Belum pernah mengunjungi Pulau Onrust? Atau memang belum tertarik datang ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu ini? Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara, mulai Sabtu (24/8/2019), akan ”mendatangkan” Pulau Onrust. Silakan singgah dan buktikan, apakah pulau itu memikat atau tidak.
Oleh
J Galuh Bimantara
·2 menit baca
Belum pernah mengunjungi Pulau Onrust? Atau memang belum tertarik datang ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu ini? Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara, mulai Sabtu (24/8/2019), akan ”mendatangkan” Pulau Onrust. Silakan singgah dan buktikan, apakah pulau itu memikat atau tidak.
Museum Bahari menghadirkan Onrust dalam rupa pameran temporer bertajuk ”Onrust dalam Lintasan Sejarah”, yang menyajikan ringkasan sejarah pulau situs cagar budaya ini, serta artefak-artefak asli dari sana. Pameran berlangsung selama sebulan, mulai 24 Agustus hingga 24 September pukul 09.00-16.00 (Senin libur).
”Pulau Onrust merupakan pulau dengan sejarah panjang dan berperan penting dalam sejarah perkembangan Kota Jakarta,” kata Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Husnizon Nizar, Kamis (22/8/2019), di Jakarta. Ia menjelaskan, Onrust jadi tempat peristirahatan keluarga Kerajaan Banten pada masa sebelum abad ke-17.
Setelah Belanda datang, pulau itu pernah menjadi bengkel perbaikan kapal yang tersohor, bahkan sampai didatangi pelaut-pelaut kenamaan dari berbagai negara. Penjelajah asal Inggris, Kapten James Cook, salah satunya. Kapalnya, HM Bark Endeavour, pernah diperbaiki di Onrust saat ia berada Batavia pada 1770.
Soni, panggilan karib Husnizon, menuturkan, pameran temporer tersebut juga bertujuan melonjakkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Onrust. ”Wisman (wisatawan mancanegara) jarang sekali yang berwisata ke sana,” ujarnya.
Data Juni 2019, turis asing yang pelesiran ke Taman Arkeologi Onrust (Pulau Onrust, Cipir, Kelor, dan Bidadari) hanya 27 orang, berarti rata-rata kurang dari satu turis per hari yang datang ke sana. Jumlah turis asing pada Januari 2019 jauh lebih rendah, yakni cuma 17 orang. Bandingkan dengan jumlah turis lokal yang sebanyak 433 orang pada Januari serta 7.984 orang bulan Juni.
Untuk semakin memikat publik, Soni menyebutkan, museum juga akan menghadirkan artefak berupa sepatu besi yang digunakan pekerja galangan kapal pada zaman Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (VOC). Fungsinya, memastikan pekerja tetap tenggelam saat memperbaiki bagian kapal dari dalam laut. ”Bentuknya seperti apa, saksikan langsung saat pameran nanti,” katanya.