Riset Membumi Dibutuhkan untuk Pecahkan Masalah Masyarakat
Peneliti dan akademisi diimbau terus meriset beragam hal untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi langsung oleh masyarakat. Riset harus mampu memberi manfaat sehingga tidak berhenti menjadi kebanggaan peneliti.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS—Peneliti dan akademisi diimbau terus meriset beragam hal untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi langsung oleh masyarakat. Riset harus mampu memberi manfaat sehingga tidak berhenti menjadi kebanggaan atau pencapaian pribadi penelitinya.
Hal itu disampaikan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta Didi Achjari dalam acara Dies Natalis ke-54 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Jumat (27/9/2019). Tema yang diambil dalam acara ini adalah “Pemantapan Riset dan Inovasi Menjawab Tantangan Global”.
“Bagaimana riset menjawab tantangan global itu menjadi perhatian kami. Tetapi, kita sering dianggap melupakan konteks di daerah masing-masing. Kami berharap, ketika berusaha menjawab tantangan global tadi tidak melupakan apa yang terdapat di sekitar kita,” kata Didi.
Didi menyampaikan, kerap kali, dalam melakukan penelitian, akademisi memilih topik-topik yang berorientasi global. Hal itu agar hasil riset yang kemudian ditulis dalam jurnal nantinya terindeks Scopus. Indeks tersebut dijadikan indikator prestasi bagi akademisi, khususnya para dosen. Prestasi itu yang selanjutnya dikonversi menjadi kenaikan jabatan.
“Kita terpacu menulis sesuatu yang terindeks Scopus. Ini bisa menjadi risiko buat kita semua. Karena, dengan orientasi hanya ke arah global. Kita bisa melupakan situasi kita sehari-hari dan menjadi tidak sensitif dengan masalah-masalah yang lebih dekat dengan kita,” kata Didi.
Didi mengungkapkan, pertanyaan mendasar yang seharusnya terdapat dalam penelitian itu adalah masalah apa yang bisa diselesaikan melalui penelitian tersebut. Penelitian itu perlu diarahkan guna memecahkan beragam persoalan di tengah masyarakat. Dengan cara itu, ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat dan aplikatif bagi kehidupan.
Selain itu, Didi menambahkan, cara berpikir dosen-dosen itu yang perlu diubah. Tidak harus berangkat dari topik global dalam mengadakan suatu penelitian. Butuh dorongan agar dosen memilih topik lokal yang aktual terhadap kondisi terkini masyarakat bisa menjadi bahan perbincangan di dunia akademis internasional. Itu menjadi tantangan yang tidak mudah, tetapi harus bisa dilampaui.
Penelitian bukan sekadar kemegahan pribadi yang bisa jadi kebanggaan internasional. Publikasi internasional hanya impact dari penelitian yang sifatnya lokal dan menyelesaikan masalah bangsa. Isu lokal ini yang harusnya menjadi gaung ke level internasional
“Penelitian bukan sekadar kemegahan pribadi yang bisa jadi kebanggaan internasional. Publikasi internasional hanya impact dari penelitian yang sifatnya lokal dan menyelesaikan masalah bangsa. Isu lokal ini yang harusnya menjadi gaung ke level internasional. Jangan berangkat dari sesuatu yang global tetapi melupakan akar masalah di masyarakat sendiri,” kata Didi.
Rektor UAJY Yoyong Arfiadi mengungkapkan, dosen memang selalu didorong untuk melakukan penelitian. Peningkatan publikasi menjadi salah satu program utama yang tidak pernah berhenti dilakukan. Dosen dituntut bisa menunjukkan prestasinya, baik melalui publikasi penelitian atau pengabdian kepada masyarakat.
“Kami selain menuju ke arah global untuk menjawab berbagai tantangannya, kami tidak akan melupakan masalah-masalah yang lingkupnya lokal,” kata Yoyong.
Pada tahun ajaran 2018/2019, total ada 69 penelitian yang dilakukan akademisi di UAJY. Dari jumlah tersebut, penelitian kelompok adalah yang terbanyak, yakni 32 penelitian, penelitian terapan (5 penelitian), dan penelitian terapan unggulan perguruan tinggi (6 penelitian).
Dalam kesempatan itu, UAJY juga memecahkan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) berupa universitas dengan pencatatan hak cipta terbanyak. Dalam kurun waktu tidak genap satu bulan, pada September ini, terdapat 174 karya ciptaan yang memperoleh surat pencatatan hak cipta. Karya ciptaan itu berupa software, buku, modul, pesta, poster penelitian, dan berbagai hasil pengabdian masyarakat dari dosen-dosen UAJY.
Ketua Sentra Hak Kekayaan Intelektual UAJY Yustina Niken Sharaningtyas mengatakan, pencapaian itu menjadi momentum bagi perguruan tinggi untuk terus meningkatkan peran mereka dalam dunia akademis. Melalui berbagai temuan itu, pihaknya juga menginginkan agar para civitas akademika dari perguruan tinggi itu bisa semakin berkontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat.