Untuk keempat kalinya berturut-turut, Hendro Yap mempersembahkan medali emas jalan cepat SEA Games 2019. Atletik hanya perlu satu medali emas lagi untuk menyamai perolehan lima emas di Malaysia 2017.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari New Clark City, Flipina
·5 menit baca
NEW CLARK CITY, KOMPAS — Atlet jalan cepat Hendro Yap berhasil meraih emas keempatnya di ajang SEA Games. Pada final jalan cepat 20 kilometer SEA Games 2019 Filipina di jalanan kawasan Clark, Filipina, Senin (9/12/2019), atlet berusia 29 tahun itu finis pertama dengan waktu 1 jam 31 menit 20 detik. Hasil itu membuatnya meraih emas empat kali berturut-turut sejak SEA Games 2013.
Medali perak diraih oleh atlet Vietnam, Vo Xuan Vinh, dengan waktu 1 jam 31 menit 38 detik. Perunggu direbut atlet Myanmar, Nyi Nyi Moe Mine, dengan waktu 1 jam 33 menit 25 detik. Atlet Indonesia lainnya, Prasetyo Bayu, hanya finis di urutan kelima dengan waktu 1 jam 38 menit 21 detik.
Walau catatan waktunya kali ini lebih baik dibandingkan ketika meraih emas SEA Games 2017 Malaysia dengan waktu 1 jam 32 menit 11,27 detik, Hendro tidak memecahkan rekor SEA Games. Pasalnya, lokasi perlombaan berbeda. Pada SEA Games ini, perlombaan berlangsung di jalanan, sedangkan SEA Games dua tahun lalu, perlombaan berlangsung di lintasan stadion.
Hendro masih memegang rekor SEA Games untuk lomba di trek stadion. Rekor itu dia pecahkan saat meraih emas di SEA Games 2017. Saat itu, ia memecahkan rekor SEA Games yang sebelumnya dipegang atlet Malaysia, Harbans Singh Narinde, dengan waktu 1 jam 33 menit 47 detik ketika meraih emas SEA Games 1997 Jakarta.
Untuk lomba jalanan, Harbans masih memegang rekor SEA Games dengan waktu 1 jam 29 menit 13 detik saat meraih emas SEA Games 1997.
Dengan emas tersebut, tim atletik Indonesia telah merengkuh 4 emas, 3 perak, dan 1 perunggu. Menurut data 2019seagames per Senin pukul 13.00, tim atletik Indonesia masih berada di posisi keempat klasemen perolehan medali. Posisi pertama ditempati Vietnam dengan 8 emas, 4 perak, dan 6 perunggu. Urutan kedua Filipina dengan 7 emas, 3 perak, dan 1 perunggu. Thailand di posisi ketiga dengan 6 emas, 8 perak, dan 10 perunggu.
”Ini hasil cukup baik untuk Hendro. Dengan usia tak muda lagi dan dihantui trauma cedera, dia tetap bisa menyumbangkan emas untuk Indonesia. Dengan ini, tim atletik semakin dekat dengan target minimal meraih lima emas atau sama dengan capaian SEA Games 2017,” ujar Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung.
Meraih emas, apalagi empat kali berturut-turut di empat edisi SEA Games, bukan perkara mudah. Hendro, misalnya, meraih emas dengan penuh perjuangan. Atlet kelahiran Medan, Sumatera Utara, 24 Oktober 1990 itu harus berjuang mati-matian mengembalikan puncak performa setelah mengalami cedera ligamen lutut anterior cruciate ligament (ACL) sebelum Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Pada Asian Games 2018, Hendro turun di nomor jalan cepat 50 kilometer. Ia hanya finis kelima dengan waktu 4 jam 32 menit 20 detik. Peraih emas adalah atlet Jepang, Katsuki Hayato, dengan waktu 4 jam 3 menit 30 detik. Sementara perak diraih atlet China, Wang Qin, dengan waktu 4 jam 6 menit 48 detik dan perunggu oleh atlet Korea Selatan, Joo Hyunmyeong, dengan waktu 4 jam 10 menit 21 detik.
”Berada di posisi sekarang tak mudah. Saya berdarah-darah untuk mencapai posisi saat ini. Saya berjuang melawan cedera ACL yang sudah membuat pengapuran di lutut. Tapi, saya tidak pernah putus asa dan tetap berjuang selagi bisa,” tutur Hendro beberapa waktu lalu sebelum SEA Games 2019.
Secara keseluruhan, Hendro telah meraih empat emas SEA Games, yakni pada 2013, 2015, 2017, dan 2019. Dia pun mengantongi satu perak pada SEA Games 2011 Jakarta-Palembang. Ketika meraih perak di SEA Games 2011, ia berlomba dalam kondisi belum sembuh 100 persen dari sakit cacar air.
Peluang lari gawang
Sementara itu, tim atletik Indonesia berpeluang menambah raihan emas dari nomor perlombaan lari gawang 100 meter putri. Pada babak penyisihan pertama, pelari andalan Indonesia, Emilia Nova, berhasil finis pertama dengan catatan waktu 13,60 detik.
Catatan waktu itu menjadi yang terbaik dalam babak penyisihan. Pesaing terdekatnya adalah pelari Vietnam, Tran Thi Yen Hoa, yang finis pertama dalam penyisihan kedua dengan waktu 14,04 detik dan pelari Vietnam lain, Huynh Thi My Tien, yang finis kedua dalam penyisihan pertama dengan waktu 14,29 detik.
Emilia memang sangat dominan dalam babak penyisihan. Bahkan, dalam perlombaan babak itu, Emilia bisa meninggalkan para pesaingnya sejak gawang kelima dari total 10 gawang dalam perlombaan. Ketika finis, dia unggul sekitar 3 meter dari pelari terdekatnya, Huynh Thi My Tien. Dengan capaian itu, Emilia pun berpeluang merengkuh emas dalam final yang berlangsung pada Senin pukul 18.40 ini.
Menurut Emilia, adrenalinnya sangat tinggi jelang perlombaan penyisihan ini. Bahkan, karena itu, ia hanya tidur dua jam sebelum perlombaan. Sebab, dia tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat untuk berlomba. Selain itu, karena faktor tersebut, dirinya seolah tidak merasakan rasa sakit pada cedera tumitnya yang belum sembuh 100 persen.
Emilia memang bergelut dengan cedera tumit dan paha sepanjang tahun ini. Karena faktor tersebut, performa atlet kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1995, itu tidak sebaik ketika meraih perak dengan waktu 13,33 detik pada Asian Games 2018.
Tahun ini, performa Emilia justru merosot tajam karena rentetan cedera tersebut, yakni dari berlari 13,59 detik saat meraih emas di Malaysia Terbuka 2019, turun menjadi 13,70 detik ketika finis kelima Kejuaraan Asia 2019 di Doha, Qatar, dan turun lagi menjadi 14,19 detik ketika finis keenam dalam Universiade 2019 di Napoli, Italia.
”Tiga bulan terakhir, saya bekerja keras untuk pulih. Sebulan sebelum SEA Games 2019, saya berjuang mati-matian agar bisa mendekati performa terbaik saya seperti tahun lalu. Alhamdulillah, dalam penyisihan ini, saya bisa berlari 13,60 detik. Itu cukup baik di tengah cedera yang sesekali masih saya rasakan. Sekarang, saya berusaha agar bisa meraih emas pada final nanti,” tutur Emilia yang pada SEA Games pertamanya tahun 2017 gagal meraih medali lari gawang.
Selain Emilia, potensi emas juga ada dari pelari gawang putra Rio Maholtra. Ia akan turun pada final lari gawang 110 meter putra pada Senin pukul 18.25. Dalam data yang dibuat Manajer Pelatnas PB PASI Mustara Musa, dengan catatan waktu terbaik 14,02 detik yang dicetak pada Asian Games 2018, sejatinya Rio hanya berpeluang meraih perak.
”Namun, dalam sejumlah latihan, Rio sudah bisa berlari di bawah 14 detik. Kalau bisa melakukan start lebih cepat dalam final nanti, dia tidak menutup kemungkinan bisa meraih emas,” ucap pelatih lari gawang PB PASI, Fitri ”Ongky” Haryadi.