Sidoarjo Rentan Alami Penumpukan Beban Pelacakan Kontak Erat Pasien Covid-19
Upaya deteksi dini sebaran Covid-19 di Sidoarjo terus ditingkatkan untuk mengatasi pandemi. Salah satunya memperkuat pelacakan kontak erat pasien terkonfirmasi positif dengan melibatkan ratusan bhabinsa dan aplikasi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sidoarjo rentan menghadapi penumpukan beban pelacakan kontak erat pasien Covid-19. Hal itu dipicu peningkatan kasus harian, banyak tenaga medis yang terpapar, dan stigma masyarakat terkait penderita Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pelacakan dan pendataan kontak erat pasien Covid-19 selama ini dilakukan petugas surveilans di 27 puskesmas. Namun, sejak pertambahan kasus baru mencapai 400-500 kasus per hari, petugas yang ada mulai kewalahan.
”Dengan asumsi satu pasien harus dilacak 15 kontak erat, dalam sehari bisa ada 7.500 orang yang harus dilacak. Dengan penambahan mencapai ratusan, kemudian muncul beban pelacakan yang rawan tidak terkejar,” kata Syaf Satriawarman, di Sidoarjo, Rabu (28/7/2021).
Menumpuknya beban pelacakan itu diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan di puskesmas yang terpapar Covid-19. Sedikitnya 208 nakes harus menjalani perawatan di rumah sakit rujukan ataupun isolasi mandiri di rumah.
Hal lain yang juga menghambat kinerja pelacakan kontak erat dan pengetesan, masih adanya stigma masyarakat tentang Covid-19. Dampaknya, petugas kerap ditolak keluarga pasien Covid-19 dan kontak erat.
Pelacakan yang tidak ideal rentan memperpanjang rantai penularan Covid-19. Apalagi Sidoarjo masuk dalam zona merah. Satu pasien positif di Sidoarjo berpotensi menularkan kepada 35-38 orang lainnya.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan beban pelacakan, berbagai pihak diajak guna menekan hal tersebut. Salah satu caranya, melibatkan 347 anggota bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (bhabinkamtibmas) di Sidoarjo.
Pada Rabu, mereka mengikuti sosialisasi dan pelatihan penggunaan aplikasi Silacak di Gedung Serbaguna Polresta Sidoarjo. Aplikasi itu dirancang Dinkes Sidoarjo untuk melacak sebaran pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dan kontak erat.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sidoarjo Qudratin mengatakan, aplikasi ini berfungsi menghimpun data akurat dan detail mengenai sebaran pasien Covid-19. Harapannya, dinkes bisa membuat analisis tentang rantai penularan dan pola sebarannya sehingga bisa mencegah munculnya kasus baru.
Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan, bhabinkamtibmas bakal membantu pelacakan kontak erat pasien Covid-19 di tempat tugasnya. Mereka lebih mengenal masyarakat dan budaya lokal sehingga lebih mudah melakukan pendekatan sosial.
Selain itu, bhabinkamtibmas juga akan membantu penanganan pasien, terutama yang menjalani isolasi mandiri. Mereka bertugas mendata, mengawasi, dan melaporkan perkembangan para pasien serta perkembangan kasus Covid-19.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Provinsi Jatim, Selasa (27/7/2021), jumlah kasus terkonfirmasi positif secara kumulatif di Sidoarjo menembus 19.378 kasus. Tingkat penambahan kasus harian mencapai 507 kasus. Rata-rata penambahan kasus baru di kisaran 400-500 per hari terjadi tiga minggu setelah Lebaran.
Dari total kasus kumulatif tersebut, saat ini terdapat 4.328 kasus aktif dan 730 kasus kematian. Tingginya kasus aktif tersebut berdampak pada fasilitas ruang perawatan pasien. Sebanyak 19 RS rujukan Covid-19 kondisinya masih penuh, baik tempat tidur ruang isolasi maupun intensif.
Syaf mengakui, kapasitas ruang perawatan kurang sehingga antrean di RS rujukan masih tinggi. Namun, penambahan kapasitas sulit dilakukan karena masyarakat masih memerlukan perawatan non-Covid. Selan itu, terbatasnya tenaga kesehatan di tiap-tiap rumah sakit rujukan karena banyak yang terpapar dan kelelahan akibat pandemi yang tak kunjung teratasi.
Pemkab Sidoarjo sejauh ini menyiapkan ruang isolasi pasien Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan dengan membangun shelter terintegrasi di sejumlah lokasi. Kini, terbangun delapan shelter, antara lain bekas Puskesmas Sedati dengan kapasitas 68 pasien, Mall Pelayanan Publik (124 pasien), dan Puskesmas Porong (44 pasien).
Selain itu, pemkab juga memanfaatkan gedung sekolah sebagai shelter isolasi pasien Covid-19. Adapun sekolah tersebut, antara lain, SMPN 2 Taman (56 pasien) dan SMPN 2 Sidoarjo (48 pasien). Lokasi lainnya di Rusunawa Tambak Kemerakan Krian, fasilitas Desa Tambak Sawah, dan fasilitas Desa Kureksari.