Pelibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sangat penting untuk memacu mereka berpikir kreatif. Dengan begitu, mereka lebih leluasa menyampaikan pendapat dan tidak mudah merasa bosan saat belajar.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
TANJUNG SELOR, KOMPAS — Pembelajaran satu arah yang hanya berpusat pada guru cenderung monoton dan membuat siswa pasif. Guru sebaiknya menerapkan pembelajaran interaktif sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir kreatif.
Di Sekolah Dasar Negeri 026 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, pembelajaran interaktif digelar sejak 2019. Para guru menggunakan berbagai medium demi menarik minat siswa terlibat dalam pembelajaran. Guru kelas II, Sudarmuji, misalnya, menggunakan potongan karton bertuliskan kata tertentu. Kemudian, siswa diajak menyusun kata-kata tersebut menjadi kalimat yang menjelaskan sebuah gambar.
Metode ini membuat siswa antusias untuk menyusun kalimat. Mereka bahkan berlomba mengacungkan tangan agar bisa mengerjakannya lebih dulu.
”Pembelajaran interaktif bukan hanya disukai siswa. Namun, mereka juga diajak berpikir kreatif untuk bisa menyusun kalimat berdasarkan gambar yang ditentukan,” ujarnya, Kamis (13/4/2023).
Selain itu, siswa tidak tertekan belajar di kelas. Sebab, mereka diberi keleluasaan untuk menyampaikan pendapat masing-masing. Jadi, siswa belajar bukan karena perintah guru.
Menurut Sudarmuji, cara ini cukup efektif meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menyusun kalimat. Pada umumnya, siswa lebih tertarik melihat gambar. Dengan begitu, mereka tidak merasa terbebani ketika diajak membuat kalimat berdasarkan gambar tersebut.
Dalam belajar penggunaan huruf kapital dan tanda baca, pembelajaran di kelas menggunakan audio. Siswa diajak bernyanyi dengan notasi sederhana. Lirik lagu tersebut berisi ketentuan pemakaian huruf besar di awal kalimat, nama orang, hari, dan bulan.
Anak-anak semestinya dilibatkan dalam pembelajaran yang akan menentukan masa depan mereka. Ingat, siswa itu bukan robot yang hanya menjalankan perintah.
Sudarmuji menuturkan, konsep pembelajaran interaktif itu diterapkan setelah pihaknya bermitra dengan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), program kemitraan antara Pemerintah Australia dan Indonesia. Ia berharap tenaga pendidik terdorong untuk menggunakan konsep serupa.
”Anak-anak semestinya dilibatkan dalam pembelajaran yang akan menentukan masa depan mereka. Ingat, siswa itu bukan robot yang hanya menjalankan perintah,” ucapnya.
Kepala SD Negeri 026 Tanjung Selor John Hendri menyebutkan, di setiap awal tahun ajaran, guru-guru di sekolah itu melakukan asesmen demi mengetahui kemampuan setiap siswa. Setelah itu, guru merumuskan cara pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa.
”Kami ingin siswa dominan di kelas sehingga konsepnya harus interaktif. Selain materi pembelajaran lebih gampang diserap, cara ini juga melatih kepercayaan diri mereka,” katanya.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo mengatakan, manfaat utama pembelajaran interaktif adalah membuat siswa senang belajar. Dengan begitu, siswa bisa berpikir kreatif dan mandiri tanpa harus dipaksa.
”Siswa belajar karena suasana kelas yang menyenangkan. Murid pun berani menyampaikan pendapatnya,” ujarnya saat meninjau penerapan Kurikulum Merdeka di beberapa sekolah di Kabupaten Bulungan.
Anindito menambahkan, esensi dari Kurikulum Merdeka adalah mengetahui kebutuhan belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan asesmen diagnostik sejak awal.
”Tanpa itu, bagaimana guru tahu level setiap siswa. Ini salah satu prinsip utama dan juga komitmen nyata mendukung kualitas pembelajaran,” jelasnya.
Belum sepenuhnya pulih
Pandemi Covid-19 menyebabkan learning loss atau kehilangan kompetensi pembelajaran di banyak negara, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan INOVASI menemukan penurunan hasil belajar siswa.
Studi ini melibatkan 4.103 siswa dan 360 guru di 69 sekolah dari 7 kabupaten di 4 provinsi mitra INOVASI. Keempat provinsi itu adalah Kalimantan Utara, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Direktur Program INOVASI Mark Heyward mengatakan, dalam satu tahun pembelajaran selama pandemi, siswa mengalami indikasi kehilangan hasil belajar setara dengan enam bulan pembelajaran untuk literasi dan lima bulan pembelajaran untuk numerasi. Learning loss juga berkontribusi pada semakin melebarnya kesenjangan hasil belajar.
Dua tahun pandemi, mulai terlihat indikasi pemulihan pembelajaran. Pada tahun ajaran 2021/2022 menunjukkan pemulihan hasil belajar setara dengan dua bulan pembelajaran jika dibandingkan dengan tahun ajaran 2020/2021.
”Belum bisa pulih seperti sebelum pandemi. Artinya, masih ada pekerjaan untuk menutup jarak ini. Namun, ada indikasi bagus, learning recovery sudah jalan,” ujarnya.
Bupati Bulungan Syarwani menyampaikan, penggunaan konsep Kurikulum Merdeka membantu daerahnya menahan laju learning loss. Hal itu menjadi modal untuk memperkuat program jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di kabupaten tersebut.
”KIHI menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kami. Untuk itu, anak-anak Bulungan mesti menguasai keterampilan literasi, numerasi, dan karakter agar nantinya tidak hanya menjadi penonton atas berbagai peluang investasi,” jelasnya.