Keselamatan dan Pelayanan Pelayaran Danau Toba Ditingkatkan
Feri ro-ro berbobot 300 gros ton diluncurkan Kementerian Perhubungan di Danau Toba, Sabtu (9/11/2019). Kapal untuk 180 penumpang dan 21 mobil itu merupakan salah satu hasil evaluasi tenggelamnya KM Sinar Bangun.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TOBA SAMOSIR, KOMPAS — Feri ro-ro berbobot 300 gros ton diluncurkan Kementerian Perhubungan dari galangan kapal di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (9/11/2019), ke Danau Toba. Kapal berkapasitas 180 penumpang dan 21 mobil tersebut diharapkan meningkatkan keselamatan dan pelayanan pelayaran dan pariwisata di Danau Toba.
”Ini adalah kapal kedua yang kami bangun di Danau Toba. Kapal ini untuk meningkatkan keselamatan dan pelayanan pelayaran di Danau Toba. Tenggelamnya KM (Kapal Motor) Sinar Bangun tahun lalu harus menjadi momentum memperbaiki aspek keselamatan,” tutur Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, di Toba Samosir.
Ia mengatakan, setelah berhasil diapungkan, penyelesaian interior kapal akan dirampungkan dalam sebulan ke depan. Kapal ditargetkan beroperasi Desember untuk melayani angkutan Natal dan Tahun Baru. Kapal itu nantinya akan melayani pelayaran rute Pelabuhan Ajibata di Kabupaten Toba Samosir ke Pelabuhan Simanindo di Samosir.
Kapal ditargetkan beroperasi Desember untuk melayani angkutan Natal dan Tahun Baru.
Kapal dengan jenis yang sama, yakni KM Ihan Batak, sebelumnya diluncurkan Kementerian Perhubungan pada Desember tahun lalu. Budi mengatakan, akan ada total lima kapal yang dibangun Kementerian Perhubungan di Danau Toba. ”Selain membuat kapal, kami juga membangun 12 dermaga di Danau Toba. Total anggaran yang kami kucurkan Rp 750 miliar,” ucapnya.
Budi mengatakan, tahun ini pihaknya juga melelang pembangunan dua kapal katamaran dengan dua lambung kapal berkapasitas 50-100 orang per kapal. Kapal yang disiapkan untuk angkutan pariwisata dan penyeberangan itu pun akan mulai dibangun tahun depan.
Evaluasi
Perbaikan aspek keselamatan pelayaran di Danau Toba merupakan bagian dari evaluasi tenggelamnya KM Sinar Bangun saat berlayar dari Kabupaten Simanindo di Kabupaten Samosir ke Pelabuhan Tigaras di Simalungun pada 18 Juni 2018. Kapal itu diperkirakan membawa 188 orang, padahal kapasitasnya hanya 45 orang. Kapal juga disesaki 60 sepeda motor. Sebanyak 164 orang hilang, 3 orang ditemukan tewas, dan 21 orang selamat.
Budi menuturkan, pihaknya juga memperbaiki aspek keselamatan pelayaran di Danau Toba dengan melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia awak kapal dan petugas pelabuhan. Selain itu, mereka juga membangun sistem komunikasi radio di kapal rakyat, sistem navigasi, membangun dermaga, kapal, dan menyediakan jaket pelampung di kapal rakyat.
Namun, beberapa hal masih perlu ditingkatkan, khususnya pembuatan fasilitas dok kapal. ”Ada sekitar 300 kapal di kawasan Danau Toba yang seharusnya melakukan pengedokan sekali setahun. Namun, hingga kini belum berjalan karena belum ada fasilitas pengedokan. Kami akan segera membangun fasilitas ini,” ucap Budi.
Bupati Toba Samosir Darwin Siagian mengatakan, pembangunan kapal dan dermaga yang dilakukan Kementerian Perhubungan dalam beberapa tahun ini telah mendorong pariwisata di Danau Toba. ”Kapal dengan standar keselamatan dan pelayaran yang lebih baik mengangkat kelas pariwisata di Danau Toba,” ujarnya.
Wakil Bupati Samosir Juang Sinaga mengatakan, peningkatan aspek keselamatan pelayaran telah mengembalikan kepercayaan publik, khususnya dunia pariwisata, kepada pelayaran di Danau Toba secara keseluruhan pasca-kecelakaan KM Sinarbangun.