Literasi Masih Rendah, Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Kalah dari Vietnam
Ekosistem yang mumpuni juga diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi digital. Itu sebabnya literasi digital bagi pelaku usaha menjadi penting. Literasi dibutuhkan apabila ingin Indonesia bergerak ke arah ekonomi digital.
Oleh
sekar gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mendorong pelaku usaha berubah dengan mengadopsi teknologi digital. Sayangnya, literasi digital para pelaku usaha di Indonesia masih tergolong rendah. Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pun masih kalah dari Vietnam.
Adopsi teknologi digital yang terjadi selama pandemi Covid-19 perlu diimbangi dengan literasi digital oleh para pelaku usaha, terutama di sektor usaha kecil dan menengah (UMKM). Literasi digital di kalangan pelaku UMKM ini perlu ditingkatkan apabila Indonesia ingin diproyeksikan sebagai kekuatan ekonomi digital di Asia Tenggara.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pada Senin (8/3/2021), mengatakan, ekonomi digital di Asia Tenggara tumbuh selama pandemi. Nilai aktivitas ekonomi berbasis internet (gross merchandise value/GMV) tumbuh 5 persen atau setara 105 miliar dollar AS selama pandemi di 2020. Hal itu sesuai dengan laporan e-Conomy SEA oleh Google, Temasek, dan Brain & Company. Adapun nilainya diprediksi tumbuh 309 miliar dollar AS pada 2025.
”Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi digital mencapai dua digit, di atas negara-negara ASEAN, seperti Malaysia dan Singapura. (Kita) hanya kalah dengan Vietnam (yang pertumbuhannya) 16 persen,” ucap Luhut secara daring.
Pertumbuhan itu tidak lepas dari investasi ke Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi ke sektor transportasi, telekomunikasi, dan pergudangan mencapai 3,6 miliar dollar AS ada 2020.
Selain investasi, ekosistem yang mumpuni juga diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi digital. Itu sebabnya literasi digital bagi pelaku usaha menjadi penting. Belum lagi ekonomi digital diperkirakan terus berkembang setelah pandemi.
Literasi digital ke depan akan sama pentingnya dengan kemampuan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
”Saya yakin, setelah pandemi kita lalui, transformasi perekonomian kita akan ke arah ekonomi digital. Itu akan terus berjalan karena gaya hidup masyarakat (sudah berubah dan publik terbiasa). Dengan demikian, kehadiran UMKM daring harus terus didukung agar tidak tertinggal di era industri 4.0,” tutur Luhut.
Transformasi digital kian tampak pada pelaku UMKM. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat ada 64,19 juta pelaku UKM pada 2018. Baru sekitar 8 juta pelaku UMKM yang masuk ke pasar digital pada awal 2020. Adapun pada Mei-Oktober 2020, jumlahnya bertambah 2,7 juta pelaku UMKM.
Pada akhir 2020, pemerintah menyatakan ada 10,2 juta pelaku UMKM yang masuk ekosistem digital. Angka ini setara 16 persen dari total pelaku UMKM di Indonesia.
Seperti membaca
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, literasi digital penting apabila masyarakat Indonesia hendak bergerak ke ekonomi digital. Namun, literasi digital di Indonesia dinilainya masih belum baik. Butuh kerja sama semua pihak untuk meningkatkan literasi digital.
”Literasi digital ke depan akan sama pentingnya dengan kemampuan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Itu sebabnya kami membuat program Belajar Digital Bareng,” kata Rachmat.
Belajar Digital Bareng merupakan hasil kerja sama Bukalapak dengan Microsoft Indonesia. Program literasi digital ini menyasar 13,5 juta penjual, mitra, keluarga, hingga masyarakat. Pendidikan ini bisa diakses secara daring dan bebas biaya.
Menurut Corporate Director Microsoft Indonesia Vony Tjiu, Bukalapak dan Microsoft menyediakan modul keterampilan digital teknis dan nonteknis. Keterampilan nonteknis, antara lain, cara berkomunikasi secara daring dengan aman, membuat konten, dan berpikir kritis. Sementara keterampilan nonteknis, misalnya, cara menggunakan komputer.
Hal itu penting karena tingkat literasi digital di Indonesia belum baik. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata, skor literasi digital Indonesia adalah 3,47. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, angka itu hanya sedikit lebih baik dari tingkat sedang, tetapi belum bisa dikatakan baik.
Menurut Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee, masih ada kesenjangan keterampilan digital di masyarakat. Padahal, publik perlu dibekali keterampilan agar bisa memanfaatkan teknologi di era ekonomi digital.
”Menurut kami, pertumbuhan ekonomi digital perlu fokus ke empat pilar. Pertama, teknologi dan inovasi kecerdasan buatan. Kedua, keterampilan dan kemampuan kerja. Ketiga, modernisasi pendidikan. Keempat, keberlanjutan dan dampak sosial melalui teknologi,” ujar Haris