Tujuan pendirian BUMDesa memakmurkan warga. Ini lebih utama daripada memperbesar pendapatan asli desa. Pasca-Lebaran bakal membuktikan, geliat lebih cepat terjadi pada desa-desa yang sigap menangkap peluang momentum.
Oleh
IVANOVICH AGUSTA
·4 menit baca
DIDIE SW
Didie SW
Mudik Lebaran 2022 ibarat hujan sehari yang membasahi kemarau dua tahun pandemi Covid-19. Namun, derasnya kesempatan itu terjadi mendadak, lagi singkat. Hanya desa-desa yang giat menyiapkan diri yang bisa memanen manfaat terluas.
Bandingkan, pada 2020, jumlah warga yang mudik ke desanya hanya 297.000 orang, padahal tercatat uang beredar masih Rp 109 triliun. Artinya, hampir seluruh dana ditransfer pemudik tanpa bertatap muka di desa-desa. Adapun tahun ini, 85 juta pemudik membeludak ke desa-desa, sekaligus mengedarkan uang Rp 175 triliun.
Tak sekadar mentransfer dana, pemudik juga bermalam di desa, membeli barang dari warung-warung, memanfaatkan beragam fasilitas wisata hingga kesehatan. Alhasil, dinamika ekonomi dan sosial desa melaju lebih riil.
Hanya desa-desa yang giat menyiapkan diri yang bisa memanen manfaat terluas.
Dukungan bagi desa
Begitu Survei Sero melansir bahwa 86,6 persen penduduk Indonesia telah memiliki antibodi terhadap Covid-19, sejatinya pintu mudik terbuka lebar. Bayang-bayang kematian menguap setelah varian Omicron ternyata tak mematikan sebagaimana varian Delta pasca-Lebaran 2021.
Survei itu juga menginformasikan, penduduk yang sudah divaksin dua kali memiliki proporsi antibodi sampai 99,1 persen. Tak heran, untuk menadirkan risiko, pemudik diminta untuk vaksin ketiga kalinya dengan vaksin penguat (booster).
Selain program vaksinasi gencar yang dilakukan sejak awal pandemi, pada tahun ini kebijakan ekonomi pemerintah juga mendukung perayaan Lebaran. Tunjangan hari raya (THR) diberikan kepada semua pegawai negeri dan pensiunan serta segenap pegawai swasta. Bandingkan dengan tahun lalu, saat THR hanya diberikan kepada sebagian pegawai negeri.
Penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) Rp 12,7 triliun menjelang Lebaran pun terbatas mengguyur warga miskin dan warga yang terdampak Covid-19.
Didie SW
Lagi pula, manfaat segepok dana BLT saat sekadar disimpan atau guna membayar utang juga terbatas. Ekonomi lokal hanya bergerak jika dana dibelanjakan ke warung-warung, apalagi jika mampu menggaet investasi usaha baru di desa. Maka, pemerintah berusaha menambah durasi dana beredar di desa, dengan membuka kesempatan cuti sebelum dan sesudah Lebaran.
Setelah dormansi sejak 2020, mulai Oktober 2021 BPS melaporkan penduduk mulai bergerak ke tempat rekreasi terdekat yang jaraknya terjangkau dan murah ataupun ke taman-taman yang gratis.
Merespons data itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menyiapkan aplikasi telepon seluler Desa Wisata Nusantara. Berbasis teknologi spasial, pemudik bisa mendapati desa wisata terdekat. Tersedia wisata budaya, sungai, gunung, pantai, religi, agrowisata, kuliner, dan edukasi.
Saat ini, 769 badan usaha milik desa (BUMDesa) wisata berpartisipasi mempromosikannya. Diperkirakan 5.037 wisata desa tersebar di seluruh Nusantara. Inilah mesin ekonomi desa yang harus segera digerakkan pascapandemi.
Tujuan pendirian BUMDesa memakmurkan warga.
Tergantung persiapan
Mesin penggerak ekonomi desa berupa BUMDesa. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2021 mengangkat posisi BUMDesa menjadi entitas badan hukum tersendiri. Saat ini, 5.811 BUMDesa dan 163 BUM Desa Bersama telah mendapatkan nomor badan hukum.
Tujuan pendirian BUMDesa memakmurkan warga. Ini lebih utama daripada memperbesar pendapatan asli desa. Karena itu, BUMDesa dapat menyelenggarakan produksi sendiri atau mengonsolidasikan usaha warga hingga membentuk skala ekonomi lebih besar lagi.
Selama Lebaran, BUMDesa bisa berperan menyalurkan modal bagi usaha industri rumah tangga agar mampu menyediakan beragam makanan dan minuman untuk parsel Lebaran, ataupun melengkapi warung-warung untuk memenuhi kebutuhan pemudik.
BUMDesa juga mengelola wisata desa. Pemerintah desa dapat mendukung dengan menggerakkan padat karya tunai desa guna merehabilitasi jalan menuju lokasi wisata, membersihkan areal wisata, menyelenggarakan pelatihan, hingga menjual kerajinan warga di tempat wisata.
Pada 2020 dan 2021, jarang dijumpai pemudik melintasi jalan-jalan desa. Namun, tahun ini mereka hadir di desa. Desa Krandegan di Purworejo, Jawa Tengah, adalah contoh desa yang mampu memanfaatkan fenomena Lebaran untuk membuka komunikasi langsung, berdialog membicarakan potensi desa, sekaligus menawarkan investasi pemudik bagi desa.
Peluang investasi desa melalui BUMDesa kian terbuka dengan adanya regulasi turunan UU Cipta Kerja. Peraturan Pemerintah (PP) No 5 Tahun 2021 membolehkan BUMDesa berinvestasi pada pengelolaan sumber daya air, bagian jalan tol dan non-jalan tol.
BUMDesa dapat mengolah kayu dan hasil hutan nonkayu skala kecil sesuai PP No 23 Tahun 2021. Selanjutnya, PP No 29 Tahun 2011 juga membuka jalur bagi BUMDesa untuk berinvestasi mengelola pasar rakyat. PP No 30 Tahun 2021 mengizinkan BUMDesa menjalin kerja sama untuk pengelolaan terminal dan pengujian kendaraan bermotor.
Sebagaimana pada perekonomian global, selama pandemi dua tahun terakhir sejatinya juga terjadi great reset pada kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah perdesaan. Pasca-Lebaran 2022 bakal membuktikan, geliat lebih cepat terjadi pada desa-desa yang sigap menangkap peluang momentum mudik warganya dibandingkan desa-desa yang luput menyabet peluang itu.
Ivanovich AgustaSosiolog Pedesaan Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi