Kasus kekerasan terhadap wartawan terus meningkat. Ketika wartawan diserang, masyarakat juga menerima akibatnya karena kebebasan berekspresi dan akses informasi terkikis.

Jam tayang siaran di televisi seharusnya dialokasikan untuk sesuatu yang bersifat lebih penting, seperti informasi bencana, ketimbang pernikahan selebritas.

Sejumlah rangkaian persoalan dari pola industri, kepemilikan media, hingga kurangnya literasi media membuat tayangan televisi kerap mengabaikan prinsip kepentingan publik. Hal ini terus terjadi dan merugikan masyarakat.

Pers dan masyarakat sipil bisa saling memperkuat peran masing-masing dalam masyarakat demokratis. Relasi keduanya akan terbangun jika insan pers menegakkan pers yang bebas.

Wartawan merupakan garda terdepan untuk menyediakan informasi yang berkualitas dan kredibel terutama sangat dibutuhkan di masa pandemi ini. Namun, perlindungan terhadap wartawan minim, baik secara hukum maupun ekonomi.

Tahun 2020 merupakan tahun terburuk kebebasan pers sepanjang era reformasi, dan tahun 2021 ini pun kondisinya diperkirakan masih akan sama. Tak bisa mengandalkan negara, pers harus membangun kebebasannya sendiri.

Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan, perlindungan terhadap jurnalis sangat penting di tengah meningkatnya serangan pada mereka. Berita berbasis fakta bisa disajikan apabila perlindungan dan keamanan jurnalis terjamin.