Mengapa Laki-laki Merawat Diri?
Laki-laki berhak untuk tampil ”dandy” dan terawat. Bagi mereka, ini adalah cerminan kepedulian pada diri sendiri.
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini?
1. Mengapa pria merawat diri?
2. Bagaimana para pria merawat dirinya?
3. Bagaimana tren merawat diri pada pria berkembang?
4. Bagaimana ini memengaruhi industri mode?
5. Bagaimana mode pria dipandang saat ini?
Mengapa pria merawat diri?
Laki-laki masa kini merawat diri agar bisa tampil rapi, bersih, dan wangi. Mereka memperhatikan penampilan untuk membangun citra diri yang baik di hadapan kolega dan klien. Bagi sebagian laki-laki, utamanya para pekerja, penampilan yang baik adalah cerminan profesionalitas. Selain itu, penampilan yang baik juga kerap diutamakan di beberapa bidang pekerjaan.
Perawatan diri juga menunjukkan kepedulian individu terhadap kebersihan dan kesehatan diri. Itu sebabnya, para pria masa kini tak ragu untuk merawat diri di rumah atau klinik kecantikan.
Aktor Kristo Immanuel, misalnya, merawat rambutnya di klinik kecantikan lantaran kulit kepalanya pernah bermasalah. Hal ini membuat rambutnya rontok parah. Ia lantas menjalani terapi dengan metode plasma kaya trombosit (PRP) untuk mengatasi masalah itu.
Keberhasilan terapi itu tak lupa dibagikan di media sosial. Menurut Kristo, terkadang laki-laki merasa insecure dengan masalah tubuhnya, tetapi tak tahu harus bertanya ke mana untuk mencari solusi. Unggahan Kristo diharapkan bisa membantu para lelaki yang tengah mencari saran.
Baca juga: Aku, Pria Masa Kini yang Terawat dan ”Dandy”
Bagaimana pria merawat dirinya?
Para lelaki merawat dirinya dengan berbagai cara, antara lain dengan menyapukan krim pelembab, toner, dan serum pada wajah. Saat ini tersedia beragam produk perawatan kulit wajah di pasar. Produk ini diformulasikan untuk berbagai jenis kulit, seperti untuk kulit sensitif, berminyak, kering, dan kombinasi kering-berminyak.
Produk-produk itu memiliki beragam fungsi, seperti mengangkat sel kulit mati dan membantu regenerasi sel kulit pada wajah. Bagi para penggunanya, produk skincare tak hanya menimbulkan sensasi segar, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri. Perawatan dengan skincare juga diyakini bisa membuat kulit tetap kencang walau usia bertambah.
Ada lagi yang merawat diri dengan rutin menyapukan tabir surya di wajah sebelum beraktivitas di luar ruangan. Tabir surya berfungsi untuk menghalau sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB) yang bisa menyebabkan penuaan dini, hiperpigmentasi, serta risiko kanker kulit.
Selain merawat kulit, para pria juga membuat penampilan mereka on point dengan rutin merapikan rambut, kumis, cambang, dan jenggot. Mereka juga menyemprotkan parfum agar wangi. Pilihan parfum mereka biasanya disesuaikan dengan kegiatan atau acara yang hendak didatangi.
Agar lebih dandy, laki-laki juga memilih busana tertentu agar tampil modis dan necis. Staf pemasaran media massa di Jakarta, Devie E (45), misalnya, belanja pakaian setidaknya dua pekan sekali. Ia juga belanja sepatu sampai koleksi sepatunya lebih banyak dibandingkan sepatu gabungan istri dan dua anaknya.
”Kalau ada yang nyinyir juga saya enggak peduli. Laki-laki kalau merhatiin baju dan merawat tubuh enggak kayak dulu. Sekarang, lebih berani,” ucap Devie.
Baca juga: Laki-laki Pun Ingin Tampil Beda dengan Kosmetik
Bagaimana tren merawat diri pada pria berkembang?
Perawatan diri adalah bagian dari gaya hidup masyarakat urban yang sedang mencari identitas dan citra diri. Menurut David Chaney dalam buku Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif, gaya hidup ”menyerbu” lewat industri iklan dan televisi.
Ini juga dipengaruhi masuknya majalah-majalah transnasional yang masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an. Artikel pada majalah menyisipkan fantasi hidup yang luks, menyenangkan, gaul, dan mbois alias modis. Terbentuklah persepsi publik akan gaya hidup keren. Hal ini lantas direspons industri yang memodifikasi gaya hidup.
Menurut sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tantan Hermansah, masyarakat pesolek (dandy society) adalah bagian dari bisnis gaya hidup. Dulu, konstruksi bisnis ini fokus pada perempuan saja. Kini, bisnis ini menyasar pasar baru yang belum tergarap, yakni laki-laki.
Laki-laki metroseksual pun hadir. Dalam kamus Oxford, metroseksual dipahami sebagai lelaki heteroseksual yang tinggal di perkotaan dan tertarik pada mode dan tertarik belanja.
Tantan mengatakan, lelaki metroseksual di masa lampau mengalami stereotip. Mereka dianggap kurang jantan, bahkan diasosiasikan sebagai gay. Tantan menambahkan, konsep kejantanan saat ini bergeser. Kejantanan kini diukur dari kualitas diri dan bagaimana pria bersikap kepada orang lain.
Baca juga: Dari ”Pria Cantik” hingga Politik Mi Instan
Bagaimana ini memengaruhi industri mode?
Kemunculan masyarakat pesolek, utamanya pria, direspons oleh dunia mode melalui busana yang kian beragam. Pakaian pria tak lagi didesain serupa kemeja, celana lurus, atau kaus band. Para desainer berkreasi dengan volume, siluet, bahan, dan warna yang ”tak lazim” di busana pria.
Hal ini tampak pada Plaza Indonesia Men’s Fashion Week (PIMFW) 2024 yang dihelat pada 2-7 September di Jakarta. Ada 40 perancang busana yang lantas menerjemahkan tema ”Modern Gentleman” ke koleksi mereka.
Dalam gelaran ini, tampak busana pria tak melulu jas dan celana tailored yang berpotongan tegas. Jas dan celana kain rupanya bisa digubah dengan volume yang berlebihan, ditempel dengan renda, serta dipadukan dengan celana pendek.
Baca juga: Pemberontakan Laki-laki Selebritas di Karpet Merah Hollywood
Bagaimana mode pria dipandang saat ini?
Jennifer Craik dalam buku The Face of Fashion: Cultural Studies in Fashion memaparkan bahwa mode selama ini fokus ke perempuan. Sementara itu, lelaki berpakaian demi kepantasan dan kenyamanan belaka. Anggapan ini tertanam lama hingga akhirnya menjadi ”norma”.
Padahal, mode punya pesan yang lebih dari sekadar berpakaian dan menutup tubuh. Mode berhubungan pula dengan politik kebudayaan di sebuah lingkungan. Craik menambahkan bahwa, ”Aturan berpakaian adalah perangkat teknis yang mengartikulasikan hubungan antara tubuh tertentu dan lingkungannya, ruang yang ditempati oleh tubuh, dan dibentuk oleh tindakan tubuh. Dengan kata lain, pakaian membentuk habitus pribadi.”
Di zaman ini, para desainer pun sepakat bahwa mode tak hanya soal berpakaian, tapi juga mengekspresikan diri. Pria masa kini pun lebih berani memadupadankan pakaian agar modis sekaligus ekspresif, misalnya melalui rok lepas-pasang.
Baca juga: Narasi Berani Busana Lelaki Masa Kini