Bengkel Pesawat Dalam Negeri Bantu Maskapai Lebih Kompetitif
PT Batam Aero Technic membangun hanggar tambahan berkapasitas 24 pesawat untuk melengkapi fasilitas perawatan dan perbaikan pesawat di Bandara Hang Nadim. Tumbuhnya bengkel pesawat dalam negeri diharapkan mendorong maskapai Indonesia lebih kompetitif.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — PT Batam Aero Technic membangun hanggar tambahan berkapasitas 24 pesawat untuk melengkapi fasilitas perawatan dan perbaikan pesawat di Bandara Hang Nadim, Batam. Tumbuhnya bengkel pesawat dalam negeri diharapkan menjadikan maskapai Indonesia lebih kompetitif.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Rabu (14/8/2019), di Batam, mengatakan, bisnis perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan (MRO) berpeluang terus tumbuh di Indonesia. Bisnis MRO dalam negeri saat ini baru bisa menyerap 35 persen kebutuhan pasar.
”Bengkel MRO merupakan kebutuhan setiap industri penerbangan. Jika perawatan dan perbaikan pesawat bisa dilakukan di dalam negeri, biaya operasional bisa dikurangi,” kata Darmin.
Jika perawatan dan perbaikan pesawat bisa dilakukan di dalam negeri, biaya operasional bisa dikurangi.
Ongkos perawatan dan perbaikan merupakan biaya terbesar ketiga yang harus dikeluarkan industri penerbangan setelah pembelian bahan bakar dan sewa pesawat. Untuk melakukan perawatan dan perbaikan mesin, selama ini maskapai di Indonesia harus mengirimkan pesawatnya ke MRO Singapura.
Darmin berharap, MRO di Batam yang merupakan kerja sama Lion Group dan Garuda Indonesia Group itu nantinya bisa bersaing dengan MRO lain di Asia Tenggara. Oleh karena itu, ia menginginkan agar MRO di Batam segera bekerja sama dengan sejumlah institusi pendidikan untuk mencetak sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan.
Presiden Direktur Lion Group Edward Sirait optimistis, bisnis MRO akan semakin dibutuhkan mengingat pertumbuhan armada pesawat di Tanah Air saat ini berkisar di angka 6 persen per tahun. Ia memprediksi, dalam 10 tahun ke depan, MRO di Batam akan menyerap sekitar 15.000 tenaga kerja.
Nilai investasi yang dikucurkan untuk membangun MRO di lahan seluas 30 hektar itu tak kurang dari Rp 10 triliun. Batam menjadi lokasi yang dipilih karena aksesnya yang sangat dekat dengan Singapura. Komponen pesawat yang dipesan akan tiba di Batam dalam jangka waktu kurang dari dua hari.
Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Group I Gusti Ngurah Askhara, biaya yang bisa dihemat dengan melakukan perbaikan dan perawatan di dalam negeri nilainya lebih dari Rp 10 triliun per tahun. Selain itu, ada pula keuntungan terciptanya lapangan kerja baru dan kesempatan alih teknologi.
Ongkos perawatan dan perbaikan pesawat besarnya 7 persen hingga 8 persen dari total biaya operasional suatu maskapai. ”Sekarang kita bisa menyimpan devisa yang dulu dibuang percuma,” ucap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Sementara itu, Presiden Direktur Batam Aero Technic I Nyoman Rai Pering mengatakan, pemerintah perlu terus mendukung pertumbuhan bisnis MRO dalam negeri. Jika biaya operasional maskapai berkurang karena ongkos perbaikan yang murah, warga juga akan menikmati keuntungan dengan mendapatkan harga tiket yang semakin kompetitif.