Penyelenggaraan pilkada serentak menjadi salah satu pendorong peningkatan omzet.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah menurunnya kinerja dunia usaha akibat penurunan permintaan domestik karena menurunnya daya beli masyarakat, penyelenggaraan pilkada serentak menjadi salah satu andalan untuk meningkatkan omzet. Sejumlah dunia usaha pun sudah menikmati kenaikan omzet dari penyelenggaraan pilkada.
Komisaris Utama PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk Antonius Joenoes Supit mengatakan, penyelenggaraan pilkada serentak tentu akan berdampak positif pada kenaikan omzet usaha. Sebab, akan ada belanja operasional penyelenggaraan pilkada dan belanja kampanye dari ratusan calon kepala daerah yang akan beredar.
”Ada sedikit dorongan dari belanja kampanye pilkada,” ujar Anton ditemui di sela-sela Kompas Collaboration Forum (KCF), di Kantor Kompas, Jakarta, Jumat (13/9/2024).
Sreeya Sewu adalah produsen berbagai pakan dan bahan makanan olahan. Emiten berkode saham SIPD ini memproduksi pakan ayam pedaging, pakan ayam petelur, pakan ayam bibit, konsentrat pakan, pakan puyuh bibit ayam umur sehari (day old chicks), ayam hidup siap potong dan ayam potong, serta produk makanan olahan.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang mengatakan, penyelenggaraan pilkada secara umum tidak akan berpengaruh besar pada penjualan produk ritel makanan-minuman perusahaannya. Kalaupun ada kenaikan, lanjut Fransiscus, tidak signifikan dan tidak terlalu diperhitungkan.
Menurut dia, pengusaha saat ini lebih banyak fokus mempersiapkan pasokan untuk momen liburan Natal dan Tahun Baru. Saat itu, kenaikan penjualan lebih nyata dan terasa.
Ketua Ikatan Pengusaha Konfeksi Bandung (IPKB) Nandi Herdiaman mengatakan, pihaknya sudah merasakan kenaikan permintaan hingga 70 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan ini mulai dirasakan sejak berbagai permintaan terkait pilkada hadir sejak sekitar dua pekan lalu.
Ia menjelaskan, permintaan itu datang dalam bentuk pembuatan ratusan hingga ribuan baju seragam partai ataupun baju kampanye wajah calon kepala daerah.
”Adanya pilkada ini cukup membantu kami di saat-saat kami sedang sepi permintaan,” ujar Nandi dihubungi Jumat (13/9/2024).
Namun, lanjut Nandi, walaupun ada kenaikan permintaan cukup tinggi, pelaku IKM tekstil yang menikmati kenaikan terbatas pada sekitar pembuat seragam. Pelaku IKM yang membuat produk tekstil dan garmen jenis lain untuk pasar ritel masih tetap sepi. Pihaknya memiliki anggota sekitar 8.000 unit IKM yang tersebar di Jawa Barat.
Ia menambahkan, permintaan yang sepi dipicu oleh masih banjirnya barang impor produk tekstil. Karena banjirnya produk ini, pelaku IKM tekstil jadi sulit berjualan. Sepinya permintaan membuat banyak IKM yang menutup usahanya.
Kendati ada kenaikan omzet, baik Anton, Franciscus, maupun Nandi masih mengeluhkan permintaan dalam negeri yang lesu akibat penurunan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.
Menurut Anton, di tengah daya beli masyarakat yang merosot, dunia usaha tidak bisa hanya mengandalkan kenaikan dari momen musiman seperti pilkada. Pemerintah perlu memberikan insentif untuk menggairahkan lagi daya beli masyarakat. Presiden dan kabinet yang baru serta para kepala daerah baru yang terpilih mesti serius membenahi persoalan ini dengan fokus pada peningkatan daya beli masyarakat serta perluasan lapangan kerja.
Senada dengan Anton, Franciscus juga mengatakan, pihaknya lebih berharap pembenahan daya beli masyarakat yang sedang lemah. Kelas menengah yang selama ini banyak berkontribusi pada konsumsi masyarakat tengah merosot daya belinya.
”Daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, perlu digairahkan dan ditingkatkan lagi,” ujar Franciscus.
Prediksi bahwa penjualan masih lesu juga tecermin dalam Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI). Menurut survei itu, para responden memperkirakan penjualan eceran pada Oktober 2024 berada pada level 139,7 menurun ketimbang September 2024 yang pada level 140,5.
SPE merupakan survei bulanan yang dilakukan sejak September 1999 dan bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan produk domestik bruto dari sisi konsumsi. Survei dilakukan terhadap lebih kurang 700 pengecer sebagai responden dengan metode purposive sampling di 10 kota, yaitu Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwokerto, dan Makassar.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penyelenggaraan pilkada memang akan mendorong perekonomian. Namun, besarannya tidak akan sebesar penyelenggaraan pilpres dan pileg pada Februari lalu.
Ia mengatakan, penyelenggaraan pilpres dan pileg pada Februari lalu diperkirakan mendorong perekonomian 0,15-0,20 persen untuk sepanjang tahun ini. Adapun pilkada diperkirakan mendorong perekonomian hingga 0,10 persen untuk sepanjang tahun ini.