Badan Restorasi Gambut, Rabu (16/5/2019), menyerahkan 20 paket revitalisasi ekonomi di Kabupaten Merauke dan Mappi, Papua. Penyerahan paket revitalisasi itu berkenaan dengan upaya merestorasi lahan gambut dengan cara membudidayakan sagu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
MAPPI, KOMPAS — Badan Restorasi Gambut, Rabu (16/5/2019), menyerahkan 20 paket revitalisasi ekonomi di Kabupaten Merauke dan Mappi, Papua. Penyerahan paket revitalisasi itu berkenaan dengan upaya merestorasi lahan gambut dengan cara membudidayakan sagu. Sebanyak 20 paket revitalisasi ekonomi itu diperkirakan berdampak pada upaya restorasi 100 hektar lahan gambut.
Paket revitalisasi ekonomi di Papua ditujukan di dua kabupaten, yaitu 5 paket revitalisasi ekonomi di Kabupaten Merauke dan di Mappi sebanyak 15 paket. Paket revitalisasi di Mappi lebih banyak karena luas lahan gambut yang akan direstorasi lebih besar, yaitu 25.536 hektar. Sementara di Merauke terdapat 11.577 hektar lahan gambut yang masuk target restorasi oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) pada tahun ini.
Di Kabupaten Merauke, paket revitalisasi ekonomi diberikan dalam bentuk budidaya sagu, bantuan peternakan, dan pengolahan ikan. Sementara khusus di Mappi, bantuan yang diberikan adalah lahan terbuka seluas 5 hektar beserta pohon sagu kepada tiap kelompok masyarakat di 15 kampung. Lahan itu akan digunakan sebagai lokasi budidaya sagu.
Kepala BRG Nazir Foead mengatakan, paket revitalisasi ekonomi dilaksanakan bersama pemerintah daerah dan masyarakat. Mereka diajak menjaga lahan gambut yang masih baik dengan cara membudidayakan tanaman sagu.
Pada 2018, BRG telah menyerahkan 11 paket revitalisasi ekonomi di Papua. Upaya itu berdampak terhadap restorasi 1.100 hektar lahan gambut. Tahun ini, 20 paket revitalisasi ekonomi tersebut diharapkan mampu berdampak pada pemulihan paling tidak 100 hektar lahan gambut di Papua. Luas restorasi itu bisa bertambah seiring kebiasaan masyarakat Mappi dan Merauke yang berinisiatif menanam pohon sagu melebihi bantuan lahan yang diberikan.
”Fokus kami mendampingi masyarakat sekitar memanfaatkan ekosistem gambut agar memberikan manfaat optimum pada ekonomi dan ekologi,” ujar Nazir di Kabupaten Mappi, Papua.
Menurut Nazir, pemberian bantuan revitalisasi ekonomi merupakan cara yang dilakukan BRG untuk mengubah kebiasaan masyarakat Papua yang kerap mengolah lahan dengan cara membakarnya. Kebiasaan itu telah mendegradasi kualitas lahan gambut di Papua.
Fokus kami mendampingi masyarakat sekitar memanfaatkan ekosistem gambut agar memberikan manfaat optimum pada ekonomi dan ekologi.
Dengan adanya revitalisasi ekonomi, diharapkan masyarakat bersedia turut menjaga dan merawat infrastruktur yang telah dibangun untuk merestorasi gambut di wilayah mereka.
”Menjaga tanaman sagu berarti secara tidak langsung juga menjaga keberadaan lahan gambut dari kebakaran,” kata Nazir.
Nilai tambah
Bupati Mappi Kristosimus Yohanes Agawemu menyampaikan, budidaya sagu dipilih sebagai bentuk bantuan revitalisasi karena dia ingin masyarakat Mappi bisa mengelola sagu secara lebih modern dan memberikan nilai tambah. Selain itu, Kristosimus berniat mempertahankan dan membudidayakan sagu untuk menjadi makanan pokok orang Papua.
Bantuan dari BRG akan dioptimalkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Mappi dalam membudidayakan dan mengolah sagu. Melalui program Desa Peduli Gambut (DPG), BRG juga melatih masyarakat Mappi dan Merauke untuk mengolah produk sagu.
Produk sagu diberikan nilai tambah dan diolah menjadi mi sagu, mi ubi ungu, dan bakso ikan. Ke depan, kendati hanya ada bantuan lahan 5 hektar untuk membudidayakan sagu, Kristosimus menargetkan satu kampung dapat menanam sagu hingga 2.000 hektar.
”Kalau sagu sudah ditanam, jangan dibakar lagi. Ada cara-cara lain yang bisa ditempuh. Sagu bisa kita ekspor dan bagus untuk kesehatan,” katanya.