Berlangsung selama 10 hari, Jakarta Fashion & Food Festival (JF3) kokoh jadi ajang pertukaran budaya.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·3 menit baca
Sepanjang 20 tahun berkontribusi, Jakarta Fashion & Food Festival (JF3) mampu membuktikan sebagai ajang pertukaran budaya, juga membawa jenama lokal memetakan potensi pasar global. Sesuai dengan perayaan dua dekade ini, penyelenggaraan pun terbagi di dua tempat, yakni Kelapa Gading dan Summarecon Mall Serpong.
Pergelaran di Kelapa Gading lebih dulu terselenggara pada 25-28 Juli 2024 dengan menghadirkan sejumlah desainer di bawah payung berbagai organisasi, antara lain Hian Tjen, Andreas Odang, dan Eridani yang bersama Cita Tenun Indonesia. Kemudian, ada Indonesian Fashion Designer Council (IFDC), yakni Rama Dauhan, Wilsen Willim, Ria Miranda, Adeline Esther, dan Yosafat Dwi Kurniawan.
JF3 memang menitikberatkan pada perkembangan dunia mode Indonesia dengan memberi ruang juga pada generasi muda untuk bisa memperlihatkan karyanya.
Selanjutnya, ada Indonesian Fashion Chamber (IFC) dengan Eko Tjandra, Gregorius Vici, dan Aldrie Indrayana. Tak ketinggalan Asosiasi Perancang Pengusaha Muda Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono, Harry Hasibuan, Riki Damanik, dan APPMI muda. Selain itu, sejumlah desainer yang melenggang secara solo juga tampil, seperti Tities Sapoetra, Ernesto Abram, dan Danny Satriadi.
Mengingat kolaborasi JF3 yang erat dengan industri mode di Perancis, empat desainer Perancis, yakni Alice Rio-Deprey, Bastien Beny, Vincent Garnier, dan Guillaume Hiriart Carriat juga turut memanggungkan karya mereka.
Penyelenggaraan JF3 kemudian berlanjut di Summarecon Mall Serpong dari 30 Juli-4 Agustus 2024. Rangkaian pertunjukan dibuka pada Selasa (30/7/2024) malam dengan karya perancang busana Irsan untuk Lakon Indonesia. Dengan mengangkat tema Pasar Malam, koleksi Irsan sebanyak 30 tampilan ini mengambil nuansa streetwear yang nyaman dengan dominasi celana pendek, kaos, dan kemeja.
Agenda selanjutnya pada Rabu (31/7/2024) adalah para finalis dari program PINTU Incubator. Kali ini, mereka berkolaborasi dengan desainer muda yang dididik di École Duperré, disusul kehadiran jenama Eyez On Me dan perancang Raegita Zoro.
Masih sebagai penyemaian bibit muda dunia mode Indonesia, murid dari LPTB Susan Budihardjo juga dijadwalkan tampil dan diikuti siswa dari Esmod Jakarta di hari berikutnya. “JF3 ini memang menitikberatkan pada perkembangan dunia mode Indonesia dengan memberi ruang juga pada generasi muda untuk bisa memperlihatkan karyanya,” jelas Chairman JF3, Soegianto Nagaria.
Sebagai ajang pertukaran budaya, JF3 tak hanya menghadirkan dari desainer dari luar Asia. Ada Asean Fashion Designer Showcase (AFDS) yakni Dave Ocampo, Rita Dzung, dan Terry Yeo di hari Sabtu (3/8/2023). Setelah penampilan karya mereka, desainer senior Danjyo Hiyoji juga akan memperkenalkan koleksi barunya.
Streetwear
Dari sejumlah desainer dan jenama yang berkesempatan memamerkan karyanya, streetwear seakan menjadi benang merah tersendiri bagi JF3 tahun ini. Dari Lakon Indonesia yang membaurkan streetwear dengan motif batik Pekalongan. Kemudian Eyez on Me dengan tema punk yang serba hitam tapi penuh dengan motif grafiti warna-warni memberi ruang baru di landas peraga bagi busana yang bisa dikenakan kapan saja.
Selama ini, landas peraga identik dengan baju-baju yang bisa dipakai hanya untuk keperluan acara formal atau pesta sosialita. Tema streetwear sendiri sebenarnya sudah menjadi isu global. Jenama ternama seperti Miu miu, Coach, Gucci, hingga Chanel saja sudah memainkan ragam streetwear dengan tetap mempertahankan kekhasan mereka.
Kini di JF3, streetwear berkelebatan di atas landas peraga. Bahkan di sisi lain dari landas peraga, ada DRP Jakarta yang menjajakan ragam produk mode dari pakaian, sepatu, dan aksesoris bertema streetwear. Menariknya, semua yang bergabung di DRP Jakarta adalah para jenama lokal dan karya perancang Indonesia. DRP merupakan festival budaya urban dan street culture (kultur jalanan) di Perancis.
UMKM seringkali memiliki keterbatasan akses dan modal untuk bisa melakukan pameran karya di luar negeri. Kali ini JF3 juga berinisiatif mendatangkan event berskala global ke sini. Harapannya bisa membuka kesempatan jenama lokal berpartisipasi dan menjajaki pasar internasional.
DRP Jakarta ini bekerjasama dengan DRP Paris. Tak hanya gerai penjualan, di area DRP juga disediakan lapangan basket mini 3-on-3 dan wahana skateboard untuk komunitas yang juga bisa digunakan oleh pengunjung.
“UMKM seringkali memiliki keterbatasan akses dan modal untuk bisa melakukan pameran karya di luar negeri. Kali ini JF3 juga berinisiatif mendatangkan event berskala global ke sini. Harapannya bisa membuka kesempatan jenama lokal berpartisipasi dan menjajaki pasar internasional,” jelas Soegianto.
Thresia Mareta dari Lakon Indonesia juga sepakat. Terkait streetwear, Thresia merasa mode bukan hanya berkaitan dengan busana yang megah dan unik, tapi juga harus mengedepankan kenyamanan dan terpakai. Streetwear ini merupakan jenis pakaian yang umum dipakai.