Rexy Mainaky sebenarnya ingin rehat sejenak dari dunia bulu tangkis. Kesempatan itu datang saat dia tidak lagi masuk kepengurusan PP PBSI periode 2016-2020. Namun, telepon dari petinggi Asosiasi Bulu Tangkis Thailand membelokkan rencananya untuk menikmati hidup, jauh dari bulu tangkis yang dia geluti sejak belia.
Oleh
Agung Setyahadi
·5 menit baca
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Rexy Mainaky, Kepala Pelatih Tim Bulu Tangkis Thailand, saat konferensi pers seusai semifinal kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman antara China dan Thailand di Guangxi Sports Center, Nanning, China, Sabtu (25/5/2019). Thailand kalah 0-3 dari China.
Rexy Mainaky sebenarnya ingin rehat sejenak dari dunia bulu tangkis. Kesempatan itu datang saat dia tidak lagi masuk kepengurusan PP PBSI periode 2016-2020. Namun, telepon dari petinggi Asosiasi Bulu Tangkis Thailand membelokkan rencananya untuk menikmati hidup, jauh dari bulu tangkis yang dia geluti sejak belia.
Rexy sempat galau. Dia tak berani menerima tawaran dari Asosiasi Bulu Tangkis Thailand (BAT) untuk melatih tim ”Gajah Putih”. Dia meminta pertimbangan istrinya sebelum kembali berbelok ke jalan bulu tangkis. Mantan pemain ganda dengan segudang prestasi itu akhirnya menerima tawaran dan menjadi kepala pelatih tim bulu tangkis Thailand sejak 2017. Kontraknya akan berakhir 2020, setelah Olimpiade Tokyo.
Rexy mengisahkan petualangannya di Thailand saat ditemui di Nanning, China, Sabtu (25/5/2019). Pelatih ramah berusia 51 tahun itu baru saja membawa anak asuhnya menjalani semifinal Piala Sudirman melawan China. Sayang, timnya tersingkir setelah kalah 0-3 dari tim tuan rumah. Langkah Thailand kali ini sama dengan pencapaian dua tahun lalu di Gold Coast, Australia.
Kompas/Julian Sihombing
Pasangan ganda Indonesia, Rexy Mainaky dan Ricky Soebagja, pada kejuaraan bulu tangkis Piala Sudirman di Copenhagen, Denmark, 1 Juni 1991.
”Sebenarnya tidak ada maksud apa-apa (menerima tawaran Thailand). Waktu itu, saya tidak dalam tim sebagai pelatih ataupun pengurus (PP PBSI) dan berencana mau istirahat dulu, mungkin sampai punya inisiatif lagi untuk balik melatih. Namun, saat balik ke Malaysia, saya dapat telepon dari Presiden BAT, yang menawari saya membantu mereka dan memberi waktu memikirkan karena saya ingin istirahat,” ujar peraih empat medali emas Asian Games itu.
”Mereka akhirnya mendesak karena waktu sudah mepet untuk mencari sosok yang bisa mengangkat prestasi Thailand. Jadi, waktu itu mereka minta tolong. Kalau orang sudah minta tolong, sebagai orang Indonesia kita enggak sampai hati bilang tidak. Saya berkomunikasi dulu dengan istri saya. Istri saya bilang tentukan dari kamu saja,” tutur Rexy.
Dia pun akhirnya menerima tawaran itu. ”Saya bisa melatih dan, kalau saya sudah berkomitmen, saya ingin memberikan sesuatu. Keinginan saya itu saja, berbuat sesuatu sampai di mana saya bisa membawa tim ini,” ujar peraih emas ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Soebagja itu.
Berburu pemain
Dua tahun berlalu, Rexy membenahi pembinaan bulu tangkis Thailand. Dia memantau pemain dan menjalin komunikasi dengan klub bulu tangkis di sana. Kejuaraan internal di Thailand belum selengkap Indonesia yang memiliki jenjang sirkuit. Yang ada hanya kejuaraan All Thailand, semacam kejuaraan nasional.
”Sistem mereka berbeda dengan Indonesia. Kami melihat pemain di turnamen All Thailand. Kalau ada pemain bagus, kami berbicara dengan klub, klub yang akan bicara dengan pemain,” ujar Rexy, yang membantu Indonesia meraih empat gelar Piala Thomas pada 1994, 1996, 1998, dan 2000.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Kepala Pelatih Tim Bulu Tangkis Thailand Rexy Mainaky berbicara dengan anak asuhnya, pemain ganda putri dan campuran Sapsiree Tearattanachai, pada saat konferensi pers menjelang kejuaraan bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman di Guangxi Sport Centre, Nanning, Guangxi, China, Sabtu (18/5/2019). Thailand menargetkan bisa lebih baik dari edisi Gold Coast 2017 saat mereka menembus semifinal.
Dari perburuan pemain itu, Rexy menemukan sejumlah pemain muda yang kini dipersiapkan membawa Thailand berprestasi di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka digembleng dalam kejuaraan individu dan beregu, seperti Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Sudirman.
”Dari kejuaraan beregu, kami sudah membuat prestasi yang lumayan, seperti lolos final Piala Uber 2018 dan dua kali ke semifinal Piala Sudirman, 2017 dan 2019. Memang yang perlu kerja keras itu di kejuaraan individu. Di individu, pemain kami masih up and down. Ini membuat saya tertantang,” kata Rexy.
Kesempatannya membawa bulu tangkis Thailand berjaya hanya sampai tahun depan. Pembuktiannya akan ada di Tokyo, dengan mempersembahkan medali pertama Olimpiade dari bulu tangkis bagi Thailand. Sejauh ini, medali Thailand di Olimpiade diraih atlet tinju, angkat besi, dan taekwondo.
”Untuk Thailand, targetnya paling tidak mendapat medali di Olimpiade, apa pun warnanya,” kata Rexy.
KOMPAS/MAHDI MUHAMMAD
Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Prestasi PB PBSI Rexy Mainaky memperhatikan Mohammad Ahsan, pemain ganda putra Indonesia, yang tengah dipijat seusai menjalani sesi latihan sore di Asia Badminton Center, Guangzhou, China, Jumat (2/8/2013), menjelang dimulainya Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis.
Untuk mencapai target medali Olimpiade itu, Rexy dan tim pelatih Thailand menggenjot performa pemain ganda campuran dan ganda putri. Pembinaan dua nomor itu untuk menambah peluang medali karena saat ini baru tunggal putri yang bisa bersaing ketat dengan para pemain level elite.
”Kini, kami berusaha keras untuk ganda putri. Kalau di tunggal putri, pemain kami sudah bagus. Jika hanya bertumpu pada satu-dua nomor, begitu meleset, habis. Kami harus menciptakan peluang lain, di ganda campuran dan ganda putri. Meskipun belum terlalu bagus, sudah bermain rapat dengan pemain terbaik,” ujar Rexy.
Thailand masih menumpukan kekuatan pada tunggal putri Ratchanok Intanon. Juara dunia 2013 itu tersingkir pada perempat final Olimpiade London 2012 dan babak kedua Rio 2016. Sebagai pelapisnya disiapkan Pornpawee Chochuwong (21), yang mengejutkan di Piala Sudirman dengan mengalahkan juara Asia Akane Yamaguchi.
Adapun ganda campuran mengandalkan peringkat empat dunia, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, dan di ganda putri ada Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai.
”Tim kami kuat di ganda campuran, sedangkan di ganda putri bisa saya katakan bagus, tetapi belum cukup bagus untuk mengalahkan ganda putri Jepang atau China,” ujarnya.
Untuk di tunggal putra, Rexy menilai masih perlu kerja keras dari pelatih dan pemain. Penampilan pemain muda Kantaphon Wangcharoen (21) semakin baik, tetapi mental dan motivasinya perlu dipertebal. Di semifinal Piala Sudirman, melawan tunggal China nomor dua dunia, Shi Yuqi, Kantaphon memberikan perlawanan sengit. Pada gim kedua, dia memaksa deuce, 20-20. Namun, kematangan Shi Yuqi membawanya menang 26-24.
”Kantaphon memang main luar biasa lawan Shi Yuqi, tetapi masih perlu banyak jam terbang, lebih mengerti jiwa mereka. Apakah nothing to lose atau memang mau mencapai tujuan itu. Saya mau lebih dari apa yang sudah saya capai, itu yang harus ada,” katanya.
Rexy akan mencurahkan pikirannya untuk bulu tangkis Thailand hingga kontraknya selesai pada 2020. ”Setelah itu, belum terpikirkan karena tujuan saya, kan, ingin istirahat,” ucapnya.
Apakah akan kembali melatih di Indonesia? ”Saya mau enjoy life dulu, lah, belum terpikir sampai itu. Saya ingin fokus apa yang ada di depan mata dulu,” kata Rexy diiringi senyum lebar. (AGUNG SETYAHADIdari Nanning, China)