Perbankan memacu pembiayaan hijau berupa penyaluran kredit dan pembangunan pabrik mobil listrik. Cukupkah upaya itu untuk mengembangkan industri kendaraan listrik?

Peluang pembiayaan hijau yang didukung perbankan semakin besar di masa depan. Perusahaan berbagai sektor mulai beradaptasi dalam transisi energi untuk keberlanjutan.

Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih membutuhkan akselerasi. Di sisi lain, peluang pembiayaan hijau semakin terbuka di era transisi energi.

Mekanisme pembiayaan hijau di Indonesia masih standar, hanya pinjaman. Belum ada mekanisme yang lebih bervariasi dalam pembiayaan hijau.

Indonesia memerlukan pendanaan Rp 4.000 triliun untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 2030. Korporasi swasta seperti perbankan sangat diharapkan mendukung pembiayaan ini.

Sebanyak 11 provinsi akan menerima dana hibah senilai total Rp 515 miliar dari Inggris, yakni Jabar, Jateng, Kepulauan Riau, Papua, Papua Barat, NTB, Bengkulu, Maluku, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Bali.

Prinsip ESG memengaruhi perilaku investor dan konsumen dan kian jadi tuntutan. Sektor pertanian dinilai perlu beradaptasi untuk menerapkan ESG dengan menyeimbangkan prioritas produksi dan dampak lingkungan.

Realisasi pembiayaan hijau oleh empat perbankan terbesar di Indonesia tumbuh rata-rata 25 persen setiap tahun pada 2020-2022. Tren positif pertumbuhan pembiayaan hijau didukung kebijakan makroprudensial yang akomodatif.