Kecerdasan buatan atau ”artificial intelligence” semakin dibutuhkan untuk membantu pekerjaan manusia. Adopsi massal alat itu bisa menjadikannya sebagai asisten manusia.
Oleh
ADITYA DIVERANTA DARI HAWAII, AMERIKA SERIKAT
·5 menit baca
MAUI, KOMPAS — Kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) yang berkembang kini bukan untuk menggantikan manusia, melainkan sebagai alat membantu pekerjaan manusia. Pengembang teknologi perlu mendorong adopsi massal AI sebagai alat yang efisien untuk membantu manusia.
Hal itu mengemuka dalam diskusi panel bertajuk ”Democratization of Artificial Intelligence” di Snapdragon Summit, Maui, Hawaii, Kamis (26/10/2023) waktu setempat. Diskusi itu melibatkan para pelaku di perusahaan pengembangan teknologi di berbagai bidang, antara lain Qualcomm, Meta, dan Davinci.
Director AI Partnership Meta Sy Choudhury berpendapat, kekhawatiran terhadap AI yang berkembang saat ini sangat bisa dipahami. Layaknya sebuah kemunculan teknologi baru, mungkin terdapat penyalahgunaan oleh manusia. Namun, layaknya hal baru pula, teknologi ini harus dipandang sebagai alat dan digunakan secara bertanggung jawab.
”Karena bukan seperti ini cara kita memandang teknologi. Mereka (publik) mungkin merasa ada di titik seperti sekarang. Tetapi, penggunaan teknologi ini harus dengan tanggung jawab dan harus benar-benar dipandang sebagai sebuah alat,” ucap Sy.
Teknologi AI yang Sy maksud adalah permodelan bahasa besar atau large language model (LLM) seperti pada ChatGPT, juga seperti pada Llama 2 yang perusahaan Meta kembangkan. LLM adalah AI yang bisa meniru kecerdasan manusia, menggunakan model statistika untuk analisis data dalam skala besar, lalu mempelajari pola dan hubungan di antara kata dan frasa.
Pada praktiknya, kasus penyalahgunaan AI memang sempat terjadi. Sy menyinggung kasus Steven Schwartz, seorang pengacara yang menggunakan ChatGPT untuk menyiapkan berkas gugatan di New York, Amerika Serikat. Steven menggunakan ChatGPT untuk mengutip kasus-kasus sebelumnya yang dapat dijadikan preseden. Namun, ChatGPT justru ”mengutip” kasus-kasus fiktif, mengarang indah. Pada Jumat (23/6/2023), Schwartz dihukum denda (Kompas, 28/6/2023).
Sy menyebutkan, kerja yang dilakukan AI adalah sebagai force multiplier. Artinya, AI menjadi alat yang membuat pekerjaan manusia lebih hemat daya dan waktu. Sesuatu hal yang biasa dikerjakan seseorang dalam lima jam mungkin dapat dikerjakan AI dalam beberapa jam saja. Dengan begitu, manusia bisa fokus pada tugas yang lebih membutuhkan adanya keputusan manusia.
Penggunaan teknologi AI ini harus dengan tanggung jawab dan harus benar-benar dipandang sebagai sebuah alat. (Sy Choudhury, Director AI Partnership Meta)
Head Strategy Davinci System Black Magic Design Dave Lebolt mencontohkan, AI bisa membantu seseorang dalam proses pengeditan yang sangat teknis. Misalkan pada pewarnaan video untuk film, AI bisa membantu dengan sejumlah parameter yang tetap ditentukan manusia.
Dave menambahkan, AI juga bisa mengerjakan hal teknis yang lebih sulit, misalnya menghapus obyek tertentu yang tidak diinginkan ada dalam suatu video. Penghapusan obyek seperti itu pada praktiknya sekarang masih dilakukan oleh pekerja film secara berjam-jam.
”Dengan bantuan AI, seorang pekerja film bisa lebih fokus pada keputusan kreatif yang perlu diambil untuk video yang dia garap. Dari situ ada pekerjaan yang spesifik dilakukan AI dan ada tenaga manusia yang dihemat,” kata Dave.
Senior Vice President Product Management Qualcomm Ziad Asghar menilai, apa yang AI lakukan pada akhirnya adalah permodelan berdasarkan data dan informasi yang telah dimasukkan. Apa yang dilakukan AI kemudian adalah memprediksi sesuai dengan data yang telah dipelajari di dalam sistem.
Sistem prediktif seperti itu sebenarnya berperan sebagai alat analisis bagi manusia. Artinya, kekhawatiran terhadap AI yang bakal mengambil alih pekerjaan manusia sebenarnya tidak tepat. Sebab, AI membutuhkan manusia agar bisa mempelajari dan mengumpulkan data. Manusia juga yang akan menjadi pengambil keputusan.
Karena itu, Ziad menilai AI agak lemah untuk tugas yang bersifat deterministik atau memastikan suatu hal. ”AI saat ini lebih cenderung berperan sebagai sistem prediktif. Sementara sebagian tugas justru lebih membutuhkan sistem yang bisa mengambil keputusan. AI bisa salah melakukan tugasnya jika mendapatkan data dan perintah yang juga salah,” ujarnya.
Sy menilai, AI akan lebih berguna saat orang-orang dari berbagai bidang ikut mengadopsi. Itulah mengapa Llama 2, AI yang dikembangkan Meta saat ini, dibuat sebagai perangkat sumber terbuka (open source). Itu artinya orang-orang dapat memakai dan memodifikasi AI besutan Meta sampai pada taraf tertentu sehingga penggunaan jadi lebih spesifik.
Harapannya, semua orang punya akses terhadap teknologi itu, bukan hanya segelintir orang yang punya akses dan kuasa. Mulai dari individu rumah tangga, pekerja, wirausaha, hingga pekerja perusahaan semestinya bisa memakai Llama.
Pemakaian AI kemudian bisa dibuat lebih spesifik untuk setiap orang. Misalkan, apabila pengguna meng-input data rekam medis, maka AI akan spesifik menganalisis data medis. Begitu pun input data terkait aturan hukum, maka AI dapat menganalisis dokumen tertentu dengan baik.
Kegunaan AI dibebaskan lagi pada kebutuhan tiap-tiap orang. Sy mengatakan, Meta dan semua yang bergerak di ekosistem AI ingin berjuang agar regulasi dan implementasi teknologi itu bisa lebih bertanggung jawab.
”Membebaskan akses teknologi itu artinya membiarkan ekosistem riset, institusi pemerintah, dan lainnya bisa ikut terlibat dan memperbaiki yang sudah ada. Demokratisasi semacam ini penting untuk membuat siapa pun adil dan setara,” tutur Sy.
Sementara akses terhadap AI makin dibuka, Qualcomm mencoba berperan melindungi privasi pengguna. Ziad menyatakan, Qualcomm mengupayakan agar AI bisa digunakan langsung di gawai. Artinya, penggunaan AI nantinya tidak lagi bergantung pada komputasi awan.
”Dengan AI langsung di gawai, implementasi AI yang melibatkan data pribadi bisa cukup berjalan di dalam gawai. Ke depan kita tidak lagi bergantung pada komputasi awan. Itu yang saya kira akan terjadi di masa mendatang,” ujar Ziad.