Washington ingin membatasi ekspor cip ke negara-negara yang tidak dekat dan menjaga pengembangan kecerdasan artifisial secara eksklusif.

Dompet digital kini mengadopsi akal imitasi atau AI. Mulai dari asisten virtual hingga fitur patungan. Namun, masih ada tantangan dalam penerapan AI.

Gara-gara ”deepfake”, dunia maya semakin tak aman bagi perempuan.

Evolusi membuat otak manusia lebih besar dibanding otak primata lain. Dengan kian masifnya pemanfaatan kecerdasan buatan, otak manusia ditaksir akan susut kembali.

Taksinya tidak berhenti, malah berputar-putar di tempat parkir. Penumpang pun pusing dibuatnya.

Perusahaan raksasa teknologi berlomba-lomba memperluas kapasitas pusat data. Di antara mereka menyebut akan menggunakan pembangkit nuklir untuk kebutuhan daya.

AI sudah melingkupi kita dalam sejumlah aplikasi. Apa yang diperlukan untuk menghadapi perkembangan ini sehingga kita menjadi pemenang?

Pada 2025, sudah saatnya Indonesia bergerak maju dan merespons positif hadirnya kecerdasan buatan di Tanah Air. Salah satunya, melalui optimalisasi pendidikan vokasi