sekitar 12 persen di antaranya yang mengenyam pendidikan S-3.
Menyikapi kondisi tersebut, Sugiyarto mengatakan, pihaknya kini membuka peluang seluas-luasnya bagi seluruh dosen untuk menempuh pendidikan lanjutan S-3. Hal ini mendesak dilakukan karena Universitas Tidar juga membuka sejumlah program pascasarjana. ”Karena ada program pascasarjana, tidak mungkin kami di sini melakukan jeruk makan jeruk (lulusan S-2 mengajar di program pascasarjana),” ujarnya.