Perempuan adat memikul persoalan berlapis. Mereka dianggap warga kelas dua, kerap kehilangan ruang kelola atas tanah adat dan sumber pangan keluarga.

Perempuan adat mengalami langsung kerusakan lingkungan akibat dampak pembangunan di wilayah adat. Mereka kerap berjuang sendiri untuk bertahan hidup.

Banyak pranata adat belum memosisikan perempuan terlibat dalam pengambilan keputusan dan struktur kepemimpinan. Ruang partisipasi perempuan perlu terus dibuka.

Perempuan berperan sentral di banyak sendi kehidupan masyarakat adat Kaluppini di Sulsel. Pembagian peran dengan laki-laki juga tunjukkan relasi jender yang setara.

Perempuan komunitas adat Sendana di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, berusaha untuk mandiri dengan menghasilkan pakan ternak yang diolah dari limbah ikan.

Herimna simbol perjuangan perempuan adat. Tangguh dan terus maju, bahkan ketika banyak laki-laki memilih menyerah.

Sejak era Soeharto, masyarakat adat Barambang Katute hidup dalam ketakutan. Wilayah adat mereka dicaplok hutan negara.

Pemerintah menggusur lahan, kebun, dan rumah masyarakat adat. Ganti rugi tanah hanya Rp 30.500 per meter persegi.