Siapa pun yang melihat untuk pertama kali foto jenazah korban Covid-19 karya Joshua Irwandi pasti akan kaget. Lewat foto itu, Covid-19 menjadi sangat menakutkan. Setelah lepas di dunia maya, diskusi pro-kontra bergulir sangat cepat. Tuduhan, dukungan, dan aneka pertanyaan tentang maksud pembuatan foto pun bermunculan.
Viralnya foto dan aneka diskusi yang menyertainya menimbulkan satu pertanyaan baru, paling tidak bagi sejumlah orang. Jika selembar foto yang dieksekusi dengan baik itu dapat membangkitkan emosi orang yang melihatnya, bagaimana dengan pemotretnya. Apakah ia juga mempunyai emosi yang sama? Dan, bagaimana ia bisa terus memotret di peristiwa itu?
Baca Juga : Membungkus Foto Pandemi sebagai Pengingat Diri