Tak salah jika menyebut China sebagai kekuatan utama bulu tangkis dunia. China mencatatkan diri sebagai satu-satunya negara yang selalu lolos ke semifinal kejuaraan Piala Sudirman.
Oleh
Yulia Sapthiani & Agung Setyahadi
·4 menit baca
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Pemain tunggal putra bulu tangkis China, Shi Yuqi, melayani wawanacara di mixed zone Guangxi Sports Center, Nanning, Guangxi, China, seusai mengalahkan pemain Thailand, Kantaphon Wangcharoen, pada semifinal kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman, Sabtu (25/5/2019). China melaju ke final dengan kemenangan 3-0.
Laporan Agung Setyahadi dari Nanning, China
NANNING, KOMPAS — Tak salah jika menyebut China sebagai kekuatan utama bulu tangkis dunia. China mencatatkan diri sebagai satu-satunya negara yang selalu lolos ke semifinal kejuaraan Piala Sudirman. Sejak 1995 hingga 2019, China, bahkan, selalu tampil di final.
Tiket final Piala Sudirman 2019 didapat setelah China menang 3-0 atas Thailand pada semifinal yang berlangsung di Guangxi Sports Center, Nanning, China, Sabtu (25/5/2019). Lawan mereka di final adalah pemenang antara Indonesia dan Jepang dalam semifinal yang akan berlangsung Sabtu mulai pukul 17.00 WIB.
Final ini menjadi final ke-13 China dalam kejuaraan beregu campuran yang digelar dua tahunan sejak 1989. Hanya pada tiga penyelenggaraan pertama, China selalu kandas di semifinal. Setelah itu, dari 12 final, 10 di antaranya menghasilkan gelar juara.
”Negeri Tirai Bambu” menjadi yang paling sering menjuarai kejuaraan yang nama trofinya diambil dari tokoh bulu tangkis Indonesia, Dick Sudirman, ini. Indonesia hanya sekali juara, pada 1989, sementara Korea Selatan memperoleh empat gelar.
Dalam persaingan pada Piala Sudirman 2019, China menjadi salah satu dari hanya dua tim yang memiliki kekuatan merata di semua nomor, selain Jepang. Kedua negara diperkuat pemain-pemain berperingkat tiga besar dunia di semua nomor.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Xia Xuanze, pelatih tunggal bulu tangkis China, saat konferensi pers seusai laga semifinal kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman di Guangxi Sports Center, Nanning, Guangxi, China, Sabtu (25/5/2019). China melaju ke final dengan kemenangan 3-0 atas Thailand di semifinal.
Dengan kekuatan tersebut, ditambah dukungan penonton, China hanya kehilangan satu partai sejak penyisihan grup, yaitu ketika mengalahkan Denmark, 3-1, pada perempat final. Selain itu, mereka tak membiarkan lawan memenangi satu nomor pun.
Dalam semifinal, kemenangan dalam tiga partai pertama didapat dari para pemain terbaik China di nomor masing-masing. Ganda campuran nomor satu dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, hanya memerlukan waktu 37 menit untuk mengalahkan pasangan peringkat keempat dunia, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. Zheng/Huang menang 21-18, 21-7.
Tunggal putra, Shi Yuqi, yang baru diturunkan pada babak dengan sistem gugur, sejak perempat final, menambah keunggulan tuan rumah. Pemain peringkat kedua dunia itu mendapat perlawanan ketat Kantaphon Wangcharoen, terutama pada gim kedua. Namun, Shi tetap menang, 21-15, 26-24.
”Kunci kemenangan ini adalah kesabaran. Kemenangan pada gim pertama, juga, membuat saya lebih percaya diri,” komentar Shi di mixed zone Guangxi Sports Center.
Kemenangan ganda putra peringkat ketiga dunia, Li Junhui/Liu Yuchen, atas Tinn Isriyanet/Kittinupong Kedren, menentukan kemenangan China yang menjadi dua unggulan teratas bersama Jepang. Duet berjulukan ”Dua Menara”, karena berpostur 190-an cm, tersebut menang, 21-14, 21-17.
Pelatih tunggal China Xia Xuanze menilai, perjalanan menuju ke final ini bukanlah hal yang mudah bagi timnya. ”Kami menghadapi berbagai kesulitan, tetapi kami juga memberikan yang terbaik. Saya senang dengan semangat para pemain,” ujar mantan pemain tunggal putra itu.
Xuanze menegaskan, di final timnya perlu bekerja keras karena yang akan dihadapi adalah tim kuat, salah satu dari Jepang dan Indonesia. Ini menjadi ujian bagi para pemain China yang rata-rata berusia muda. ”Sebagian besar dari mereka lahir setelah 1996, mereka berusia sangat muda dan yang akan kami lakukan adalah memberikan performa terbaik kami di final,” ujarnya.
Evaluasi Thailand
Kepala pelatih tim nasional bulu tangkis Thailand, Rexy Mainaky, menilai, timnya kalah dari tim yang sangat kuat dan favorit juara. Dia puas dengan penampilan para pemainnya yang bekerja keras meraih poin demi poin meskipun kecewa dengan hasil akhirnya.
”Kami ke sini untuk juara, tetapi untuk menjadi juara Anda harus mengalahkan tim terbaik. Kami berharap lebih baik, tetapi saya tidak kecewa dengan penampilan para pemain. Untuk hasil, ya, saya kecewa,” ujar Rexy.
Rexy menegaskan, Thailand tampil sangat bagus dengan mengulang pencapaian dua tahun lalu di Gold Coast, Australia. Ini merupakan pencapaian yang bagus sebagai persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020, di mana Thailand menargetkan medali, apa pun medalinya.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Rexy Mainaky, kepala pelatih tim nasional bulu tangkis Thailand, saat konferensi pers seusai laga semifinal kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman di Guangxi Sports Center, Nanning, Guangxi, China, Sabtu (25/5/2019). Thailand kalah 0-3 dari China.
”Tim kami kuat di ganda campuran, tetapi di ganda putri saya bisa katakan bagus, tetapi tidak cukup bagus untuk melawan ganda putri China atau Jepang. Sementara di tunggal putra kami akan mengevaluasi lagi. Kami membawa dua pemain muda ke sini, masing-masing berusia 21 tahun dan 22 tahun, dan ini menjadi pengalaman pertama mereka di kejuaraan beregu campuran. Untuk performa tunggal putra, kami perlu lebih baik lagi,” ujar Rexy.
”Kami perlu kerja keras lagi, terutama di tunggal putra, untuk membuat kelima nomor kekuatannya merata,” ujar pelatih asal Indonesia itu.