BSSN: Ada Kelompok Sengaja Picu Amarah Masyarakat Papua
Badan Siber dan Sandi Negara memastikan unjuk rasa massal di Papua dan Papua Barat murni didasari penyebaran konten berita bohong dari insiden yang terjadi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Oleh
M Ikhsan Mahar
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Siber dan Sandi Negara memastikan unjuk rasa massal di Papua dan Papua Barat murni didasari penyebaran konten berita bohong dari insiden yang terjadi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, akhir pekan lalu. Kehadiran hoaks itu telah diatur untuk melecut kemarahan masyarakat Papua.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengungkapkan, hasil monitor siber yang dilakukan BSSN, ditemukan lalu lintas penyebaran berita bohong pasca-insiden di asrama mahasiswa Papua di Jawa Timur.
”Ada kelompok yang mendramatisasi dan memperkeruh situasi dari peristiwa itu dengan hoaks yang tujuannya menimbulkan kemarahan dan prasangka masyarakat Papua dan Papua Barat,” ujar Hinsa, Jumat (23/8/2019), di Jakarta.
Ada kelompok yang mendramatisasi dan memperkeruh situasi dari peristiwa itu dengan hoaks yang tujuannya menimbulkan kemarahan dan prasangka masyarakat Papua dan Papua Barat.
Lebih lanjut, Hinsa menjelaskan, hoaks merupakan salah satu jenis kejahatan siber yang menyerang instrumen nonfisik bangsa Indonesia. Adapun sasaran nonfisik itu, tambahnya, bertujuan untuk memengaruhi pikiran, hati, dan pola pikir anak bangsa melalui pembuatan dan penyebaran berita-berita dengan tujuan menimbulkan rasa kebencian dan kemarahan.
Penyebaran hoaks terkait insiden asrama mahasiswa Papua, kata Hinsa, telah mengakibatkan masyarakat Papua marah dan melakukan aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat. Atas dasar itu, Hinsa mengatakan, potensi serangan siber berupa konten dan narasi berita bohong harus diantisipasi seluruh elemen bangsa. Langkah paling awal ialah kesadaran masyarakat untuk tidak mudah memercayai berita atau informasi yang mengandung konten provokasi.
”Tantangan kami ke depan ialah untuk mampu mengantisipasi berbagai ancaman serangan siber yang menargetkan sasaran nonfisik bangsa,” ucapnya.
Tantangan kami ke depan ialah untuk mampu mengantisipasi berbagai ancaman serangan siber yang menargetkan sasaran nonfisik bangsa.
Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Asep Adi Saputra menuturkan, tim penyidik Bareskrim Polri telah mengidentifikasi lima akun media sosial yang secara masif menyebarkan hoaks terkait insiden asrama mahasiswa Papua. Sebagian besar akun itu adalah akun anonim.
Penyebaran konten hoaks itu terjadi di seluruh media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Youtube, serta aplikasi pesan instan, seperti Whatsapp. Penyidik, tambah Asep, masih mengumpulkan data dan alat bukti untuk mengetahui adanya hubungan dari sejumlah akun tersebut.