Kalap Makan saat Lebaran, Saatnya Kembali ke Hidup Sehat
Setelah makan-minum tak terkendali selama Lebaran, mari kembali ke pola hidup dan pola makan sehat.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
Makanan manis, bersantan, dan olahan daging menjadi hidangan yang tak bisa dilewatkan begitu saja di momen Lebaran. Melahapnya tanpa kontrol menimbulkan persoalan kesehatan. Hidup sehat setelah kalap menyantap hidangan Lebaran agaknya perlu diperjuangkan agar hidup lebih berkualitas.
Siti Arum Purwandani (26), misalnya, terkejut setelah mengukur berat badannya pada Senin (15/4/2024). Angka di timbangan menunjukkan 74 kilogram (kg). Padahal, warga Kota Bekasi, Jawa Barat itu berat badannya ada di angka 71 kg pada pertengahan bulan Ramadhan.
Perempuan yang karib disapa Uum itu mengatakan, berat badan naik menunjukkan kegagalannya menjaga pola makan dan pola hidup sehat selama libur Lebaran. Selama berkunjung ke rumah kerabat dan kenalan, ia memang asyik melahap aneka kue berbahan tepung, seperti nastar dan biji ketapang.
Selain itu, ia juga banyak mengonsumsi minuman berkarbonasi dan mengandung gula. Hal itu membikin dia lebih sedikit minum air putih. Itu pun diperparah dengan banyaknya Uum menyantap hidangan bersantan dan olahan daging khas Lebaran, seperti opor, rendang, dan gulai.
“Menyesal sih makan dan minum begitu. Dengan tinggi 155 sentimeter, target berat badanku antara 50 kg dan 55 kg,” kata dia.
Setelah momen libur Lebaran ini usai, Uum bertekad kembali mengatur pola makan dan rutin berolahraga. Ia menargetkan rutin joging, bersepeda, dan memperbanyak langkah berjalan kaki.
Istirahat kurang
Selain pola asupan makanan yang tak terkontrol, pola istirahat yang berubah pun menjadi hal yang kerap dihadapi warga saat kumpul keluarga kala Lebaran. Kebugaran fisik berkurang lantaran kerap bergadang karena asyik mengobrol dengan famili.
Fu’ad Muhammad (34), warga Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, menganggap pola tidurnya kacau selama Ramadhan dan libur Lebaran. Di bulan Ramadhan, ia kerap tidur larut setelah reuni dan buka puasa bersama kawan-kawan.
Ketika Lebaran, ia pulang ke kampung halaman di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Pola tidurnya pun belum kembali normal karena momen kumpul dengan keluarga besar tak terhindarkan. Obrolan pun kerap sampai larut.
Fu’ad berpendapat tak punya masalah dengan pola makan selama Lebaran. Sebab, ia sedang punya target membentuk otot dengan rutin ke pusat kebugaran (gym). Di sisi lain, ia juga menjaga pola makan agar berat badannya terjaga.
“Selama mudik ini aku betul-betul tidak ke gym. Aku hanya latihan-latihan sederhana, seperti push-up dan pull-up biar tetap ada olahraga,” kata dia.
Setelah Lebaran, Fu'ad punya resolusi memperbaiki pola istirahat dan rutin latihan fisik di gym. Ia juga ingin mengembalikan asupan ke tubuh yang lebih seimbang, seperti rutin minum susu dan mengonsumsi buah di samping makanan pokok.
Jangan biarkan kecanduan
Dokter Ahli Gizi Masyarakat Tan Shot Yen mengatakan, masyarakat perlu kembali ke pola makan sehat dan seimbang jika merasa kalap makan di momen libur Lebaran. Ia menyarankan masyarakat paham kebutuhan tubuh masing-masing.
“Bukan membiarkan tubuh kecanduan dengan asupan tidak terkontrol,” kata Tan melalui telepon.
Panduan sederhana asupan ke tubuh, kata Tan, bisa menilik Isi Piringku sebagai pengganti empat sehat lima sempurna. Ilustrasi isi piringku bisa dilakukan dengan membagi dua bagian piring. Bagian pertama itu bisa diisi dengan makanan pokok sebanyak dua pertiga bagian. Sisanya, sepertiga bagian berisi lauk pauk.
Selanjutnya, pada bagian kedua piring, dua pertiga bagiannya bisa diisi oleh sayur mayur. Adapun sepertiga bagian sisanya diisi dengan buah-buahan.
Menurutnya, masyarakat jangan sampai terjebak menghitung jumlah kalori dari setiap makanan yang dikonsumsi. Selain menjaga kuantitas asupan, ia menekankan pentingnya menjaga kualitas asupan ke tubuh.
“Mengolah makanan lokal dengan cara lokal dan dengan bumbu dapur kita itu jauh lebih sehat,” ujar Tan.
Tan juga mewanti-wanti agar masyarakat memperhatikan asupan gula ke tubuh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi gula setiap orang per harinya adalah 10 persen dari total energi yang dibutuhkan. Itu setara empat sendok makan gula per hari.
Tan mengatakan, gula imbuhan amat mengerikan bagi kesehatan. Sebenarnya, karbohidrat yang manusia konsumsi sehari-hari sudah cukup memenuhi kebutuhan gula darah normal untuk tetap sehat dan menghasilkan tenaga.
Ia meminta warga memperbaiki literasi gizi agar tak terjebak dalam pola makan yang tak sehat. Jika tidak, penyakit mengerikan mengintai, seperti diabetes, kolesterol tinggi, asam urat, atau darah tinggi.
Makan untuk hidup
Dengan pola hidup dan pola makan yang kacau selama libur Lebaran, ada saja warga yang tertarik memperbaiki pola hidupnya dengan mendaftar ke gym. Pelatih Fisik asal Kaltim Adlu Surya Nugraha (40) mengatakan, ia melihat kecenderungan itu di wilayahnya.
Menurutnya, beberapa orang tak punya cukup waktu berolahraga saat Ramadhan karena berbagai kesibukan dan keterbatasan pada siang sampai malam hari. Sebagian lain, kata Adlu, datang ke gym karena ingin menurunkan berat badan.
Ia menyarankan warga yang punya keluhan berat badan memadukan angkat beban dengan aktivitas kardio, seperti lari atau jalan cepat. Olahraga bela diri, lanjut Adlu, bisa juga menjadi pilihan untuk mengurangi berat badan atau minimal menjaga kebugaran.
Ia pun merekomendasikan untuk menambah aktivitas fisik, setidaknya berjalan 10.000 langkah setiap hari. Adlu menekankan, olahraga semacam itu tak akan bermanfaat jika tak diimbangi dengan pola hidup sehat.
Istirahat yang cukup dan menjaga asupan makanan adalah faktor pendukung kualitas hidup sehat. Menurutnya, momen puasa mengajarkan supaya seseorang bisa menahan dan mengontrol diri. Nilai itu, kata dia, bisa diterapkan dalam pola makan dan pola hidup sehat.
“Prinsipnya, kita makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan,” kata pria yang juga Pelatih Judo Tim Pekan Olahraga Nasional Kaltim itu.