Kemenangan Ferdinand Marcos Jr, Antara Dinasti dan Disinformasi
Belajar dari kemenangan Ferdinand Jr dalam pilpres Filipina 2022, media sosial terbukti menjadi ruang publik alternatif bagi media arus utama. Menghadapi Pilpres 2024, perkembangan ruang publik digital patut dicermati.
Oleh
WAHYU PRASETYAWAN
·7 menit baca
Pertengahan Mei lalu, penulis mendapatkan kesempatan berdiskusi dengan teknokrat senior Ginandjar Kartasasmita mengenai dinamika ekonomi politik di Indonesia dan di Filipina. Dalam diskusi tersebut, Ginandjar membahas terpilihnya Ferdinand Marcos Jr (selanjutnya Ferdinand Jr) sebagai Presiden Filipina dan bagaimana Indonesia dapat memetik pelajaran darinya. Tulisan ini mengambil inspirasi dari diskusi tersebut serta memperdalam pembahasannya.
Ada penjelasan yang mengatakan kemenangan Ferdinand Jr dalam pilpres Filipina disebabkan perbedaan generasi pada pemilih (Djani, Kompas, 29/4/2022). Penjelasan ini valid. Sebagian besar pemilih sekarang berusia kurang dari 30 tahun, angkanya sekitar 70 persen (Pulse Asia, 2022). Namun, tulisan berikut menjelaskan tiga faktor penting lain untuk memahami kemenangan Ferdinand Jr, yaitu dinasti, pengaburan sejarah, dan disinformasi.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Pertama, peran dinasti dalam dinamika politik. Ferdinand Jr membangun basis politik dari kampung halaman ayahnya, Ferdinand Marcos, di Ilocos Norte, utara Filipina. Klan Marcos berkuasa di sini. Kemudian dia melebarkan pengaruh politiknya ke pentas nasional. Dia pertama kali memasuki kancah politik dalam usia 23 tahun pada 1981 di Provinsi Ilocos Norte sebagai wakil gubernur. Di wilayah ini, dinasti Marcos sudah mengakar sangat dalam.
Setelah keluarga harus pergi ke Amerika Serikat karena people power pada 1986, pada 1991 klan Marcos diperbolehkan kembali ke Filipina. Pada 1992, Imelda Marcos mencalonkan diri sebagai presiden, tetapi kalah. Pada 1998, Ferdinand Jr menjadi gubernur di Provinsi Ilocos Norte. Dia menjadi gubernur di sini sampai 2007. Pada 2010, dia terpilih menjadi senator. Dan pada 2016, dia mencalonkan diri sebagai wakil presiden, tetapi tidak terpilih.
Ferdinand Jr menghabiskan 21 tahun dari 27 tahun kariernya sebagai politisi di Ilocos Norte. Kekuatan Ferdinand Jr dapat dilihat dari kontestasi politik 2016 ketika dia kalah. Namun, di provinsi ini, dia mendapatkan 298.786 suara dari total sebanyak 323.138 suara. Hasil sementara pada 10 Mei 2022 memperlihatkan dia mendapatkan 355.730 suara, sementara Leni Robredo, kandidat presiden lainnya, hanya meraih 10.037 suara. Munculnya Ferdinand Jr sebagai presiden di Filipina tidak dapat dilepaskan dari modal politik yang dimilikinya di tingkat provinsi.
Sebetulnya kekuatan Ferdinand Jr terlihat dari pencalonan dirinya sebagai wakil presiden pada 2016.
Sebetulnya kekuatan Ferdinand Jr terlihat dari pencalonan dirinya sebagai wakil presiden pada 2016. Hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2016 dapat memberikan gambaran untuk memahami kekuatan Ferdinand Jr. Suara yang didapatkan pasangan Rodigro Duterte dan Alan Cayetano sebesar 39,01 persen, yang memenangkan Duterte sebagai presiden. Dalam kontestasi posisi wakil presiden, Ferdinand Jr mendapatkan suara sebanyak 34,77 persen. Dia hanya kalah tipis dari Leni Robredo yang mendapatkan 35,11 persen, yang memenangi posisi wakil presiden.
Dari data tersebut sebetulnya sudah dapat diduga kekuatan Ferdinand Jr di tingkat nasional. Sebetulnya dukungan bagi Duterte tidak seberapa besar waktu itu. Jika waktu itu Ferdinand Jr berpasangan dengan Alan Cayetano, sejarah akan lain. Jika suara Alan Cayetano sebagai kandidat wakil presiden yang sebesar 14,38 persen ditambah dengan perolehan Ferdinand Jr, akan didapatkan 49,15 persen. Itu artinya perolehan Ferdinand Jr dan Alan Cayetano jauh lebih besar daripada pasangan Duterte dan Alan Cayetano (39,01 persen). Suara murni untuk Duterte sebesar 24,63 persen. Bandingkan dengan suara murni Ferdinand Jr sebesar 34,77 persen.
Ilustrasi tersebut memperlihatkan, walaupun kalah bersaing, Ferdinand Jr sudah cukup kuat secara nasional sejak 2016. Dan dia tahu betul kenyataan tersebut.
Kembali berkuasanya klan Marcos melalui Ferdinand Jr dapat dimengerti dari struktur ekonomi politik yang menjadi tulang punggung di Filipina. Secara garis besar, dinasti atau klan politik mendominasi dinamika politik. Setiap klan memiliki daerah yang menjadi basis politik. Klan Marcos merupakan salah satu dari klan-klan yang berkuasa. Ada beberapa klan yang terkenal, untuk menyebut beberapa nama: Marcos, Duterte, Cayetano, dan Ampatuan. Duterte memiliki basis politik di Davao dan Marcos di Ilocos Norte.
Berkuasanya klan-klan politik merupakan hasil dari proses sejarah yang panjang dan sangat terkait dengan kepemilikan tanah atau perkebunan di masa lalu. Patut dicatat, kemenangan Ferdinand Jr terpaut dengan kekuatan pasangannya, Sara Duterte, dari klan Duterte. Secara sederhana ada dua klan kuat yang bergabung, Marcos dan Duterte.
Kedua, upaya penulisan sejarah kembali oleh klan Marcos yang bertujuan mengaburkan segala tindakan buruk yang pernah dilakukan Ferdinand Marcos ketika berkuasa. Sebaliknya, upaya ini ditujukan untuk menggambarkan keberhasilan pemerintahan Ferdinand Marcos. Inti dari penulisan sejarah Ferdinand Marcos menitikberatkan pada pesan: dia tidak diperlakukan secara adil.
Bagi pendukung klan Marcos, Ferdinand Marcos bukanlah seorang kleptokrat, koruptor, dan pelanggar HAM. Sebaliknya, mereka menarasikan Ferdinand Marcos sebagai seorang presiden yang membawa Filipina pada masa kejayaannya. Upaya penulisan kembali sejarah Ferdinand Marcos dilakukan secara sistematis sejak 2000 dengan berbagai cara, terutama melalui di media sosial.
Upaya penghapusan sejarah Ferdinand Marcos membuat sebagian besar warga yang berusia kurang dari 30 tahun tidak mengetahui secara pasti apa yang telah dilakukan Marcos sewaktu berkuasa. Campuran antara upaya disinformasi dan penulisan sejarah Ferdinand Marcos jelas menguntungkan Ferdinand Jr dalam kampanye menjadi presiden.
Ketiga, disinformasi melalui media sosial yang dilakukan Ferdinand Jr. Dia memiliki 1,2 juta pengikut di Tiktok, 2 juta pengikut di Youtube, dan 5,3 juta pengikut di Facebook. Dengan modal digital tersebut, dia mampu membuat ”ruang publik” (Hardiman 2010), yaitu publik digital.
Dalam politik komunikasi di Filipina, klan Marcos sebetulnya dapat dikatakan sebagai pariah. Media arus utama, seperti televisi dan media cetak, memberikan gambaran yang negatif kepada klan Marcos. Satu-satunya saluran yang tersedia tinggal media sosial. Melalui media sosial, klan Marcos dapat memberikan informasi tandingan.
Ferdinand Jr menggunakan media sosial untuk memberikan sisi positif dirinya kepada audiens.
Ferdinand Jr menggunakan media sosial untuk memberikan sisi positif dirinya kepada audiens. Ini mungkin terjadi karena sebagian besar warga Filipina menggunakan Facebook sebagai platform media sosial dan sekaligus sumber berita yang cukup penting. Pada 2021, warga Filipina yang menggunakan Facebook sebesar 96,2 persen, jauh melebihi warga yang menggunakan Twitter sebanyak 59,2 persen atau Tiktok sebesar 67,7 persen (Statista 2021).
Media sosial tersebut digunakan oleh tim kampanye Ferdinand Jr untuk membentuk citra positif. Selain konten resmi dari klan Marcos, sekelompok warga yang tidak terikat dengannya patut diperhatikan. Mereka ikut menyebarkan kampanye Ferdinand Jr karena mendapatkan keuntungan. Informasi inilah yang beredar dalam masyarakat. Disinformasi yang semula disiapkan oleh klan Marcos untuk membersihkan namanya akhirnya tersebar oleh pembuat konten yang mencari keuntungan.
Pada titik inilah terjadi simbiosis mutualisme yang sangat menguntungkan Ferdinand Jr. Jika dilacak ke belakang, sejak 2000, gabungan antara niat menghapus sejarah buruk klan Marcos dan media sosial akhirnya benar-benar menguntungkan Ferdinand Jr. Hasil upaya tersebut terlihat pada 2016 dan puncaknya pada 2022.
Pelajaran bagi Indonesia
Kemenangan Ferdinand Jr tentu memberikan peringatan bagi proses demokrasi di Indonesia. Struktur ekonomi politik Filipina dan Indonesia sangat berbeda. Di Indonesia baru ada sedikit dinasti yang berkuasa lama dan menguasai suatu wilayah tertentu sebagai basis politik. Dinasti politik di sini diartikan sebagai kekuasaan dari keluarga di daerah tertentu paling sedikit tiga generasi.
Di Indonesia sudah ada dinasti politik. Di Banten terdapat sebuah dinasti politik yang berkuasa cukup lama dengan menggunakan kekerasan dan birokrasi sebagai basis kekuasaan. Di tempat lain sudah ada bibit-bibit dinasti. Jika dinasti politik semakin banyak dengan basis kekuasaan di daerah, mereka akan menggunakannya sebagai pijakan untuk tingkat nasional.
Pada akhirnya, jika ini sungguh terjadi, dinamika politik di Indonesia akan ditentukan oleh klan-klan politik. Dalam jangka panjang, klan-klan politik akan berseteru satu sama lain dan akan bekerja sama untuk mencapai tujuannya. Kebijakan publik akan didesain untuk menguntungkan klan-klan tersebut dan semakin jauh meninggalkan kepentingan warga.
Media sosial dapat digunakan sebagai saluran informasi alternatif dan disinformasi. Ferdinand Jr mampu membuat ruang publik digital yang menjadi saluran disinformasi untuk mengaburkan fakta mengenai keluarganya. Media sosial terbukti menjadi ruang publik alternatif bagi media arus utama. Untuk menghadapi Pilpres 2024, perkembangan ruang publik digital patut dicermati, terutama penggunaannya untuk tujuan disinformasi. Demokrasi yang sehat memerlukan ruang publik, termasuk yang digital, sebagai saluran informasi yang setara dan tidak dimonopoli oleh satu pihak tertentu.
Wahyu Prasetyawan, Mengajar Ekonomi-Politik di UIN Syarif Hidayatullah; visiting assistant professor di Graduate National Institute for Policy Studies (GRIPS), Tokyo, Jepang