Pengembangan kelapa dari hulu ke hilir akan menerapkan prinsip revolusi industri 4.0. Penerapan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi komoditas kelapa.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan kelapa dari hulu ke hilir akan menerapkan prinsip revolusi industri 4.0. Penerapan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi komoditas kelapa.
Bentuk penerapan revolusi industri 4.0 pada pengembangan kelapa ialah adanya sistem dalam jaringan (daing) yang mengintegrasikan petani, distributor, hingga pelaku industri terkait.
”Pengembangan ini kira-kira membutuhkan dana sekitar Rp 500 miliar,” ujar Ketua Umum Himpunan Masyarakat Kelapa Online Terpadu Indonesia (Himkoti) Mufti Mubarok, Rabu (21/8/2019), di Jakarta.
Mufti ditemui setelah diskusi ”Diseminasi Pengembangan Industri Kelapa Menuju No.1 Dunia yang diselenggarakan Badan Pengembangan Industri Kelapa (BPIK) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Menurut rencana, dana tersebut berasal dari iuran anggota Himkoti yang diperkirakan saat ini berjumlah 7 juta orang. Potensi pelaku yang terlibat dalam perkebunan dan industri kelapa mencapai 35 juta orang. Selain itu, dana juga akan diperoleh melalui pinjaman teknologi finansial (tekfin).
Secara eksekusi, Mufti memaparkan, revolusi industri 4.0 di sektor kelapa diterapkan dengan meluncurkan perusahaan holding. Menurut rencana, Agustus ini perusahaan holding tersebut sudah resmi berdiri.
Perusahaan holding tersebut dibutuhkan untuk menaungi beragam produk turunan dan olahan kelapa, baik dari tapes, tempurung, daging buah, maupun air. Produk olahannya dapat berupa minyak goreng, arang, briket, kopra, nata decoco, dan air kelapa kemasan.
Secara menyeluruh, Ketua Umum Kadin Indonesia Eddy Ganefo berpendapat, penerapan revolusi industri 4.0 dalam pengembangan kelapa untuk mengoptimalkan potensi ekonomi dari komoditas kelapa. ”Dalam era revolusi industri 4.0, pelaku di sektor kelapa ini juga mesti beradaptasi. Kalau tidak, (para pelaku) akan terdisrupsi,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Himkoti, luas industri kelapa Indonesia yang sebesar 3,81 juta hektar menempati posisi pertama di dunia disusul oleh Filipina (3,56 juta hektar) dan India (1,89 juta hektar). Lahan industri kelapa terbesar di Indonesia berada di Pulau Sumatera (1,12 juta hektar) dengan produksi sekitar 890.000 ton.
Menurut pengamatannya, Eddy menyayangkan nilai ekonomi dan produksi Indonesia yang masih kalah dari Filipina dan India. Dengan lahan terluas di dunia, kelapa Indonesia seharusnya menjadi tiga besar komoditas ekspor nasional dan berkontribusi signifikan pada devisa negara.
Oleh sebab itu, Eddy mengharapkan, penerapan revolusi industri 4.0 dapat mengangkat nilai ekonomi kelapa. Salah satu indikatornya berupa harga kelapa di tingkat petani.
Berdasarkan pantauan Kadin Indonesia, harga kelapa saat ini sekitar Rp 800 per butir. Pengembangan kelapa berbasis revolusi industri 4.0 ditargetkan dapat membuat harga tersebut menjadi Rp 2.000 per kg.
Dalam pengembangan kelapa dengan prinsip revolusi industri 4.0, Himkoti bekerja sama dengan Himpunan Pengusaha Online (Hipo).
”Adanya aplikasi daring yang terintegrasi antara petani, distributor, dan pelaku industri turut menunjang keterbukaan dan kejelasan data kelapa nasional,” kata Founder Hipo Andi Junaedi.
Rumah tangga
Di sisi lain, pelaku industri yang memproduksi kopra putih tengah mengembangkan mekanisasi skala rumah tangga. Salah satunya ialah PT Pandu Karya Indonesia yang beroperasi di Palu, Sulawesi Tengah. Sepanjang 2017-2019, perusahaan ini melatih 150 orang di 10 kabupaten/kota untuk mengolah kelapa menjadi kopra putih di skala rumah tangga (home industry).
https://youtu.be/Z7b3NlKLRus
Presiden Komisaris PT Pandu Karya Indonesia Sunarsih menyatakan, pihaknya kini membutuhkan dana Rp 7 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 1.500 ton per bulan. Dia memperkirakan, profitnya dapat mencapai Rp 1,4 miliar per bulan.
Saat ini, kata Sunarsih, kapasitas produksinya sebesar 1.000 ton per bulan. Mayoritas hasil produksi tersebut diekspor ke Amerika Serikat, Pakistan, Uni Emirat Arab, dan India.