Lestarikan Warisan Wallace demi Peradaban Masyarakat
Warisan pengetahuan Alfred Russel Wallace mesti dilestarikan dan dikembangkan ke berbagai bidang agar dapat dirasakan masyarakat luas. Merawat warisan Wallace dapat dimaknai sebagai upaya merawat kekayaaan Tanah Air.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS - Warisan pengetahuan Alfred Russel Wallace mesti dilestarikan dan dikembangkan ke berbagai bidang agar dapat dirasakan masyarakat luas. Merawat ilmu pengetahuan warisan Wallace dapat dimaknai sebagai upaya merawat kekayaan Tanah Air.
“Wallace telah memberi contoh bagaimana kerja besar pencatatan dan pendokumentasian alam dan manusia untuk pengetahuan. Merawat Wallace dengan turunan himpunan pengetahuannya, juga kawasan Wallacea, berarti juga merawat Indonesia,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, dalam bincang-bincang Pekan Wallacea, di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (27/11/2019).
Acara ini juga dihadiri dan dibuka oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenskin; Direktur British Council Indonesia Paul Smith OBE; dan Wakil Rektor Unhas Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan Nasrum Massi.
Menurut Hilmar, Wallace banyak sekali merekam dan mendokumentasikan tidak hanya terkait fauna dan flora, tetapi juga tentang kehidupan sosial masyarakat. Semua hal tersebut menjadi basis pengetahuan dalam merumuskan teori atau pengetahuan. Wallace juga telah menunjukkan bagaimana membentuk sebuah komunitas pengetahuan dengan mengajak banyak orang terlibat dalam penjelajahannya selama delapan tahun di Indonesia.
Oleh karena itu, warisan tersebut, lanjut Hilmar, sudah seharusnya terus dikembangkan dan didalami. Penelitian lanjutan, harus diaplikasikan untuk menjawab tantangan permasalahan, khususnya di Indonesia. Sejumlah persoalan tersebut dalam bidang perubahan iklim, kemiskinan, hingga basis kebijakan ke depan.
“Kita harus mulai lebih telaten mendokumentasikan antara praktik manusia dengan alamnya. Wallace adalah salah satu contoh terbaik, selain berbagai contoh upaya dari ilmuwan lain,” kata Hilmar.
Dia menambahkan, ke depannya pemerintah pusat akan membuat Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu, termasuk pendataan dari warisan Wallace. Sistem ini menghubungkan pangkalan data satu institusi ke institusi lain, sehingga terpusat. Seluruh data tersebut bisa dikembangkan untuk menjawab permasalahan utama bangsa, mulai dari kemiskinan, perubahan iklim, hingga basis kebijakan.
Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas Jamaluddin Jompa menjelaskan, Wallace telah memulai budaya ilmiah dan menemukan teori besar saat akses teknologi masih sangat terbatas. Apa yang ditunjukkan Wallace sudah selayaknya terus digali.
Selain di wilayah darat, Jamaluddin melanjutkan, wilayah perairan dan laut kawasan Wallacea juga sangat kaya. Sebab, kawasan tersebut masuk dalam wilayah segitiga karang dunia dengan berbagai macam kekayaan alam.
“Sumber daya alam di Wallacea sangatlah kaya. Akan tetapi, hal ini butuh pengetahuan dan riset mendalam agar bisa bermanfaat dan dirasakan masyarakat luas. Penerapan teknologi sangat penting untuk memberi nilai tambah yang berwawasan lingkungan,” katanya.
Pekan Wallacea diselenggarakan dalam rangka mengingat dan menghidupkan kembali warisan Wallace. Pada 2019, Pekan Wallacea yang sudah tiga kali diselenggarakan, untuk petama kalinya diadakan di Makassar, salah satu wilayah yang masuk dalam keanekaragaman tinggi kawasan Wallacea.
Acara tersebut diadakan British Council dengan menggandeng sejumlah pihak. Selain acara bincang-bincang, diselenggarakan juga pameran, simposium, pemutaran film, dan kegiatan lain selama sepekan penuh, hingga Kamis (28/11).
Perayaan kali ini juga bersamaan dengan peringatan 150 tahun buku karangan Wallace, The Malay Archipelago. Naturalis, penjelajah, antropolog, sekaligus kolekter hewan ini, menemukan keragaman fauna yang begitu tinggi dan merumuskan dua teori besar saat di Indonesia, khususnya kawasan Wallacea.
Owen Jenkins mengungkapkan, Wallace telah mewariskan banyak hal, tidak hanya bagi Indonesia dan Inggris, tetapi juga dunia. Wallace telah menunjukkan peluang untuk kerjasama penelitian antara banyak peneliti, institusi, dan negara di kawasan Wallacea.
“Kami sangat bangga mendukung penelitian bersama di Wallacea untuk memberikan manfaat luas kepada masyarakat,” kata Owen.
Selain itu, tambah Owen, Wallace tidak hanya mencatat data hewan atau tumbuhan, tetapi juga budaya, agama, dan kehidupan sosial masyarakat. Wallace telah menunjukkan kemanusiaan dalam keberagaman di Indonesia yang berguna bagi kehidupan saat ini maupun masa depan. Wallace juga telah menyadarkan banyak orang untuk terus berkolaborasi untuk memahami aneka kekayaan alam.
Anggota Dewan Pembina Yayasan Wallacea Sangkot Marzuki menjabarkan, dalam perjalanannya, Wallace telah terinspirasi dengan biodiversitas di Indonesia. Dari situ, Wallace merumuskan dua teori penting di abad ke-19, yaitu garis maya Wallace dan teori evolusi.
“Perlu diingat bahwa, Kawasan Wallacea adalah milik kita. Sudah seharusnya kita untuk terus mengembangkan segala potensi yang ada, untuk kita, dan dunia,” tambahnya.