JAKARTA, KOMPAS--Luas areal tanam yang kekeringan dan gagal panen akibat kemarau panjang tahun ini lebih luas dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi ini diwaspadai karena berpotensi membuat harga beras melonjak akibat produksi gabah anjlok.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi gabah kering giling pada 2018 sekitar 56,54 juta ton. Adapun produksi pada semester II-2018 sebanyak 22,29 juta ton.
Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja menyebutkan, penambahan luas lahan yang kena dampak kekeringan dan puso dikhawatirkan menurunkan produksi gabah pada semester II-2019 di tingkat petani setidaknya 5 persen dibandingkan dengan semester II-2018. "Saya harap kondisi ini tidak memukul daya beli petani dalam membeli beras. Pada akhir tahun, petani cenderung menjadi konsumen murni karena tidak memproduksi beras," katanya saat dihubungi, Jumat (4/10/2019).
Guntur menambahkan, saat ini mayoritas petani belum memulai masa tanam.
Padahal, tahun-tahun sebelumnya, petani menanam sejak September.
Seperti diberitakan, musim hujan di sebagian besar daerah di Indonesia diperkirakan mundur dari rata-rata tahunan. Daerah rentan kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera akan memasuki musim hujan pada pertengahan dan akhir Oktober. Sementara, di Sumatera Selatan dan Jawa kemungkinan baru masuk musim hujan pada November (Kompas, 27/9).
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy menyebutkan, sekitar 264.968 hektar lahan kena dampak kekeringan sejak awal tahun ini hingga Oktober. Sementara, lahan gagal panen atau puso seluas 70.201 hektar.
Kondisi ini lebih parah dibandingkan dengan Januari-Oktober 2018, yakni 180.880 hektar lahan kena dampak kekeringan dan 38.455 hektar lahan puso.
Pemerintah, tambah Sarwo, membeli dan mendistribusikan 20.000 pompa air sawah dan membangun 200 embung untuk mengatasi kekeringan.
Harga
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Dwi Andreas Santosa mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi dampak kekeringan terhadap produksi beras di tingkat konsumen.
”Mulai November 2019, peran petani (dalam rantai pasok beras) menjadi konsumen murni. Jangan sampai terjadi lonjakan harga beras di tingkat konsumen yang menekan petani,” katanya.
Harga rata-rata beras medium di tingkat konsumen per 4 Oktober 2019, mengacu laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, sebesar Rp 11.750 per kilogram.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional Barang Kebutuhan Pokok di Batu, Jawa Timur, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebutkan, pemerintah menghadapi tantangan yang perlu diantisipasi bersama, di antaranya kemarau panjang yang merata di semua wilayah.
”Kita harus detail dan jeli melihat ketersediaan bahan pokok dan pantauan atas harga," katanya. (JUD/WER)