Buku Cerita Jadi Media Mengenalkan Pariwisata Indonesia
Buku cerita dijadikan media untuk mengenalkan kekayaan alam Indonesia kepada publik, khususnya anak-anak. Apresiasi terhadap alam Indonesia diharapkan tertanam sejak dini.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Kinderkloud, perusahaan rintisan di bidang edukasi anak, meluncurkan buku cerita anak bertema alam Indonesia. Buku ini menjadi media mengenalkan lima destinasi pariwisata superprioritas kepada publik, khususnya anak.
Lima buku itu meliputi Borobudur di Jawa Tengah, Danau Toba di Sumatera Utara, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Likupang di Sulawesi Utara. Selain itu, ada beberapa destinasi pariwisata lain yang ditampilkan di buku, seperti Bali, Raja Ampat di Papua Barat, Pantai Pink di NTB, Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, dan Kepulauan Kei di Maluku.
”Kami berharap anak makin kenal, bangga, dan mencintai keunikan destinasi pariwisata Tanah Air,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo melalui keterangan video di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Ada dua judul buku berbahasa Indonesia yang diluncurkan, yaitu Lautan Berbintang dan Menuju Puncak. Keduanya juga dibuat dalam versi bahasa Inggris dengan judul Starry Starry Night dan Journey to the Top. Masing-masing bercerita tentang laut dan gunung.
CEO Kinderkloud Elizabeth Liman mengutarakan, buku ini ditujukan untuk anak berusia 0-6 tahun. Buku ini juga dilengkapi perangkat aktivitas (activity kit) anak, seperti perlengkapan mewarnai. Publik juga bisa mengunduh aplikasi Kinderkloud untuk aktivitas lebih lanjut, misalnya karaoke lagu daerah dan gim anak.
”Ini buku personalized. Artinya, nama tokoh di buku bisa disesuaikan dengan nama anak. Selain itu, buku dikembangkan dengan teknologi AR (augmented reality),” ujarnya. Buku ini dikerjakan bersama CEO TS Media Marianne Rumantir.
Buku ini diharapkan menjadi salah satu referensi bacaan untuk anak usia dini. Koordinator Strategi Komunikasi dan Kemitraan Kemenparekraf Dedi Ahmad Kurnia berharap apresiasi terhadap keindahan alam Indonesia bisa ditumbuhkan lewat buku.
Empat tahun
Menurut riset American Academy of Pediatrics pada 2017, membaca buku bersama anak usia dini dapat memperkaya kosakata dan mendorong kemampuan membaca anak. Kemampuan ini bahkan akan bertahan selama empat tahun setelahnya. Hal tersebut berdasarkan studi terhadap lebih dari 250 pasang ibu dan bayinya yang berusia 6 bulan hingga 4,5 tahun atau 54 bulan.
Ini buku personalized. Artinya, nama tokoh di buku bisa disesuaikan dengan nama anak. Selain itu, buku dikembangkan dengan teknologi AR ( augmented reality).
”Temuan ini menarik karena ada indikasi bahwa membaca untuk anak kecil, bahkan sejak awal bayi, memiliki efek jangka panjang ke bahasa, literasi, dan kemampuan membaca awal. Apa yang mereka pelajari ketika membaca bersama Anda saat bayi masih berdampak hingga empat tahun kemudian ketika mereka akan masuk SD,” kata penulis utama riset ini sekaligus assistant professor di Departemen Pediatri New York University School of Medicine, Carolyn Cates, seperti dikutip dari Science Daily.
Saat dihubungi secara terpisah, psikolog Mira Amir mengatakan, membaca buku cerita tidak hanya menstimulasi kecerdasan anak. Membaca buku bersama juga dapat membangun hubungan emosional antara orangtua dan anak. Hubungan itu tidak hanya mempererat rasa percaya antara anak dan orangtua, tetapi juga menstimulasi perkembangan psikososial anak.
Selain itu, membaca buku bersama orangtua membantu mengasah kemampuan verbal pada anak. Kegiatan ini juga melatih konsentrasi anak, baik secara visual maupun pendengaran.
”Ini akan berguna saat anak sekolah nanti, baik sekolah tatap muka maupun daring. Selain itu, anak bisa belajar berbagai macam emosi dengan membaca buku cerita. Tidak apa-apa jika tidak punya buku cerita. Kita bisa berkreasi dan membuat cerita atau dongeng sendiri,” tuturnya.